♥♛♥
"REY!!"
"Revi?!"
Cewek cantik itu tersenyum lebar, ia melangkah menghampiri Rey yang tengah membelalakkan matanya. Tentu saja Rey kaget dengan kenyataan tak terduga yang terpampang di depannya. Detik selanjutnya cewek bernama Revi itu memeluk Rey erat, melepas rindu yang menumpuk sejak lama. Kontan Chelsea terkesiap kaget. Siapa cewek ini?, batinnya.
"Revi?! Lo ...?" ujar Rey seraya mendorong tubuh jangkung cewek itu dari pelukannya. Mata Rey menatap lekat-lekat wajah cewek di hadapannya.
"Gue kangen banget sama lo, Rey! Gue kangeeeen banget!" ujar Revi seraya memejamkan matanya erat, menunjukkan ekspresi yang mendukung ucapannya barusan.
Rey tiba-tiba menoleh pada Chelsea yang sedari tadi hanya diam mematung. Ia lalu berujar.
"Chel, lo bisa nggak tinggalin dulu kita? Gue mau ngomong sama dia."
Deg
Chelsea tertegun. Entah kenapa tiba-tiba sesuatu mengharuskannya untuk merasa sakit. Apakah karna cewek itu mengganggu aksi menyatakan perasaannya? Atau karna Rey menyuruhnya pergi dan memilih bicara dengan cewek yang entah siapa ini?
Ah, tidak, sepertinya Chelsea harus berpikir positif saja. Mungkin memang ada sesuatu penting yang harus Rey bicarakan dengan cewek ini, tanpa keberadaan Chelsea. Akhirnya Chelsea tersenyum tipis, lantas mengangguk pelan.
"Iya," ujarnya yang juga pelan. Selanjutnya ia melangkah pergi dengan kaki yang berasa tidak menapak. Perasaannya tengah berkecamuk. Kendati ia mencoba mensugesti dirinya dengan pikiran positif.
"Reeyy!!" pekik cewek yang tingginya hampir sejajar dengan Rey itu. Saat Chelsea menoleh ke belakang, cewek itu sedang memeluk Rey lagi.
Lagi-lagi sesuatu seperti menginjak dada Chelsea. Kenapa ia harus sakit melihat hal barusan? Inikah yang namanya cemburu?
Selanjutnya Chelsea pun kembali menjauh dan benar-benar meninggalkan tempat itu. Sepeninggalan Chelsea, Rey mulai bersuara.
"Vi! Lo ...?" ucapnya tertahan. Rey benar-benar telah melepaskan pelukan Revi yang memiliki nama lengkap Revina Barclay itu. Ya, dia cewek blasteran Amerika-Indonesia.
"Apa kabar??!" ujar cewek berparas mirip Kimberly itu seraya tersenyum lebar.
"Kenapa lo kembali? Gue sama sekali nggak berharap lo balik lagi!" ujar Rey ketus.
Revi memasang wajah merengutnya. Ia lalu menatap wajah Rey intens. "Gue ... gue minta maaf sama lo, Rey!" ujarnya melas.
Rey hanya mematung dan mengalihkan pandangannya dari Revi, ia justru malah menatap jauh ke pemandangan kota sana. Seolah sama sekali tidak berniat menggubris ucapan Revi tadi.
"Rey, sebenernya gue pergi ninggalin lo, tuh, karna orang tua gue yang maksa. Mereka pengen gue jadi model. Makanya gue harus pergi ke Prancis waktu itu. Itu sama sekali bukan keinginan gue, Rey! Dan gue nggak sempet bilang sama lo sebelum gue pergi," jelas Revina lagi. Kali ini sambil menyentuh lengan Rey.
Akhirnya Rey menoleh dan menatap mata Revi, ia melihat kejujuran di sana. Tidak hanya kejujuran, Rey juga merasakan aura penyesalan yang kental dari sorot mat Revi. Jangan heran, Rey sudah mengenal cewek ini sejak lama. Karena itu ia dapat dengan mudah memahami Revi.
"Gue sama sekali nggak berniat buat ninggalin lo. Lo nggak tau gimana perasaan gue yang hancur saat harus pisah dari lo. Beneran, deh." Revi lagi-lagi berucap dengan nada meyakinkan.
"Bener?" tanya Rey sambil menatap kornea Revi. Cewek itu mengangguk dan tersenyum perlahan. Senyuman itu ... senyuman yang sejak tiga tahun terakhir ini Rey rindukan. Entah kenapa, hati Rey menghangat saat melihat senyuman itu kembali.
"Oke, gue maafin."
"Yeeeaaay!" pekik Revi dan kembali menghambur ke pelukan Rey. Sementara Rey hanya terseyum tipis.
Sesuatu tiba-tiba memaksa Rey untuk memutar kembali ingatan di salah satu sel otaknya yang ia simpan baik-baik. Ingatan masa lalunya yang manis, seolah kembali terputar bagai kaset lama.
---
Anak lelaki berusia enam tahun itu tengah duduk sendirian di ayunan taman yang sepi. Mata hazel miliknya menatap ke bawah. Baru saja teman-temannya meledeknya sebagai 'anak pembunuh' serta 'monster mengerikan'. Tak ada satu pun yang ingin bermain bersamanya seperti dulu. Ya, hal yang belakangan ini selalu dialami lelaki kecil malang satu itu.
Sejak saat itu ia selalu sendirian. Menahan rasa sakit itu dengan pergi ke tempat sepi sambil duduk termenung sudah menjadi kebiasaan baru baginya. Perasaannya kian terluka kala mengingat ayahnya yang menghilang tak memberinya kabar.
Ditambah lagi ayah angkat yang merupakan pamannya sendiri tampak pilih kasih. Perlakuan sang ayah angkat jelas berbeda pada dirinya. Tidak seperti pada Tian, kakak angkatnya. Ah, tentu saja, Tian yang notabene anak kandungnya memang lebih berhak mendapat kasih sayang yang tulus. Sementara dirinya hanya dirawat dengan bentuk belas kasihan.Saat lamunan kian melanda, tiba-tiba saja ayunan di sampingnya berbunyi, tanda seseorang baru saja duduk dan memainkan ayunan itu. Anak lelaki enam tahun itu menoleh. Ia terkejut kala mendapati seorang anak perempuan yang merupakan teman sekelasnya tengah tersenyum manis padanya.
"Kamu ...?" ujar anak lelaki itu sangsi.
Anak perempuan berambut coklat bergelombang itu tersenyum. "Hai!" sapanya dengan lambaian.tangan.
"Kenapa kamu di sini?"
Si gadis kecil justru mengangkat alisnya, "Haa?"
"Aku ini anak pembunuh. Kamu nggak takut?"
Rambut coklat bergelombangnya bergoyang seraya ia menggelengkan kepalanya. "Kenapa harus takut? Kamu memang anak pembunuh, tapi kamu bukan pembunuh. Kamu itu anak baik, aku pernah lihat kamu menolong kucing yang tersangkut di pohon sampai-sampai kamu terluka akibat terjatuh. Jadi, aku pikir kamu ini sebenernya baik hati." Gadis kecil itu lagi-lagi tersenyum manis.
"Kamu lihat?" tanya anak lelaki berambut hitam sambil membuka matanya lebar.
Gadis kecil mengangguk. "Emmm ..."
"Lalu, apa kamu mau berteman dengan aku?" tanya anak lelaki itu.
Gadis kecil lagi-lagi mengangguk, "Emmm ... tentu!" ujarnya seraya tersenyum.
Anak lelaki itu ikut tersenyum. Dari sekian banyak temannya, hanya satu orang yang mau berdekatan dengannya. Gadis cantik teman sekelasnya yang biasa dipuji guru karna kepintarannya, hanya dia satu-satunya yang mau berdekatan dengan anak lelaki malang yang sendirian itu.
"Jadi kita berteman?" tanya si gadis kecil.
Anak lelaki itu tersenyum dan mengangguk, "Ya! Siapa namamu?"
"Revi. Dan kamu?"
"Reynard. Panggil saja aku Rey!"
***
Chelsea menunggu dekat motor ninja biru milik Rey di basement. Sudah cukup lama ia menunggu, tapi Rey sama sekali belum kelihatan. Sedari tadi yang dilakukan Chelsea hanya merenung. Menduga-duga siapa cewek cantik bernama Revi tadi. Entah kenapa melihat gelagat Revi tadi, Chelsea merasa bahwa ia akan kehilangan Rey. Chelsea menggeleng kuat. Tidak, itu tidak akan terjadi, batinnya.
Saat Chelsea menundukkan wajahnya dan melihat ke bawah, ia melihat sepatu kets berukuran besar. Ia yakin pemiliknya adalah seorang cowok. Ia pun mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang tengah berdiri di depannya.
"Vito?" ujarnya sedikit kaget.
"Lo ... nungguin Rey?" tanya Vito canggung sambil menggaruk tengkuk.
Chelsea mengangguk pelan, "Ya!"
Vito terdiam beberapa saat, lantas ia berujar. "Kalo mau, lo boleh pulang bareng gue."
♥♛♥
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA SEJOLI SALING JATUH CINTA
Lãng mạnCapcussss Langsung Ajah JANGAN Lupa Vote and Coment Tuk NEXT Happy Reading MUAHHHHHHH.....