PART 10

390 28 0
                                    

♡♡♡♡♡♡♡

"Rey puang bareng, ya!"

"Rey mau ke perpus? Gue ikut!"

"Rey, mau kemana?"

"Rey ke kantin, yuk!"

"Rey mau ke toilet? Bareng, yuk!"

Begitulah. Chelsea terus-terusan menempeli Rey setiap hari. Dia tidak mengindahkan gertakan dan peringatan Rey yang menyuruh untuk menjauhinya. Ia justru tambah mengikuti kemana pun cowok itu pergi walau Rey benar-benar mendiamkan dan mencuekkannya.

Saat itu pelajaran telah usai. Banyak anak yang sudah meninggalkan gedung sekolah. Namun beberapa masih bertahan. Tentu saja anak-anak yang berkecimpung di kegiatan ekstra kulikurernya masing-masing, dan beberapa anak kutu buku yang masih setia berdiam diri di ruangan berdebu itu.

Chelsea tengah berdiam diri di depan ruang ganti. Ia duduk di sebuah bangku panjang di sana. Saat Chelsea sedang bersiul-siul pelan sambil memaikan ponselnya, tiba-tiba seorang cewek yang baru saja keluar dari ruang ganti menegurnya. Cewek itu memakai pakaian cheers warna pink yang sangat mencolok.

"Lo ngapain disini?!" tanyanya dengan nada menusuk.

Chelsea mengangkat wajahnya dan tersenyum miring kala mengetahui siapa yang menegurnya. "Gue? Nungguin Rey!" jawab Chelsea diikuti dengan senyum yang menyebalkan menurut Anna.

"Lo tuh nyebelin banget, ya! Inget status lo cuma anak baru disini! Masa lo udah berani-beraninya, sih, deketin Rey? Mana sikap lo nempelin dia terus, tuh, terlihat agresif tau nggak?!" ujar Anna dengan tatapan mengejek.

Chelsea berdiri lantas menyedekapkan tangannya di dada. Matanya menatap Anna intens. "Terus kenapa? Suka-suka gue, dong, mau deketin dia atau nggak. Lagian emang apa bedanya gue sama lo? Lo juga sering banget nyamperin dia di kelas, kan?"

"Gue itu udah deket sama Rey dari dulu!"

"Haa ... deket, ya. Jelas-jelas Rey itu sering banget cuekin lo," kata Chelsea diikuti senyum meremehkan.

Mata lebar Anna semakin membulat. "Pokoknya gue peringatin sama lo, jangan terlalu deket sama dia! Lo bakal dapet masalah kalo lo terus-terusan nempelin dia, ngerti?!" bentaknya.

Anna lalu menjingkat pergi sampai membuat rambut bergelombangnya mengibas. Sementara Chelsea hanya tersenyum miring. "Lo pikir gue takut sama ancaman lo?" gumamnya.

Saat itu Rey baru saja selesai mengganti pakainnya dengan seragam futsal SMAN 27 yang dominan warna putih dengan corak biru tua. Ia memutar bola matanya kala menemukan Chelsea berdiri di depan ruang ganti dengan senyuman menjengkelkannya yang selama seminggu ini terus menghantui Rey. Ya! hari ini genap seminggu Chelsea melangsungkan aksi 'menempeli' Rey walau cowok itu sudah sekian kali menggertak dan memperingatkan Chelsea supaya menjauh. Tapi cewek keras kepala itu benar-benar tak mengindahkan gertakan Rey. Dia justru tambah semangat kala mendapati wajah Rey yang kusut bercampur jengkel.

Seperti saat ini, senyum Chelsea selalu terbit berbarengan dengan.Rey yang memasang wajah masam.

"Lo ngapain?!" tanya Rey dengan alis terangkat sebelah. Ekspresinya sama sekali tidak mampu menyembunyikan rasa sebal yang ia tahan mati-matian.

"Nungguin lo lah," jawab Chelsea sumringah.

"Udah gue bilang gue mau latihan futsal. Lo telpon Kak Tian atau naek bus aja, kek!"

Chelsea menggeleng berlebihan, "Nggak mau! Gue mau nunggu lo aja dan pulang bareng lo."

Ucapan Chelsea barusan berhasil membuat Rey menggerak-gerakan alis kirinya. Dengan gerakan cepat, Rey menarik pergelangan tangan Chelsea lalu mendorong mungil itu ke tembok sampai punggung cewek itu menempel sempurna di tembok. Kemudian ia menekan tangannya di tembok samping kepala Chelsea, berusaha lebih keras untuk menggertak cewek keras kepala satu itu.

"Heh, cewek bego, denger ya, gue udah muak sama lo! Cukup lo maen-maen sama gue, ngerti?!" ujar Rey seraya mendekatkan wajahnya ke wajah Chelsea. Jelas kalau yang dilakukan Rey saat ini adalah mengancam. Chelsea takut? Tidak.

"Hee?" Cuma itu yang keluar dari mulut Chelsea dan berhasil membuat Rey tambah meledak-ledak.

"Belakangan ini lo selalu ngikutin gue kemana pun gue pergi. Lo ngoceh nggak jelas, berisik, jelas itu ganggu gue banget. Dan lo sadar nggak, sih, kalo orang-orang sering liatin kita dengan tatapan aneh?!"

"Gue nggak peduli orang liatin kita apa nggak. Gue cuma pengen ..."

"Pengen apa? Bikin gue kesel? Bales dendam? Sumpah ya, tindakan lo itu nggak ada bedanya sama bocah, tau nggak! Lo itu bener-bener bego, ya?! Nggak ngerti apa yang gue omongin?! JAUHIN GUE!!!!"

Chelsea termangu sesaat. Teriakan dan tatapan Rey barusan merupakan kombinasi sempurna dari perwujudan ekspresi marah Rey yang belum pernah Chelsea lihat sebelumnya. Tiba-tiba saja dadanya terasa sesak. Sesuatu terasa mendesak dari hidung sampai pelupuk matanya. Tanpa sadar setetes air pun meluncur dengan angkuhnya melewati pipi Chelsea.

Melihat itu, Rey mengerang tertahan. Ia lalu mengacak rambutnya sendiri. "Please, deh, gue nggak mau bikin cewek nangis. Lagian lo itu nggak ngerti-ngerti, ya, kalo gue bilangin. Gue udah cape ngasih peringatan sama lo buat jauhin gue. Ini demi kebaikan lo juga!" bentak Rey selanjutnya.

"Oke ..." Chelsea menghapus air mata di pipinya, "Gue nggak bakal ganggu lo lagi."

Setelah mengatakan itu Chelsea pun lalu berjalan melengos meninggalkan Rey. Sambil menghapus air matanya, Chelsea akhirnya berlari. Tak peduli dengan tatapan orang sekitar, ia terus berlari.

Sementara Rey mematung menatap punggung Chelsea yang terus menjauh.

"Kenapa tuh cewek lo?" tanya Gio, salah satu teman futsal Rey.

"Dia bukan cewek gue," ujar Rey singkat.

"Lho? Bukan cewek lo? Bukannya tiap hari lo sama dia-"

"Gue bilang dia bukan cewek gue!"

-TBC-

DUA SEJOLI SALING JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang