Berteman

10K 563 6
                                    

Seluruh siswa yang terlibat dalam tawuran digiring ke kantor polisi. Shevin ikut ke polsek dengan menumpangi mobil polisi.

Mereka mendapatkan hukuman push up, sit up, menyanyikan lagu nasional, rambut digunduli dan masih banyak lagi. Shevin memotret semua hukuman yang mereka laksanakan, dan sesekali meledek mereka ataupun terbahak-bahak yang mengundang umpatan mereka. Dia menghubungi pihak keluarga agar segera datang ke polsek, dan mengabari Pak Winarto.

Setelah selesai mengurus siswa dipolsek, dia ikut mengantar Yoga dan Delta kerumah sakit karena luka mereka cukup parah. Shevin masuk keruang perawatan begitu selesai berkonsultasi menanyakan keadaan dua orang yang terbaring diranjang.

"Wihh.., dibotakin hahaha... seorang Yoga dibotakin nih"
Yoga melotot jengkel saat Shevin meledeknya.

Shevin tertawa melihat Yoga yang kesal karena ejekannya. Dia membuka tirai pemisah sebelah kanan tempat Delta terbaring. Delta memejamkan, tapi Shevin tau pasti Delta tidak tertidur karena bola matanya terlihat jelas bergerak-gerak.

"Diem lu, bacot"

"Settt, sensi amat bang. Kalo boleh tau alesan kalian tawuran itu apa sih?" Tanyanya, sengaja memancing sisi lain seorang Yoga.

"Nerusin tradisi" jawab Yoga asal.

"Bohong, pasti ada alesan lain. Itu hak kakak mau ngasih tau gue atau nggak, tapi gue harap kita bisa jadi temen"

"Apa untungnya buat gue kalo temenan sama lu?"

Shevin tersenyum saat Yoga melayangkan pertanyaan sinis.
"Pertemanan itu nggak diliat dari untung ruginya. Tapi gimana kita merasa nyaman, berbagi suka duka, bisa nyimpen rahasia, ngingetin kalo kita salah, dorong kita buat berbuat baik.

Lu punya temen macem itu? Hah! Gue yakin enggak, temen yang lu punya cuman kumpulan orang yang selalu ngikutin lu dalam hal apapun mau baik kek mau buruk kek. Mereka nggak nyegah lu saat lu mau tawuran, malah ikut-ikutan tawuran"

Diam-diam Delta mendengarkan percakapan mereka diranjang sebelah.

"Mereka itu...."

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Shevin menyelanya cepat.

"Solidaritas? Solid dalam hal apa? Temen yang solid dalam tawuran buat apa? Nggak ada gunanya, kak. Gak selamanya lu kaya gini, lu nggak mikirin masa depan lu? Ya kalo lu masih hidup, kalo nggak?. Lu selamet dari tawuran aja udah suatu keajaiban"

"Lu gak tau apa-apa vin, lu gak tau rasanya sendirian. Lu selalu punya banyak temen, pinter, anak emas, hidup lu sempurna. Lu gak tau rasanya liat temen lu mati didepan lu, tapi lu nggak bisa ngelakuin apa-apa. Lu nggak tau rasanya terbuang.

Gue punya temen, selalu bisa bimbing gue. Tapi itu dulu sebelum Delta ngebunuh dia, dia nggak pernah tawuran vin, dia nggak bisa berantem tapi Delta terus mukulin dia. Yang bisa gue lakuin sekarang cuman balas dendam atas kematian dia, nyawa dibayar nyawa"
Shevin tersenyum tipis, nampaknya pancingannya berhasil.

Delta sekarang paham kenapa Yoga begitu membenci dirinya, dia mengerti kenapa Yoga selalu menatapnya dengan mata yang berkobar penuh kebencian. Tapi siapa orang yang pernah ia pukuli hingga meninggal? Dia memang kejam, ia akui itu, tapi jika sampai membuat lawannya sekarat ia berani bersumpah tidak pernah melakukannya.

Shevin memasang ekspresi datar, tetapi matanya terus tertuju pada Yoga.
"Madewa Akbar, meninggal saat kelas X diumur 15 tahun, masih muda banget ya. Anak pertama dari dua bersaudara, kebanggaan guru, dan calon ketos. Tapi sayang meninggal demi nungguin temannya yang lagi ikut tawuran"

Perkataan Shevin menjawab semua pertanyaan dikepala Delta. Sementara Yoga pun tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. Bagaimana Shevin tau semua tentang Dewa? Siapa sebenarnyanya Shevin ini.

PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang