Orangtuanya membawanya ke restoran mewah khas makanan Jawa yang dipadu dengan suasana Jawa yang kental, membuat nyaman para pengunjungnya. Restoran itu merupakan restoran yang sangat digandrungi masyarakat dan menjadi pembicaraan banyak orang karena selain tempatnya yang nyaman dengan lesahan yang menjadi ciri khasnya, restoran itu pun menyajikan makanan yang mempunyai cita rasa seperti aslinya tanpa ada modifikasi rasa.
Disana telah menunggu keluarga besarnya dan keluarga Alder yang tidak absen dalam acara keluarga Bram setelah melangsungkan pesta pertunangan antara Alder dan Sheva. Saat hari pertunangan berlangsung Shevin tidak menghadirinya, ia pergi bersama Ari yang akan mengenalkannya pada keluarganya. Shevin tidak peduli dengan pertunangan saudara kembarnya, baginya perasaannya untuk Alder telah lenyap, mati tidak bersisa.
Sekarang hanya ada Ari dalam hatinya, Alder adalah bagian masa lalu yang tidak pernah dia miliki. Mungkin itu hanya rasa cinta sesaat atau kekaguman, bukan cinta yang dia rasakan, hanya sekedar rasa yang salah diterjemahkan oleh otaknya. Shevin tidak pernah menyesali perasaannya pada Alder, dia begitu menikmatinya, meski perasaannya terus tersakiti tanpa ada satu orang pun yang menyadarinya.
Bukankah jatuh cinta adalah fase wajib bagi setiap manusia? Saat kamu mencintai seseorang maka siaplah untuk jatuh, terluka dan merana.
Bram masih melemparkan tatapan murkanya pada Shevin yang duduk dihadapannya, semua orang yang ada disana memusatkan perhatian pada Shevin yang tampak acak-acakan; pakaiannya kusut dan ada beberapa robekan akibat pertarungannya dengan empat orang polisi tadi, jaket lusuh dan memar disekitar sudut bibir.
"Kamu benar-benar membuat Ayah malu. Puas kamu mempermalukan keluarga saya? Kenapa menyebut nama saya dikantor polisi, ini sebabnya saya membenci kamu. Yang kamu miliki hanya hal buruk bahkan sejak lahir"
Ujar Bram keras.Untung mereka berada di ruangan VIP yang kedap suara, jika tidak mungkin mereka akan menjadi tontonan orang.
"Memangnya ada apa mas?" Tanya tante Ratna.
"Ini lho, Rat. Anak ini semakin hari semakin tidak bisa di atur, dia masuk penjara dan kamu tahu apa penyebabnya? Dia menjadi pengedar narkoba"
"APA?!"
Ratna berdiri dari kursinya menghampiri Shevin yang hanya memasang wajah datar tak terbaca, tangannya terkepal dibawah meja menekan rasa marahnya.
Ratna menjambak Shevin hingga wajahnya mendongak keatas membuatnya terkejut dengan aksi tiba-tiba Ratna, namun ekspresinya kembali datar seperti semula.
"Kamu selalu buat malu nama keluarga, dari dulu tidak pernah berubah. Sudah berapa kali saya katakan, kamu tidak pantas menyandang nama Anggara"
Seru Ratna.Shevin meringis ketika Ratna semakin kencang menjambak rambut panjangnya yang kusut tidak beraturan.
"Lu itu kaya nggak pernah dikasih uang aja sampe jadi pengedar. Atau jangan-jangan lu juga pengguna ya?"
"Bima diam kamu!" Bentak Ayahnya, suami Ratna.
"Tante, bisa lepasin jambakannya. Ini sakit tahu" Pinta Shevin.
"Sakit kamu bilang?! Ini belum seberapa, kamu akan menerima hukuman yeng lebih dari ini. Dasar anak sialan"
Tangan Shevin mencengkeram tangan Ratna yang masih bertengger di rambutnya. Dengan sekali gerakan dipelintirnya tangan tantenya itu hingga jambakannya terlepas, Shevin sedikit mendorong Ratna ketika melepaskan cengkeramnya.
"Berani kamu ya" Geram Ratna tidak terima.
Shevin memiringkan kepalanya ke kiri. "Sekali lagi berani sentuh saya, saya patahin tangan tante"
Dia mengulas senyum mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful
Teen FictionShevina Saphire Anggara adalah anak jenius, kapten basket, pengusaha sukses, intelijen elite, dan segudang bakat lainnya. Shevin biasa dia disapa terlalu sempurna untuk anak 14 tahun. Namun, dia tidak pernah diharapkan oleh keluarganya. Dia lelah de...