Keadaan Shevin kian membaik, pemulihannya berjalan pesat. Kasih sayang yang selama ini bagai mimpi, sekarang menjadi kenyataan. Semua anggota keluarganya mencurahkan kasih sayang mereka secara gamblang, mereka tidak segan saling bercanda seperti telah mengenal lama.
Seperti sekarang Shevin sedang bermain PS bersama Alfa, Arka dan Ari. Shevin tidak canggung lagi tertawa lepas karena kekesalan Alfa yang kalah dalam permainan itu.
"Akhhh.., tuker tim! Gue sama Shevin, Ari sama ini bocah"
"Dih, gak mau. Shevin itu pasangan gue dan selamanya begitu, ya nggak, yang?" Ari berkedip-kedip manja.
"Najis gue lihat lu kaya gitu, Vin kapan rencananya mutusin dia?"
"Jahat nih kakak ipar. Kerjaannya ngerecokin hubungan orang mulu, pantes jomblo" Ejek Ari.
"Yee.., Sialan lu. Biar kata gue jomblo, deretan cewek ngantre bro, tinggal ambil buang lain"
"Ckckck, udah yang adil Alfa sama Shevin. Kalian berdua satu tim, sesuai umur, yang muda sama yang muda yang tua sama yang tua"
Arka dan Ari berhenti bertengkar. Mereka melototi Alfa yang nyengir kuda.
"Sudah ributnya. Ayo kita makan dulu Bunda sama mamanya Ari masakin banyak makanan ini"
Melisa dan mamanya Ari membuka rantang makanan yang mereka bawa, bahkan ada satu toples besar berisi kerupuk udang. Bundanya membawa Ayam goreng yang dipecak bersama sambal pedas yang merupakan makanan kesukaan Shevin, Sayur Asam menyegarkan, lalapan segar plus sambal terasi. Mama Ari membawa Sop Iga, Iga Bakar dan Ikan Gurame pedas manis.
Shevin hanya bisa meneguk air liur sambil menatap nanar orang-orang makan, dia tidak bisa ikut menikmati karena pantangan Dokter.
Sialan! Bukankah mereka di larang makan dikamar rawatnya."Kenapa ngeliatin kita sampai segitunya? Mau? Ngiler yaaa" Kata Alfa yang menangkap basah tampang lapar Shevin.
"Shevin mau? Aduh lupa kalau lagi sakit. Sayang banget lho Vin, lihat nih ada Ayam Pecak sama Gurame Asam pedas kesukaan kamu. Sedap" Arka menjilati tangannya yang berlumuran bumbu secara berlebihan.
Shevin memalingkan wajahnya ke jendela, mencoba melupakan bayang-bayang makanan yang mengitari otaknya. Namun, aroma masakan tidak dapat menipu, aromanya mengimplus otak sehingga bayangan makanan menari-nari menggoda iman.
"Wah maaf Shevin, Tante lupa kamu belum boleh makan makanan begini. Tante terlalu semangat masakin makanan yang kamu suka, sampai lupa kamu masih sakit" Mama Ari meringis merasa bersalah yang dibalas senyum masam oleh Shevin.
"Shevina suka makanan yang Mama Ari bawa? Lain kali Bunda masakin yah sayang"
Bunda Shevin hanya ingin membesarkan hati anaknya, tapi Shevin yang sudah terlanjur kecewa hanya memejamkan matanya pasrah. Perutnya yang baru terisi makanan rumah sakit yang tidak habis termakan mendadak berbunyi, untungnya suara keroncongan itu terdengar pelan.
"Shevin mah pemakan segala Tante, gak usah repot ngasih makan Shevin. Masakin telor ceplok kasih kecap aja dia nambah" Celetukan Bima membuat semua orang tertawa.
"Benar, nak?" Tanya Ayah Shevin memastikan.
"Nggak semuanya bener, Yah. Aku nggak suka makanan rumah sakit, tadi Ayah lihat kan aku makannya nggak habis" Bela Shevin.
"Yakin tuh? Makan kamu nggak habis karena lauknya cuma sayur buncis sama tahu doang yang nggak ada rasanya, kan?. Coba dikasih penyedap pasti bersih sama kamu" Ejek Arka yang kembali memicu tawa.
Shevin memberengut kesal mendengar semua orang mengolok-oloknya. Hey! Dia itu pembully bukan korban bully.
"Shevina makan pake Sop Iga sama Ayam goreng aja ya, Ayah yang suapin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful
Teen FictionShevina Saphire Anggara adalah anak jenius, kapten basket, pengusaha sukses, intelijen elite, dan segudang bakat lainnya. Shevin biasa dia disapa terlalu sempurna untuk anak 14 tahun. Namun, dia tidak pernah diharapkan oleh keluarganya. Dia lelah de...