Ketos VS Wali Murid

9.6K 604 3
                                    

Gak komen gapapa, VOTE bisa kali.

Maaf untuk typo

-
-
-
-

Kata orang semakin tinggi pohon semakin besar pula angin yang menerpanya. Semakin tinggi posisi semakin besar pula cobaan yang datang.

Banyak yang menyukaimu, maka akan lebih banyak pula yang membencimu. Begitulah kira-kira yang terjadi pada Shevin. Tapi, Shevin tidak perlu repot-repot menyenangkan hati semua orang agar menyukainya. Buat apa? Toh manusia semulia nabi Muhammad saw. pun banyak yang mencaci makinya.

Bagi Shevin selama apa yang dilakukannya benar, tidak peduli apa kata orang yang harus dilakukan adalah terus maju. Buat apa mendengarkan kritik tak berbobot yang dilontarkan orang diluar sana, tolong jangan jadi manusia bermental lemah.

Hari senin, adalah hari yang sangat amat menyebalkan bagi seluruh siswa. Tidak terkecuali dengan Shevin, hari Senin merupakan hari yang melelahkan. Bukan hanya upacara bendera, tapi juga ikut membantu guru BK untuk menemui orangtua yang dipanggil karena anak-anaknya bermasalah.

Terkadang Shevin harus berdebat alot dengan orangtua murid yang bersikeras bahwa anaknya tidak bersalah. Ini adalah kesalahan orangtua dalam mendidik anak, membenarkan dan terlalu percaya pada perkataan anaknya tanpa mau tahu apa yang terjadi sebenarnya.

Kasih sayang yang terlalu besar membutakan mata orang tua. Mereka menyalahkan guru atas sikap nakal anaknya, padahal guru pertama anak adalah orang tua dirumah.

Lebih sering mengelus dada, menahan emosi yang siap meledak. Jangan sampai ia bersikap tidak sopan terhadap orangtua, semenyebalkan apapun orangtua, tetap harus dihormati sebagaimana mestinya.

"Woy! Yang pendek didepan! Isi barisan yang kosong"

"Munduran lagi! Abi, Ridho geser sepeda sama gawangnya kebelakang!"
Teriak Shevin menginstruksikan perintah kepada semua murid, sebelum upacara dimulai.

"Itu yang dibelakang siapa yang nyuruh duduk?! Berdiri semuanya! Itu juga cewek kelas X jangan ada yang ngadem, dikira yang lain gak kepanasan apa"
Lagi, Shevin menunjuk beberapa kumpulan anak-anak yang berada dibelakang.

"Ini juga kelas XII ngapain masih ngadem? Berdiri! Males banget disuruh upacara"

"Yaelah Vin, panas nih"
Kata salah seorang murid.

"Gue tahu panas, tapi emangnya kalo lu-lu pada ngulur-ngulur waktu upacaranya bakal selesai? Gak kan! Makanya kalo mau cepet selesai baris yang bener"
Omel Shevin.

"Busett, padahal suara gue pelan. Kupingnya tajem bener"

"Upacara gak akan dimulai sebelum barisan rapi. Biarin aja lu pada berjemur disini"

"OSIS sama PMR masuk lapangan dalem. Yang lain baris yang rapi, pas gue balik kesini harus udah rapi. Udah SMA kok baris-berbaris masih diatur, malu tuh ama yang gede"
Omelan Shevin kali ini terdengar ambigu.

Beberapa siswa yang paham maksud dari kata-kata ambigu Shevin terkekeh dan menggelengkan kepalanya, bahkan tidak segan-segan terbahak. Lainnya yang tidak mengerti maksudnya hanya bisa menggaruk kepala kebingungan.

Mau tidak mau mereka harus merapikan barisan, jangan sampai saat Shevin datang barisan upacara belum siap. Setelah dirasa sudah rapi, semua siswa mulai memperhatikan penampilan mereka, bisa bahaya jika baju mereka masih keluar.

Shevin kembali kelapangan bersama para guru dan staf, tidak lupa anggota OSIS dan PMR yang mengikuti dibelakang. Para guru puas melihat barisan upacara yang telah tertata rapi, begitu pun dengan Shevin. Upacara berlangsung khidmat, tidak seperti ucapara disekolah lain yang bising oleh ocehan para siswa.

PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang