"Cie Shevin bawa cowok. Mampus lu Vin mau nembak ehh targetnya udah keburu di embat orang sebelum amunisi lu keluarin. Makanya Vin jangan kebanyakan TP-TP tapi malah mental" Ledekan terus-menerus menyerang Kevin yang sedang lesu.
Shevin yang duduk bersama Ari tidak peduli pada sekitarnya, dia hanya sibuk mengunyah daging yang telah dipanggangkan oleh Ari di atas piringnya. Kevin hanya diam tanpa semangat, jemarinya mengutak-atik sumpit tidak berniat membalas godaan teman-temannya.
"Ya elah Vin diem aja lu kaya kerupuk kena air"
"Padahal Shevin sama Kevin cocok lhoo kalo jadian. Kalo di korea ada song song couple, kita punya vin vin couple"
'Uhuk.., uhuk'
Shevin tersedak selada berisi daging yang sedang dikunyahnya mendengar celetukan Alexa."Apalah arti kesaman nama kalo ujung-ujungnya nggak bersatu"
Kata Arti yang dari tadi geram dengan godaan teman-teman Shevin, mereka pikir dirinya apa ada disini tapi mereka bebas menjodoh-jodohkan Shevin dengan orang lain."Tapi song song couple mau nikah kok. Dibalik kesamaan nama ada jalan cinta menuju pelaminan. Cinta itu datang karena terbiasa,"
"Alexa.., udah gue bilang, kan jangan kebanyakan makan cilor. Gini nih hasilnya, mabok micin, kebanyakan ngayal"
"Lagian kak Ari itu ganteng kok, yaa kayaknya lebih cocok buat gue" Stacy tersenyum manis menatap Ari yang salah tingkah.
"Stacy, lu mau operasi plastik gak? Kalo mau gue bisa bantu, ini panggangan masih panas bisa buat ngencengin kulit lu" Kata
Shevin sembari membalikkan dagingnya tenang."Buset galak banget Vin"
Ari berdehem tidak nyaman di tempatnya, dia tahu betul Shevin sama posesifnya seperti dirinya sendiri. Saat ini pun Ari menunjukkan kepemilikan Shevin kepada Kevin yang diam-diam mencuri pandang ke arah Shevin, Ari sesekali mengelus rambut panjang Shevin yang di ikat setengah, membuat Kevin di rundung cemburu.
Mata Ari melotot melihat Shevin mengirim pesan pada Kevin meminta bertemu. Apa Shevin tidak memikirkan dirinya yang ada di sampingnya saat ini?
"Ngapain ngechat dia? Selingkuh terang-terangan?" Bisik Ari sinis.
Shevin melirik kekasihnya sekilas sebelum kembali sibuk dengan ponselnya. "Santai aja dong. Lagian aku cuma pengen nyelesain masalah ini"
"Makanya peka! Jangan suka ngasih harapan, gini kan ribet sendiri. Atau malah kamu dulu naksir itu China, bukan dia doang kan yang teb-..."
Rentetan ucapan Ari terputus oleh sumpalan selada berisi daging yang Shevin jejalkan kedalam mulutnya.
"Isshh.., aku gak suka bawang putih" Protes Ari setelah meneguk air.
"Bawel sih, diem disini. Aku ngomong bentar sama kak Kevin, setelah itu kita pulang, oke"Tak berselang lama setelah Shevin pamit ke toilet, Kevin pun pamit. Kevin menuju area depan restoran, di sana Shevin telah menunggunya di kursi yang beratap terpal berbentuk kubah. Shevin memilih tempat yang sepi, agak jauh dari pintu utama restoran.
Mereka saling menatap. Kevin menerka-nerka apa yang akan Shevin bicarakan, salah satu yang ia yakini pasti masalah perasaannya yang sudah tersebar luas. Shevin sendiri mencoba memilah kata yang tepat untuk mengatakan tujuannya pada Kevin. Shevin bukan orang yang pandai berkata-kata manis, dia lebih suka berkata apa adanya tanpa memikirkan perasaan lawan bicaranya.
Selama ini pun Shevin tidak banyak bersosialisasi dengan lingkungannya, disekolahnya dia lebih banyak bekerja di OSIS jarang sekali berinteraksi selain dengan teman sekelasnya, tidak heran dia di sebut sombong. Pergaulan di luar sekolah selalu dengan orang yang lebih tua, dia terlalu pendiam, tidal banyak bicara. Tidak lebih dari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful
Teen FictionShevina Saphire Anggara adalah anak jenius, kapten basket, pengusaha sukses, intelijen elite, dan segudang bakat lainnya. Shevin biasa dia disapa terlalu sempurna untuk anak 14 tahun. Namun, dia tidak pernah diharapkan oleh keluarganya. Dia lelah de...