Shevin masih terlelap usai sholat ashar, tubuhnya tertutupi bed cover hitam berpolkadot putih. Setelah pulang sekolah dia langsung datang keklub basket untuk latihan, badannya agak panas dan saat pemanasan berlangsung dia selalu bersin-bersin. Sekarang Shevin demam, belum lagi maagnya kambuh akibat pola makannya yang akhir-akhir ini tidak terkontrol.
Hubungan SMA Martadinata dengan SMA Armandanu menjadi lebih erat. Banyak kerjasama yang dilakukan kedua sekolah itu, bahkan pensi bulan depan akan mengundang siswa SMA Armandanu sebagai pengisi acara. Hubungan Yoga dan Delta pun mulai membaik, meski sering terjadi adu mulut, dan Shevin yang akan menjadi penonton setia.
'tok tok tokkk'
"Non, ini bibi. Non Shevin disuruh kebawah buat makan malam bareng" Bi Inah berbicara didepan pintu kamar Shevin. Kamar Shevin selalu dikunci, tidak ada orang yang boleh masuk kekamarnya.
Shevin menggeliat kecil, dia meringis menahan sakit kepalanya. Dia mengucek kedua kelopak mata sambil menguap, Shevin duduk dipinggir ranjang, matanya masih terpejam rapat.
"Ada siapa emang, bi?"
"Ada keluarganya den Alder, non"
"Ohhh, Shevin mandi dulu deh"
Shevin menuju kamar mandi, membasuh tubuhnya yang berkeringat dingin. Membuka lemari putih tulang didepan ranjang, mengambil kaos kebesaran serta celana bahan selutut, rambut sepunggungnya diikat asal. Menatap bayangannya dicermin, bibirnya tampak pucat dioleskannya lips balm berharap memberi sedikit warna.
Dia membuka pintu kamarnya dan kembali menguncinya. Rasa peningnya belum berkurang, dia harus memegang kuat-kuat pembatas tangga. Sampai diruang makan Shevin mengucapkan salam sebagai sopan santun dan segera duduk dikursi ujung disamping Sheva.
Begitu Shevin datang suasana yang tadinya begitu hangat penuh dengan canda tawa berubah menjadi dingin, tidak ada yang bersuara. Merasa perubahan suasana yang amat drastis Shevin tertawa miris dalam hati.
"Shevin mau makan apa? Biar kakak yang ambilin ya" suara merdu Sheva melantun indah.
"Apa aja, kak" jawab Shevin pendek. Matanya mengikuti gerakan bi Inah yang sedang menuang air kepada Alfa, adik Alder.
"Kata pak Ujang non Shevin lagi sakit, bibi udah masakin bubur kacang ijo. Mau bibi ambilin?"
"Boleh bi, makasih ya" Shevin tersenyum tipis.
"Vin, lu sekolah diSMP deket sekolahnya Sheva kan?" Tanya Alfa.
"Ya""Lu kelas 8 kaya sheva kan?"
"Ya"
"Lu ikut eskul basket nggak? Klub gitu"Shevin sedikit memiringkan kepalanya kekanan, mencoba fokus pada pertanyaan yang diajukan Alfa. Dia yakin Alfa curiga pada dirinya, sebenarnya dia juga tidak menutupi hanya saja dia malas untuk disidang ayahnya.
"Gak"
"Udah punya cowo belom?"
"Gak"
"Lu sakit?"
"Gak""Abis tidur ya lu?"
"Ya""Anjirrlahh... jawaban lu cuman ya gak ya gak doang, gila. Berasa ngomong sama kerangnya spongebob" Alfa mengerang frustasi
"Alfa!" Ayahnya memperingati, namun sayangnya tidak dapat dipahami oleh putranya.
"Tata bahasa lu" ujar Shevin.
"Hehehe... maaf pa, keceplosan" Alfa hanya nyengir seakan tak berdosa.
Makan malam berlangsung tenang diselingi dengan obrolan ringan dan pertanyaan Alfa pada Shevin yang selalu dijawab dengan dua kata membuatnya kesal sekaligus penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful
Teen FictionShevina Saphire Anggara adalah anak jenius, kapten basket, pengusaha sukses, intelijen elite, dan segudang bakat lainnya. Shevin biasa dia disapa terlalu sempurna untuk anak 14 tahun. Namun, dia tidak pernah diharapkan oleh keluarganya. Dia lelah de...