Sorry, kalo pada bingung sama Bima. Gue pake dua nama yang sama buat dua karakter yang berbeda. Bima sepupu Shevin sama Bima abang-abanganya Shevin.
Sudah sebulan semenjak kejadian itu, keluarga Shevin mulai berubah. Kakaknya sudah tidak terlalu sinis meski masih tidak menyukainya, Bundanya sedikit lebih perhatian. Ayahnya lebih banyak diam, begitu pula dengan Sheva yang malah berubah dingin padanya.
Shevin tidak memberitahukan dimana ia di rawat. Ia tidak ingin penyakitnya menjadikan itu kelemahannya sehingga keluarganya semakin bebas menyudutkannya. Ia benci menjadi lemah, ia benci di kecilkan, tapi kenapa ia sulit mebenci keluarganya?.
"Shevin sarapan dulu, nak"
Hari ini Shevin terlambat untuk bangun, akibatnya ia tidak sempat membuat sarapan dan pergi lebih dulu seperti biasanya. Terpaksa mau tidak mau Shevin mengiyakan keinginan Bundanya.
Shevin mengambil piring dan mengisinya dengan nasi goreng beserta telur ceplok. Ia mengedarkan pandangan mencari kursi yang ternyata telah penuh, bahkan itu sudah mmbuktikan dirinya tidak pernah di terima dalam keluarganya.
"Shevin makan di sini aja. Bi, ambilkan kursi di belakang yah"
Rafel berdecih, masih ada rasa tak sukanya kepada adiknya itu. Shevin tidak peduli, ia menangkupkan kedua tangannya dan mulai berdoa, itu semha tidak lepas dari tatapan kedua orangtua serta kakaknya.
Semua orang menatapnya membuatnya sedikit risih.
"Kamu udah sembuh?"
Tanya Bundanya.Shevin hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu kembali melanjutkan makannya dalam diam.
"Shevin berangkat dulu"
Ia menghampiri Bundanya untuk mencium tangannya."Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh"
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh"
Seorang driver dari salah satu ojek online telah menunggu di depan rumahnya. Ia tidak bisa menggunakan motornya lagi yang telah rusak parah saat mengejar seorang tersangka.
Kenapa Shevin begitu mudah memerintah polisi? Akan ku beritahukan. Shevin adalah seorang agent dari sebuah instansi negara yang di rahasiakan keberadaannya. Disana ia menjadi agent termuda, tugasnya biasa memata-matai dan menangkap pelaku yang telah di incar.
Tugasnya biasa disebut sebagai pekerja lapangan. Sering kali ia dipanggil di waktu yang tidak tepat, dan Shevin paling benci jika panggilan darurat berbunyi disaat ia sedang membaca atau tidur. Shevin akan berteriak marah pada sang penelepon.
"Apa?"
"Nanti malam ada tugas untukmu. Mata-matai pengedar narkoba, cari bukti sebanyak-banyaknya dan kalau bisa tangkap basah dia. Identitasnya akan dikirim lewat email"
"Hmm... gue ingetin sekali lagi. Gue kerja kalau gue mau, jadi jangan sok ngatur gue kaya bawahan"
Langsung ditutupnya telepon yang membuatnya kesal. Lumayan juga tugasnya kali ini, setidaknya dia bisa melampiaskan amarahnya dengan cara yang tepat tanpa merugikan diri sendiri apalagi merugikan orang lain.
Hari ini Shevin janji untuk datang ke kantor PMI cabang Jakarta Selatan, daerah Pejaten. Terakhir kali dia datang sekitar 2 bulan lalu, semua fasilitator sudah menyuruhnya untuk berkunjung. Ia menjadi dekat dengan keluarga PMI setelah kecelakaan yang menimpanya. Keluarga besar PMI membantunya mengatasi trauma mental akibat kehilangan Arion.
Karena tidak ada rapat usai pulang sekolah Shevin menuju halte disamping sekolahnya, menunggu angkutan umum yang menuju Pejaten. Ia turun di sebuah persimpangan, dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki kira-kira satu kilometer. Maklum angkutan umum tidak melewati rute cabang PMI.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful
Teen FictionShevina Saphire Anggara adalah anak jenius, kapten basket, pengusaha sukses, intelijen elite, dan segudang bakat lainnya. Shevin biasa dia disapa terlalu sempurna untuk anak 14 tahun. Namun, dia tidak pernah diharapkan oleh keluarganya. Dia lelah de...