Here 3 : Hari Kedua

1.7K 197 9
                                    

"Whoaaam~!" Pagi ini masih saja dingin. Yah, jelas saja. Ini masih baru-barunya masuk musim dingin, jadi jelas masih dingin. Dan dinginnya pagi ini selalu berhasil membuatmu menguap berulang kali. Kenapa? Karena kamu selalu mengantuk jika rasa dingin masuk ke dalam tubuhmu.

"Masih mengantuk, (first name)-san?" Kamu menengok ke arah sampingmu, di mana seorang laki-laki bersurai baby blue tengah duduk di kursi kemudinya. Ya, Kuroko Tetsuya, saudara dari nenek yang sama, alias sepupu.

"Yah, begitulah," jawabmu tanpa menengok ke arahnya. Matamu terus mengarah ke luar jendela, tapi pemikiranmu berkelana menjelajahi kejadian kemarin. Rasanya seperti mimpi bisa langsung diterima oleh seseorang yang begitu terpandang.

"Atasanmu itu Akashi-ku, kan?" Sekarang perhatianmu teralih ke arah Kuroko. Meski Kuroko tidak melihatmu dan masih fokus ke jalanan, tapi dia sudah tahu kalau kamu ingin dengar kelanjutan omongannya. "Selamat ya, karena bisa menaklukan orang seperti Akashi-kun."

Pertamanya kamu terdiam. Tapi beberapa detik kemudian kamu tertawa kecil karena teringat cerita Kuroko semasa SMP dan SMA nya.

"Ah, benar juga," katamu yang sekarang telah melihat ke depan. "Akashi-sama itu punya aura yang berbeda, ya?"

"-sama?" Kuroko sedikit mengernyit ketika mendengarnya. Begitu lampu jalan berwarna merah, dia merem mobil dan mengalihkan pandangannya padamu. "Apa panggilan di kantornya seperti itu?"

Kamu mengangguk antusias. Melihat Kuroko yang seperti terkejut atau semacamnya, membuatmu jadi geli sendiri karenanya. Apa dulu Akashi tidak pernah dipanggil seperti itu? Mungkin seperti itu pikiranmu sekarang.

"Dia orang terpandang, sih." Ternyata Kuroko memaklumi kalau Akashi sampai dipanggil seperti itu. Hanya saja tadi dia sedikit terkejut ketika mengetahuinya.

"Kalau begitu," Mobil kembali dijalankan karena lampu telah hijau, "Kita akan ngebut sampai kantormu, karena aku takut kena marah Akashi-kun jika sekretarisnya terlambat sampai sana."

Seketika itu juga Kuroko tancap gas dengan senyum mengembang di wajahnya yang artinya entah apa, dan membuatmu sedikit tersentak, antara terkejut akan cepatnya mobil melaju atau jam masukmu yang tinggal beberapa menit lagi.

...I'm Here...

"Aku berangkat dulu, ya, Tetsuya!" Kamu melambai begitu sudah menaiki beberapa tangga menuju kantor. Kuroko yang masih di dalam mobil ikut melambai sambil melempar senyum manisnya padamu, seakan mengatakan "Selamat bekerja," begitu.

Ketika mobil hitam Kuroko sudah melaju pergi, kamu bersegara masuk untuk mengganti pakaian dan menemui Akashi serta Midorima yang mungkin saja sudah menunggumu di ruangannya.

Benar saja. Ketika kamu sudah rapi dan mengetuk pintu Akashi beberapa kali sampai akhirnya masuk, keduanya sudah ada di dalam dengan gaya yang seperti sedang menunggu seseorang. Akashi yang menopang dagunya dengan kedua tangannya di atas meja--duduk di kursinya tentunya, lalu Midorima yang berdiri di dekat meja Akashi sambil menyilangkan tangannya di depan dada, menatap datar ke arahmu. Hayoo, apa yang akan kamu lakukan?

Keringat dingin sudah keluar begitu saja. Tapi kamu mencoba untuk tetap tenang dengan menarik napas perlahan, lalu membuangnya sambil berdiri tegap di tengah-tengah dengan menerima tatapan yang seperti itu dari keduanya.

"Maaf atas keterlambatan saya di hari kedua ini, Akashi-sama," ucapmu meminta maaf pada mereka sambil sedikit membungkukan badan. Cukup lama sampai suara berat khas Akashi terdengar di telingamu.

"Sudah, tegakan kembali tubuhmu." Perintah yang cukup mengejutkan untuk seorang sekretaris baru sepertimu. Dengan sedikit ragu, kamu tegakan kembali badanmu dan mendapati Akashi tengah menunjukan senyum menawannya padamu.

"Untuk apa seorang pelayan Akashi Seijuurou membungkuk seperti itu? Tak ada yang boleh seperti itu, apalagi sekretarisku sendiri." Tadinya kamu sempat berpikir, ada apa dengannya? Apa Akashi salah makan sesuatu? Oh, tunggu. Ada yang aneh dengannya. Ya, benar. Ada yang aneh.

"Shintarou." Shintarou? Bukankah Akashi biasanya memanggil Midorima tidak dengan nama depannya? Dan entah kenapa kamu merasa udara di sekitar semakin berat saja.

"Bisa urus kedatangan tamu yang ada di luar?" Akashi memberi tugas untuk Midorima. Entah karena alasan agar pria berkacamata itu untuk keluar atau tidak. Tapi Midorima hanya menuruti saja, karena dia yakin akan ada yang terjadi sebentar lagi.

Midorima menerima beberapa lembar kertas yang sepertinya dokumen dari tangan Akashi, lalu beranjak dari tempatnya. Ketika dia melewatimu, kamu sempat mendengar bisikannya yang mengatakan "Hati-hati." Kamu tidak tahu maksudnya, jadi hanya bisa memasang wajah bingung tanpa bertanya lebih lanjut.

"Duduk dulu di sofa, (first name)." Kamu tersentak begitu namamu dipanggil. Tidak biasanya Akashi memanggilmu seperti itu. Kelihatannya memang ada yang aneh. "Aku akan segera kembali." Kamu memilih untuk menuruti perkataannya dan menunggu Akashi sampai keluar lagi dari ruangan yang kelihatannya seperti ruang pribadi yang pintunya ada di sebelah kanan mejanya.

...I'm Here...

Tak butuh waktu lama untukmu menunggu Akashi keluar dari ruangannya itu. Apa yang ada di dalamnya? Hah, apa pedulimu? Toh, Akashi bukanlah siapa-siapa bagimu, kecuali sebagai atasan.

"Apa lama?" Akashi berjalan mendekat, kemudian dia mendudukan dirinya tepat di sebelahmu. Ah, bahaya. Sisi di mana bersebelahan dengan Akashi rasanya jadi memanas sekarang. Kamu tidak bisa berpikir jernih lagi dalam keadaan seperti ini.

Menghindari kontak fisik atau hal-hal yang tak diinginkan, dengan sedikit keberanian yang tersisa kamu jauhkan sedikit posisi dudukmu dari Akashi. Akashi yang menyadari hal itu hanya menutup mulutnya, menahan tawanya agar tak keluar begitu saja.

"A-apa ada yang lucu, Akashi-sama?" tanyamu ragu dan serendah mungkin, dengan maksud supaya tidak menyinggung perasaan Tuan Besarmu.

"Tidak," jawabnya sambil mendekatkan dirinya lagi padamu. Tapi akhirnya kamu berdiri dengan posisi yang tetap menatap bosmu. "Kenapa berdiri?" tanyanya. "Aku tak akan lakukan apapun, kok."

Kamu menatapnya ragu. Tapi apa yang kamu rasakan ini benar-benar aneh. Ya, sebelah mata Akashi--tepatnya mata kiri--berubah menjadi emas. Dan itu adalah mata yang sempat kamu lihat kemarin, walau sekilas. Apa ini mempengaruhi perubahan dan keanehan Akashi yang sekarang?

"Aku janji, aku tidak akan menyentuhmu." Akashi memang mengatakannya. Tapi hatimu terus berteriak untuk tidak mendengarkan kata-katanya.

"J-janji..., ya?" Aah, apa yang kamu katakan?

"Janji." Ternyata kamu mudah ditipu juga, karena akhirnya kamu dengarkan juga perintahnya yang menyuruhmu untuk kembali duduk.

"Ini, ambilah." Pria scarlet itu menyodorkan tangannya ke arahmu. Dengan ragu, kamu coba terima apa yang diberikannya, dan betapa terkejutnya kamu ketika melihatnya.

"I-i-ini... ini, kan!?" Bahkan kamu sampai tergagap ketika melihatnya.

"Benar," ujar Akashi sembari memperlihatkan senyuman memabukkannya. "Cincin perak itu kuberikan padamu. Pakailah."

Seperti yang dikatakan Akashi. Benda yang diberikan padamu adalah sebuah cincin perak yang di atasnya terdapat batu ruby yang begitu indah. Tak terbayang di kepalamu berapa harga untuk sebuah cincin mungil itu. Tapi, tunggu!? Tadi dia bilang... itu diberikan padamu, kan?!

"M-m-m-ma-maksudnya i-ini a-a-apa, A-Akashi... -sama!?" Orang yang memberikan cincin itu berdiri, lalu dia berjalan menjauh dari sofa. Dia masih membelakangimu, yang membuatmu semakin khawatir akan kepemilikan cincin ini sebenarnya.

"Sudah kubilang, kan, tadi?" Sekarang wajah tampannya sudah diperlihatkan lagi. Meski mata sebelah kirinya berwarna emas, dan sifatnya jadi tidak seperti biasanya, tapi senyuman ramah dan indah Akashi tetaplah ada. "Kuberikan cincin perak itu untukmu, (first name)."

Semua berjalan dengan cepat dan membingungkan. Bagaimana seorang putra, pewaris sah keluarga Akashi, memberikan benda yang kelihatannya berharga pada orang yang baru bersamanya dua hari ini? Apa dia tidak khawatir sama sekali?

Tapi dalam pikiranmu sekarang bukanlah semua hal yang Author pikirkan. Namun, apa maksud Akashi memberikan cincin itu padamu?

...I'm Here... [next]

I'm Here...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang