Here 7 : Panggilan Masuk

1.3K 171 7
                                    

"Terima kasih tumpangannya, Midorima-san."

Tak perlu waktu lama sampai akhirnya mobil Midorima berhenti di depan sebuah rumah yang jelas adalah milikmu.

Ya. Rumah yang kamu beli dengan tabunganmu dan tabungan Ayahmu agar bisa tinggal di Kyoto bersama.

Midorima tidak menjawab, bahkan tidak turun dari mobilnya. Kamu yang mengerti membungkuk terima kasih, lalu membuka pagar dan berjalan masuk ke halamannya.

"(Last name)." Tapi sebuah suara menghentikan langkahmu. Kamu berbalik dan melihat Midorima yang masih duduk di kursi kemudi sambil menaikan kacamatanya. Oh, untuk menutupi wajahnya yang sedikit memerah samar. "Jangan telat ke kantor besok-nanodayo," katanya dan langsung tancap gas hingga mobilnya tak terlihat lagi dalam jarak pandangmu.

Tak segera masuk, kamu berdiam dulu di depan pintu rumah sambil menunduk. Entah tertiup angin apa, tapi kamu menyunggingkan sebuah senyum tipis sebelum akhirnya masuk ke dalam, di mana Ayahmu tercinta tengah menunggu kepulangan putrinya.

...I'm Here...

Mansion besar dengan halaman luas yang tak biasa, bahkan mungkin bisa diperkirakan seluas sawah ditambah perkebunan atau semacamnya, berdiri dengan kokohnya di tengah Kota Kyoto yang bisa dibilang cukup padat.

Dan mansion seperti itu pasti sudah bisa ditebak milik siapa. Akashi, keluarga pemegang saham terbesar di Jepang dan pemilik perusahaan Akashi Company yang bergerak di bidang pertambangan.

Tapi sekarang bukan saatnya membicarakan betapa besar dan suksesnya Akashi dalam usaha, melainkan berfokus pada masalah percintaan yang menimpa Tuan Muda Akashi, Seijuurou.

Akashi terlihat begitu lelah saat dia baru masuk ke kamarnya. Kelihatannya dia baru pulang dari kantor, dan sekarang hanya duduk terpaku di pinggiran kasur.

Pria bersurai merah yang matanya kini sudah resmi berubah menjadi heterochromatic, alias berbeda warna, menatap kosong ke arah lemari pakaiannya yang tingginya lebih sedikit dari temannya yang berwarna ungu. Dari sorot matanya, dia kelihatan ingin mengganti pakaiannya namun tidak sanggup untuk sekadar berdiri dari duduknya di pinggir ranjang.

"Bukankah kau sendiri tertarik padanya?"

Sebuah kalimat yang bahkan tak bisa dirinya percaya sendiri--padahal Akashi juga yang mengatakannya, terlintas begitu saja di kepala Akashi yang sudah mulai berat dan meminta untuk diistirahatkan.

Dengusan panjang ia keluarkan, sampai akhirnya tubuhnya dipaksa bangkit dan berjalan ke arah lemari. Membukanya, dan mengambil sebuah kaos putih polos dan celana boxer selutut berwarna merah gelap. Pertanyaan Author sekarang, apa Akashi tidak kedinginan pakai celana pendek dan kaos tipis? Yah, memang lengan panjang, sih.

Begitu selesai berganti, Akashi berbalik dan kembali duduk di pinggiran ranjang. Matanya terpejam, seakan berusaha memanggil dirinya yang lain--Oreshi--untuk keluar dan menemuinya. Tapi gagal dan diakhiri dengan decakan sebalnya.

"Tertarik, katanya?" Akashi bergumam yang dilanjutkan oleh kikikan yang terdengar seperti suara iblis.

Kepalanya yang tadi tertunduk, kini sedikit terangkat dan memperlihatkan wajah tampannya yang sudah menyeramkan, bagi beberapa orang termasuk Author jika melihatnya.

"Mana mungkin. Dengan wanita seperti itu?" Akashi berbicara aneh. Kepalanya sekarang terisi oleh wajahmu yang menurutnya tidaklah elit, tapi entah kenapa memang memancarkan kemiripan pada permaisurinya yang jauh di sana. Bukan wajah, tapi kelakuan.

Akashi yang mulanya memasang tampang seram dan meremehkan, kini menekuk wajahnya seakan dia barusan melakukan kesalahan. Kesalahan yang membuat hatinya jadi sakit tiba-tiba.

I'm Here...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang