Di sini akan ada adegan di mana Akashi ngomong sama dirinya sendiri, alias Oreshi dan Bokushi. Biar jelas, nanti saya bakal ganti jadi Oreshi sama Bokushi di tiap adegannya muncul.
...
Kuroko tancap gas secepatnya, tanpa tahu kamu dia kenapa. Wajah Kuroko memucat setelah dia dengar kalau Akashi memberikan cincin yang kelihatannya--jelas--sangat berharga itu.
Kamu yang penasaran ada apa dengan sepupu biru mudamu itu akhirnya bertanya to the point, "Memangnya... ada apa dengan cincin ini?" tanyamu. "Aku bisa mengira ini berharga, tapi kautahu, kan, alasan dia memberiku ini, Tetsuya?" jelasmu kemudian.
Entah karena terlalu fokus pada jalanan atau bagaimana, Kuroko sama sekali tidak menjawab pertanyaanmu. Dia hanya melanjutkan kegiatannya, menyetir dengan kecepatan tak biasa bagi seorang Kuroko Tetsuya.
Merasa terabaikan, kamu kembali mencari posisi nyaman pada tempat dudukmu, meski agak sulit mencarinya dalam keadaan seperti ini.
Cincin perak Akashi masih ada di tanganmu. Untuk yang kesekian kalinya, kamu pandangi cincin itu, berusaha menerka apa yang dimaksudkan Akashi memberimu cincin seperti ini.
Kegiatan melihat dan menatap, yang diakhiri dengan menebak isi pikiran Akashi, harus dihentikan karena Kuroko menghentikan mobilnya dengan tidak biasa juga. Kamu sedikit terkejut, tapi tidak menunjukannya dalam sikap. Hanya bergumam, "Toko kuenya Satsuki-chan?"
Benar. Toko kue milik Momoi yang ia buka sejak ikut denganmu dan Kuroko pindah ke Kyoto.
...I'm Here...
"(First name)-chan! Apa kabar?!" Belum selesai melangkahkan diri untuk masuk, kamu sudah dapatkan pelukan--ekstra--hangat dari si pemilik toko, Momoi Satsuki. Dia sepertinya sangat menyukaimu ya? Atau hanya karena kamu adalah sepupu kekasihnya? Tidak tahu juga, sih.
"Aku baik, Satsuki-chan," balasmu sambil berusaha melepaskan pelukannya dan berhasil. Tanpa diduga Momoi malah memajukan bibirnya.
"Kamu jarang mampir! Hmph!" Kali ini dia membuang wajahnya ke arah lain, dan jangan lupakan pipinya yang digembungkan. Kamu hanya tertawa renyah--garing--lalu mengikuti Momoi dan Kuroko yang berjalan menuju salah satu tempat duduk.
Begitu duduk, Momoi memanggil salah satu karyawan tokonya dan meminta tolong membuatkan teh untuk kalian bertiga. Lalu dia kembali menatapmu dan Kuroko, yang tiba-tiba saja datang di jam kerja begini. Oh ya! Kamu, kan, pulang lebih awal! Awal banget malah!
"Ah iya! Kenapa (first name)-chan ada di sini? Bukankah kantornya Akashi-kun masih dalam jam kerja, ya? Malah ini belum lama setelah dimulai," terang Momoi yang disertai beberapa pertanyaan yang begitu panjang.
Kamu lagi-lagi tertawa renyah--garing--dan membiarkan Kuroko yang menjelaskan. "Akashi-kun yang menyuruh (first name)-san untuk pulang cepat, Momoi-san."
Momoi menanggapinya dengan santai dengan berkata, "Oh," sampai beberapa detik kemudian dia berteriak kencang. "EEEEEHHHHH!?"
Kamu dan Kuroko rupanya sama, sama-sama refleks menutup telinga akibat teriakan gadis peach yang menggelegar. Dan ternyata Momoi sadar, lalu menutupi mulutnya. Jeda beberapa saat sampai teh muncul di hadapan masing-masing.
"B-benarkah itu?!" tanya Momoi kemudian pada kamu dan Kuroko yang bersamaan menyesap teh. "Akashi-kun yang itu, menyuruh sekretaris pribadinya yang baru bekerja dua hari untuk pulang cepat hari ini?!" Pertanyaan Momoi selanjutnya dijawab dengan anggukan oleh kalian berdua.
Momoi yang tadi memajukan tubuhnya dan sedikit bangkit dari kursi karena keterkejutannya, kini kembali duduk dan menyenderkan punggungnya. Dia kelihatan bingung dengan urusanmu, sekaligus lelah yang dirasakan karena mengurus toko.
"Apa Akashi-kun serius akan hal ini?" gumaman Momoi membuatmu makin penasaran. Serius akan hal ini? Tentu saja itu adalah pertanyaanmu juga. Tapi yang dimaksud di sini adalah, Momoi serta Kuroko yang sepertinya tahu maksud di balik ini semua.
"Bisa kalian jelaskan padaku?" Kamu membuka suara yang menarik perhatian sepasang kekasih di dekatmu itu. "Apa yang sebenarnya terjadi? Dan apa maksud cincin milik Akashi ini?"
Momoi dan Kuroko berpandangan sejenak, sampai mengangguk bersama. Dan keputusan untuk menjelaskannya sedikit telah ditetapkan.
"Sebenarnya..."
...I'm Here...
"Sebenarnya apa yang kau inginkan darinya?" Pertanyaan dari Oreshi membuat Bokushi menyeringai samar di sana. Merasa menerima sesuatu yang tak diinginkan, Oreshi kembali bertanya namun dengan pertanyaan yang sedikit berbeda.
"Kuganti pertanyaanku," katanya, "Kenapa kauberikan cincinnya pada (last name)? Apa karena dia menarik perhatianmu?"
Bokushi kembali menyeringai, tapi kali ini dia dengan tanpa ragu menunjukannya pada Oreshi. "Ya," jawabnya. "Dia memang menarik perhatianku."
Oreshi membuang napasnya berat dan membuang wajahnya ke arah lain. Kelihatannya dia sendiri tidak tahan dengan dirinya yang lain itu.
"Kau sendiri," Suara Bokushi kemudian membuat Oreshi kembali menatap seseorang yang mirip dengannya, namun jelas berbeda itu, "Apa kau tertarik padanya? Atau," Bokushi menggantung kalimatnya dan menatap lurus seraya menyeringai pada Oreshi, "Kau malah menyukainya?"
Oreshi terdiam sesaat, lalu dia terkekeh pelan mendengarnya. Tak percaya saja jika dirinya yang lain akan bertanya hal semacam itu. Hal yang bersifat 'privasi'.
Oreshi menggidikan bahunya sambil menjawab, "Siapa yang tahu. Toh, kita sama-sama masih memikirkan yang lalu."
Bokushi yang mulanya menyeringai berubah wajahnya menjadi datar dan dingin. Bahkan mungkin bisa dikategorikan menyeramkan. "Jangan berani mengaku kalau kau masih memikirkan permaisuriku, jika kau sudah mulai tertarik dengan wanita lain," jelasnya dengan nada rendah yang begitu mengintimidasi.
Namun hal itu tak membuat Oreshi gentar sama sekali. "Memangnya kenapa?" balasnya. "Bukankah kau sendiri tertarik padanya? Tertarik sampai memberikan cincin yang kita--oh, dirimu belikan untuk permaisurimu?"
Bokushi berdecak sebal. Dia berbalik dan seperti tidak sudi menatap Oreshi yang memasang senyum kemenangan di sana.
Cukup lama jeda pembicaraan keduanya, sampai Bokushi tiba-tiba tertawa bak iblis kecil. "Haah, kau pikir aku akan menyukai wanita lemah seperti (first name) itu?" katanya dengan masih sedikit sisa tawa di sana.
"Tenang saja," lanjut Bokushi. "Aku hanya ingin bermain dengannya dulu, sampai permaisuriku datang. Setidaknya dia jadi wadah yang pas untuk jadi tempat penyimpan cincin berhargaku, kan?"
Oreshi menatap dirinya yang lain itu dengan tatapan tak suka. Dia berbalik, ikut tak menatap diri di seberang sana. Anehnya, tak ada satupun dari keduanya yang beranjak untuk mengisi tubuh yang mulai mendingin ini.
"Kalau begitu aku pergi," ucap Bokushi yang memutuskan dirinya lah yang mengambil alih tubuh Akashi Seijuurou. Oreshi yang ditinggal dalam kegelapan diri hanya menunduk dalam diam, sampai dirinya menggumam.
"Kumohon jaga (last name) dulu sampai aku kembali, Kuroko, Midorima."
...I'm Here...
"...itu adalah cincin yang dibelikan Akashi-kun khusus untuk tunangannya yang sedang ada di luar negeri, (first name)-san," jelas Kuroko menyambung pernyataan Momoi. Wajahmu yang mendengarnya spontan berubah jadi tak terbayang. Kamu jadi gelagapan karena sekarang diberikan cincin yang memang berharga milik Akashi.
Belum sampai Momoi maupun Kuroko melanjutkannya, tibalah seseorang yang membuka pintu toko dengan sedikit tidak santai.
Semuanya sontak beralih pada siapa di pintu toko, dan membuatmu terdiam membeku di tempat. "Akhirnya kutemukan juga kau-nodayo."
"Midorima... -san?"
...I'm Here... [next]
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here...
FanfictionCOMPLETED ... Attention!! Saya hanya pinjam Akashi Seijuurou milik Fujimaki Tadatoshi-sensei sebagai karakter. *-*-* Percayakah kalau Akashi bisa jatuh cinta? Dan percayakah kalau dia tidak akan melupakan cinta pertamanya? Percayakah lagi kalau Akas...