"Apa maksudnya ini?" Kamu terus bergumam tak percaya atas kejadian barusan. Di mana Akashi yang berubah, tak seperti saat pertama kamu bertemu dengannya, dan selanjutnya dia malah memberikan sebuah cincin perak dengan batu ruby di atasnya. Cincin yang terlihat berharga, namun ia berikan untukmu.
Sekarang kamu dalam perjalanan menuju ruang ganti. Begitu Akashi memberikan kejutan padamu, dia malah menyuruhmu pulang cepat. Aneh memang, tapi itu adalah perintah. Jadi jangan membantah, daripada mendapat masalah.
"(Last name)-san?" Suara berat menyadarkanmu dari lamunan dan pikiran mengenai cincin itu. Ketika kamu berbalik, ternyata benar Midorima yang memanggilmu.
"Ada apa?" tanyamu mencoba tenang, dan tanpa sadar memasukan tanganmu ke dalam saku rok yang ada cincinnya. Seakan tidak ingin Midorima tahu apa yang kamu bawa.
"Aku hanya ingin tanya-nodayo, dan bukan berarti aku ingin tahu apa yang kau lakukan-nanodayo." Seperti biasa, ucapannya sulit diketahui yang mana yang fakta. "Apa sudah mau pulang?"
Ah, benar juga. Bahkan ini belum waktunya makan siang, tapi kamu sudah berjalan ke arah ruang ganti. Bagaimana Midorima tidak bertanya akan hal itu?
"Ah, masalah itu..." Kamu tidak bisa menjawabnya. Karena, yah, meski ini perintah Akashi, tapi Midorima akan kepo, tak peduli seberapa tsunderenya dia. "Aku..."
Cukup lama, sampai suara yang kamu kenal--sekali--terdengar seperti penyelamatmu. "Kenapa kau belum pulang juga, (last name)?"
Akashi datang--entah dari mana--dan membuat perhatian Midorima tertuju padanya. Tapi, eh? Barusan, dia memanggilmu dengan nama belakang, kan? Kenapa sepertinya... berubah lagi?
"Jadi kau menyuruhnya pulang, Akashi... -sama?" tanya Midorima sambil menaikkan kacamatanya, menjaga imagenya yang terkadang sulit dimengerti, meski oleh temannya sendiri.
"Ya," jawab Akashi. "Katanya dia kurang enak badan. Makanya kusuruh pulang. Kan, (last name)?"
Ketika Akashi menolehkan kepalanya padamu, dia terlihat berikan kedipan mata yang mengisyaratkan kalau kamu harus setuju dan segera pergi. Kamu menurutinya, dan detik itu juga belenggu Midorima serasa terlepas begitu saja darimu.
Di sisi lain, tanpa kamu ketahui, Midorima menanyakan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Akashi, dan malah dijawab, "Datanglah ke ruanganku. Akan kujelaskan."
...I'm Here...
Hanya keheningan yang menyambut keduanya. Midorima yang diberi janji oleh Akashi atas apa yang ingin diakuinya, terus menunggu dalam diam sampai si Tuan Muda mau bicara.
"Kau ingat cincin perak dengan batu ruby yang pernah kubeli untuk permaisuriku saat SMP?" Akhirnya si lelaki merah membuka suaranya. Tapi dia malah bertanya pada Midorima, seakan menyuruhnya untuk mengingat masa lalu.
"Ya, aku ingat," jawab Midorima setelah dia diam dalam pikirannya beberapa saat. Apa hubungannya dengan dirimu dan cincin perak milik Akashi itu?
"Kuberikan itu padanya," jelas Akashi yang mengundang wajah terkejut Midorima. Melihatnya, Akashi pun melanjutkan--menegaskan, "Pada (last name)."
Midorima kelihatan ingin protes. Bagaimana tidak? Akashi bersedia untuk tidak main-main, tapi dia malah memberikan cincin itu? Bukankah nantinya dia akan menyakiti hatimu kalau dia tahu dirinya salah paham? Dan, maksud Akashi apa?
"Tapi," penyelaan Akashi membuat wajah Midorima jadi wajah ingin tahu, "Bukan aku yang berikan. Melainkan 'dia', diriku yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here...
FanfictionCOMPLETED ... Attention!! Saya hanya pinjam Akashi Seijuurou milik Fujimaki Tadatoshi-sensei sebagai karakter. *-*-* Percayakah kalau Akashi bisa jatuh cinta? Dan percayakah kalau dia tidak akan melupakan cinta pertamanya? Percayakah lagi kalau Akas...