**Here 20** : Jujurlah, lalu Kembalilah

1.3K 144 23
                                    

“...Tou-san berharap, kau tidak pernah membenci laki-laki bersurai merah itu, (first name). Karena Tou-san yakin, dialah yang memang terbaik untukmu...”

“Ah?” Apa itu barusan? Oh, itu hanya kilasan dalam mimpimu. Kamu memijit pelipismu sejenak, lalu menolehkan kepalamu ke kanan dan kiri. Dan kamu baru sadar, kalau kamu tertidur di toko. “Aku tidak sempat pulang, ya?” katamu pelan sambil mendudukan diri di sofa dekat dapur yang memang jadi pilihan tempat tidurmu sejak semalam.

“Oh?” Suara seseorang membuatmu memutar kepalamu 180 derajat ke belakang—tapi tidak seperti burung hantu, oke? Di sana, kamu melihat Kuroko dengan gelas berwarna senada dengan surainya di tangan kanannya. “Selamat pagi, (first name)-san,” ucap Kuroko kemudian sambil menaruh gelas biru muda itu di meja di depan sofa tempatmu duduk.

Kamu pun membenarkan posisimu agar menghadap meja itu, yang setelahnya memandangi air kecoklatan di dalam gelas itu. “Teh?”

“Niatnya aku membuatnya untuk diriku sendiri,” kata Kuroko yang membuatmu menoleh ke arahnya yang sudah mendudukan dirinya di sofa single di dekat sofa panjangmu. “Tapi karena (first name)-san sudah bangun, kupikir kau butuh sesuatu untuk diminum.”

Kuroko memang anak yang baik, mungkin itu pikirmu sekarang. Kenapa Author bisa bilang begitu? Karena kamu seketika tersenyum tipis ketika Kuroko mengatakannya.

“Kalau begitu,” Tanganmu terulur dan mengambil gelas itu, lalu mendekatkan ke bibirmu, “Aku akan meminumnya, ya?”

Kuroko mengangguk. Senyum yang semula masih setia terpampang di wajah manisnya, perlahan memudar dan menanyakan sesuatu yang membuatmu menyemburkan tehmu. “Apa... (first name)-san sekarang jadi menyukai Midorima-kun?”

Kuroko panik dan hendak membantumu, tapi kamu menolaknya halus. Kemudian kamu menatap manik biru muda itu dengan wajah yang sudah begitu panas. “Ap-apa maksudnya itu, Tetsuya?” tanyamu balik dengan nada yang sedikit ditinggikan.

“A-aku hanya bertanya saja...” Kuroko tampak bingung dengan reaksimu. Tapi kemudian, senyumnya kembali terulum. “Jika dengan Midorima-kun, maka aku rela (first name)-san berpacaran dengannya.”

Kali ini bukanlah teh yang menyembur—karena jelas kamu tidak meminum tehmu lagi, melainkan tanganmu yang meraih tangan Kuroko dan merematnya dengan tidak biasa. “Bisa untuk tidak membahas masalah cinta dulu, Kuroko Tetsuya-kun?” Aura yang kamu keluarkan begitu menyeramkan sekarang.

Kuroko mendadak gugup dan salah tingkah. “E-eh? Maaf...” katanya kemudian.

Kamu kembali membenarkan posisi dudukmu yang tadi sedikit maju ke arah Kuroko karena merasa harus memberi pria itu tatapan seram, kemudian menyeruput lagi teh yang sudah dibuatkan sepupumu itu. Tapi, mendadak kamu jadi tidak nafsu untuk menghabiskannya. Kamu taruh kembali teh yang masih lumayan banyak itu ke meja.

“Nee...” Kuroko yang masih harus membiasakan dirinya kembali akibat ulahmu tadi padanya, menatap takut-takut dirimu yang sedikit menunduk sehingga beberapa helai rambutmu ada yang menutupi matamu. “Aku sempat memikirkannya,” Jeda sesaat karena kamu perlu menghirup oksigen dan keberanian yang diberikan udara gratis pemberian Tuhan itu, sebelum akhirnya melanjutkan, “Kalau aku... mesti mencari cinta lain untuk melupakan Akashi—walau Tou-san sendiri menyuruhku untuk memperjuangkan si merah itu.”

Kuroko paham. Dia sangat paham. Semenjak Ayahmu meninggal, kamu jadi banyak memikirkan masalah cinta ini. Hanya karena kamu terlena dengan pesona seorang Akashi Seijuurou, kamu jadi banyak mengabaikan Ayahmu sehingga membuat beliau pergi lebih dulu. Tapi kemudian kamu sadar. Kamu tidak akan bisa melupakan Akashi tanpa adanya cinta baru, bukan? Makanya, kamu juga memikirkan masalah pengganti posisi di hatimu ini.

I'm Here...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang