"Apa ada masalah dengan pria bernama (last name) itu, sampai kau sempat menolakku, Shiori?" Suara berat khas keluarga Akashi terdengar. Namun bedanya, ini bukanlah Akashi Seijuurou, melainkan Akashi Masaomi, Ayah yang bisa jadi paling berkuasa di Jepang.
Dengan pandangan lemahnya, Shimizu Shiori yang kala itu tengah kencan berdua dengan sang kekasih, (last name) (father name), menatap dalam mata coklat Masaomi, seakan-akan meminta waktu untuk menjelaskan semuanya.
Belum, bahkan seperti tidak diizinkan membuka mulutnya, tamparan yang didapat si gadis surai merah.
"Shiori!?"
"Jangan dekati dia, pria kampungan!" Ucapan yang terkesan kasar dari Masaomi, sontak membuat (father name) hanya bisa kembali diam di tempat. Kepalanya sudah berisikan kalimat-kalimat tanya seperti, Apakah Shiori baik-baik saja?
Tanpa pikir panjang, Akashi Masaomi menarik paksa Shimizu Shiori, dan meninggalkan (father name) terpaku di sana.
Hanya bisa saling menatap dari kejauhan, keduanya seakan mengucapkan salam perpisahan.
**...I'm Here...**
"Hhh, aku kepikiran lagi..." Suara lelah juga tidak suka akan apa yang barusan terlintas di kepalanya, diperdengarkan Akashi Masaomi kepada kita semua. Dari perkataannya saja sudah bisa ditebak, kalau dia sendiri merasa aneh dengan apa yang diperbuatnya semasa muda dulu.
Jari jemari tuanya masih terus menjelalah rak buku, seakan dia sendiri bingung harus memilih buku mana untuk dibacanya. Sampai akhirnya jemarinya dijauhkan, dan tubuhnya memilih duduk kembali ke kursi kekuasaannya.
"Inikah karma yang kudapat?" gumamnya lagi seraya memijat pelipisnya perlahan. "Bukannya merasa tenang di masa tuaku, aku justru dihantui rasa bersalah dan menyesal akan apa yang pernah kulakukan dulu. Ini tidak biasanya untuk diriku," Dirinya berhenti sejenak, menatap sebuah bingkai kecil di atas mejanya yang di sana terlihat sosok dirinya, wanita elegan bersurai merah, dengan pria kecil bersurai senada dengan sang wanita berdiri di antara keduanya, "Bahkan Seijuurou sampai mempermainkan perasaan wanita seperti itu. Aku jadi merasa tidak bisa mendidik anakku sendiri."
Hm, mungkin kalian bingung. Yah, jujur saja Author juga bingung di sini. Seorang Akashi Masaomi yang berkuasa dan selalu tidak pernah terlihat lemah juga mengeluh di depan semua orang, kini justru terlihat seperti manusia biasa. Manusia biasa yang mulai berumur, dan memikirkan segala hal yang pernah dilakukannya di masa muda. Nostalgia gampangnya.
Sambil meregangkan punggung tuanya dengan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursinya, Masaomi menghela napasnya lagi yang disambung dengan perkataannya, "Apa lebih baik, kususul saja kau di sana, Shiori?"
Kelopak matanya menutup, tidak mengizinkan cahaya coklat dari iris matanya keluar. Napasnya pun mulai teratur kembali. Tenang saja, ini bukan sakaratul maut atau semacamnya. Tapi ini hanya cara Masaomi untuk mendinginkan kepalanya, yang kemudian dia tertidur di kursinya tanpa ia sadari kemudian.
Di lain sisi, tepatnya di depan pintu ruangan kekuasaannya, terdapat putranya yang tadinya berniat masuk memberikan laporan anggaran perusahaan bulan ini, dihentikan dengan segala macam pikiran berikut opininya dalam kepala. Berbagai macam kalimat bermunculan di kepalanya.
Apa... maksud omongan Tou-san itu? Itu adalah salah satu kalimat dalam kepala Akashi yang bisa Author ambil.
**...I'm Here...**
"(First name)-chan! Tolong ambilkan kue ulang tahun pesanan Hadzuki-san minggu lalu!"
"Ah, iya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here...
FanfictionCOMPLETED ... Attention!! Saya hanya pinjam Akashi Seijuurou milik Fujimaki Tadatoshi-sensei sebagai karakter. *-*-* Percayakah kalau Akashi bisa jatuh cinta? Dan percayakah kalau dia tidak akan melupakan cinta pertamanya? Percayakah lagi kalau Akas...