**Here 26** : Extra Part

2K 143 64
                                    

We are Here For You
.
"I'm Here..." Extra Part
.
Hope you enjoy it~
.
.
.

"Nnh... Sei...! Henti... kan--aah...!"

"Mmh? Kenapa?"

"Nanti... kalau anak-anak bangun, bagaimana? Nnh...!"

"Tidak. Ini belum jam mereka bangun. Tenang saja."

"B-bukan itu masalahnya, bodoh! Lepas--aah...!"

Hm, kenapa pagi-pagi harus dapatkan fanservice seperti ini? Yareyare... Dan, tunggu? Kenapa gaya bicara saya jadi mirip S*iki Kusu*? Ah, sudahlah. Efek tamatnya anime dengan tokoh utamanya yang bisa jadi kembaran dengan Akashi Seijuurou itu, membuat kepala Author jadi sedikit sakit rupanya. [Ini org knp sih? -___-]

Yah, kembali ke cerita, di mana suamimu, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Akashi Seijuurou, tengah menggodamu yang sedang memasak untuk sarapan keluarga kecilmu. Dengan 'lahap'nya, padahal semalam juga habis diberi 'makan', si kepala merah itu 'memakan' habis lehermu dan di sekitaran telinga, hingga meninggalkan begitu banyak kissmark dan bekas gigitan di sana. Mana yang semalam belum hilang, ditambah lagi.

Kalau aku ini tidak pernah peduli dia ini Seijuurou atau semacamnya, aku pasti sudah tusuk matanya tanpa basa-basi dengan pisau yang kupegang ini! pikirmu mulai kesal akan tingkah manja Akashi yang menurutmu, sudah kelewatan. Rupanya 6 tahun pernikahan kalian, tidaklah membuat cinta seorang Akashi Seijuurou luntur begitu saja, ya. Atau mungkin, justru malah makin bertambah tiap harinya.

"Sei...?!" panggilmu lagi, mulai frustasi. Hanya dengan memanggil namanya yang terpikirkan olehmu untuk menghentikannya. Ya, barangkali dia akan berhenti. "Anak-anak nanti bangun! Hentikan!"

Bukannya berhenti, Akashi justru makin menyerangmu, yang dibuktikan dengan kedua tangan nakalnya yang mulai memperbudak bagian depan dan belakangmu. Otto, sepertinya Author mulai kelewatan, mengingat tidak ada tanda 'Dewasa' di ff ini. Jadi, bagaimana kalau kita hentikan saja? Dan biarkan imajinasi Reader-san sekalian yang melanjutkannya, ya~

"Sei...! Ah?" Seketika kamu terdiam ketika melihat siapa yang datang. Dua orang makhluk kecil tak berdosa, masih dengan piyama tidur mereka yang bergambar beruang teddy, berdiri dengan wajah polos andalan mereka di belakang sang ayah, yang tengah, uhum, mencumbu ibu mereka.

Tanpa bisa berkata-kata lagi, kamu hanya mencoba memukul-mukul punggung Akashi, berharap dia bisa mengerti dan langsung melihat ke belakang. Dan sepertinya, Tuhan mendengar doamu, (first name). Ah, atau mungkin, Dia juga merasa kasihan pada dua pasang mata suci anak-anak kalian. Akashi--dengan ajaibnya, menghentikan aksinya. Begitu ia berbalik ke belakang, ah, Author tidak bisa jelaskan lagi bagaimana wajahnya.

Bukannya menyingkirkan kedua tangannya dari pinggangmu, Akashi malah terbengong menatapi kedua putra-putrinya dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan lagi. Reaksi suamimu inilah yang pada akhirnya membuatmu...

BUAGH!

"Selamat pagi, Yucchan, Mocchan!"

I'm Here...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang