Salju yang turun dan menghujani dirimu, tidak membuatmu berhenti dulu sekadar berteduh dari butiran-butiran salju yang turun ke bumi itu. Seakan-akan, salju itu adalah perumpamaan air matamu yang membeku, sehingga tidak bisa mengalir selayaknya air.
Ya, itu benar. Rasanya sesak, kamu ingin menangis. Tapi anehnya, air mata tak ada yang mau keluar setetes pun dari kedua matamu. Apa yang terjadi? Kenapa kamu sampai tidak bisa menangis?
Oh, Author tahu. Author bisa menebaknya. Itu karena tunangan—ditambah kebohongan yang diberikan Akashi—semuanya ada hubungannya dengan sahabat setiamu, kan? Sahabat terbaikmu sejak kecil, bukan?
Umm, rasanya kamu seperti pernah mendengarnya dari sahabatmu, bahwa dia pernah mengaku punya pacar di SMP nya. Tentu saja SMP Teikou, SMP yang berbeda denganmu menimba ilmu saat itu.
Kalau tidak salah (best friend name) sempat bilang, “Tahu tidak, (nick name)-chan? Aku ditembak oleh laki-laki tampan di sekolahku, loh! Dan mulai hari ini—saat dia menembakku pulang sekolah tadi, kami resmi jadi sepasang kekasih!”
Aah, itu kenangan yang entah kenapa jadi menyeruak masuk kembali dalam otakmu, setelah sekian lama kamu lupakan karena tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi. Apalagi sampai menimpa dirimu yang terlanjur jatuh cinta dengan orang yang diakui sebagai kekasih sahabatmu itu.
Ngomong-ngomong, bagaimana kelanjutan kisahmu dan dua orang penting dalam hidupmu—meski Akashi orang baru, tapi dia sudah jadi sosok lelaki yang mulai kamu cintai—tadi tepat setelah (best friend name) bilang kalau Akashi Seijuurou adalah kekasih—tunangan—nya selama ini?
Baik, kita kembali dulu ke beberapa saat lalu, ketika kamu belum memutuskan untuk pergi dan kemudian rela dihujani salju yang turun perlahan ke bumi malam ini.
**...I’m Here...**
“Jadi, Sei-kun ini bosnya (nick name)-chan, ya? Hebat!” Tepat setelah kejadian barusan, kamu, Akashi juga (best friend name) malah jadi satu meja. Tidak tahu kenapa, tapi hal ini pastilah akan terjadi.
Kamu hanya menatap kosong keduanya yang ada di hadapanmu, duduk bersebelahan dengan salah satu tangan mereka yang mereka tautkan, membuktikan betapa besarnya cinta mereka masing-masing.
“Hm, itu benar, permaisuri cantikku,” balas Akashi dengan panggilan ‘permaisuri’nya lagi, seakan ingin meledekmu yang melihatnya dengan tatapan penuh harap seperti, Bisakah kau sadar, kalau aku ada tepat di hadapanmu, Sei?
(Best friend name) yang mendengarnya hanya meninju pelan lengan bagian atas si kepala merah, sebelum matanya teralihkan padamu yang sudah berkeringat dingin tak karuan. Wajah ceria (best friend name) jadi sedikit memucat melihat kondisimu.
“K-kau kenapa, (nick name)-chan?” tanyanya dengan nada khawatir. “Apa (nick name)-chan sakit? Keringatnya banyak sekali.”
Kamu yang sadar kalau berkeringat dingin melebihi batas, langsung mengelapnya asal dengan kedua tanganmu. “A-ah... Aku tidak apa-apa kok, (b-best friend name)-chan,” dustamu dengan mata yang kini tertunduk, tidak kuasa melihat ke arah keduanya di mana mata Akashi menatap dingin ke arahmu.
Ah, benar juga. Tiba-tiba saja kamu teringat akan suatu hal yang penting. Dengan gerakan cepat, kamu lepaskan cincin yang ada di jari manis kananmu sebelum (best friend name) menyadarinya—melepasnya dengan tanganmu yang disembunyikan di bawah meja.
Ini adalah milik tunangan Se--Akashi, pikirmu. Itu artinya... ini milik (best friend name)-chan, dan aku tidak berhak lagi untuk memilikinya.
Dengan sedikit gemetar, kamu paksakan tanganmu untuk kembali ke atas meja dan mengulurkannya tepat di hadapan (best friend name). (Best friend name) yang melihat cincin perak berhiaskan ruby indah itu, sedikit terkejut. Mungkin dia bingung, kenapa cincin itu bisa ada di tanganmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here...
FanfictionCOMPLETED ... Attention!! Saya hanya pinjam Akashi Seijuurou milik Fujimaki Tadatoshi-sensei sebagai karakter. *-*-* Percayakah kalau Akashi bisa jatuh cinta? Dan percayakah kalau dia tidak akan melupakan cinta pertamanya? Percayakah lagi kalau Akas...