4. Menuntas Penindasan

5.3K 634 1K
                                    

"Pretending that I need a boy.
Who's gonna treat me like a toy, and all other the girls wanna wear expensive things, and diamond rings. But I don't wanna be the puppet that you're playing on a string. This queen don't need a king."

Sit, still look pretty ⏯ Daya

S W E E T
R E V E N G E

☄☄

Gista melihat Nadin memutar mata ke arahnya, sekarang yang ia pikirkan kalau Nadin akan melakukannya seperti biasa.

Penindasan.

"Lo bermasalah dengan Damian?" Nadin bertanya pada Gista, lalu matanya melirik Kesya yang sangat kesal.

"Terus itu masalah sama lo?" Gista membalas, berdiri dan langsung berhadapan dengan Nadin seraya menopang dagu. "Bagaimana dengan masalah sandiwara lo dengan Damian soal ..." Seperti sedang berpikir, Gista hanya terkekeh meremehkan segala masalahnya.

"Memalukan!" Nadin melotot, nada suaranya mulai meningkat. "Lo pikir lo siapa beraninya menumpahkan sesuatu yang menjijikkan ditubuh Damian?" Lalu dia mendorong Gista sampai kembali duduk di tempatnya.

Gista mengerjap pada Nadin. Tentu saja Gista meyakini bahwa Nadin adalah salah satu orang yang melihat kejadian itu. Apa lagi ketika tangannya memegang sebuah ponsel dan itu membuat fakta Nadin merekamnya juga. Ya, bisa saja.

"Sebelum lo ngomong, ngaca dulu. Apa lo nggak lebih malu menuduh orang yang tidur sama lo?" balas Gista, perkataan itu membuat Kesya bahagia karena sudah mewakilinya.

"Itu bukan urusan lo! Sekarang soal tindakan lo," Nadin menyipitkan matanya pada Gista, suara miliknya terdengar dengan begitu khas. "Seolah lo nggak tau pacar gue, Damian. Semua murid tau kita bersama, dasar bodoh!"

Mata cokelat Gista melebar ngeri mendengar pengakuan dari Nadin menjadi kekasihnya Damian. Pasalnya, Gista tahu betul kalau Damian sudah memutuskan hubungannya dengan cewek membosankan ini.

Sekarang Gista tahu apa yang terjadi.

"Dan lo pikir pacar lo siapa beraninya menumpahkan sesuatu di kepala gue?" Gista membalik pertanyaan, kemudian jemari tangannya menempel pada dagu. "Ups, maksudnya mantan pacar lo." koreksi Gista, sambil tersenyum licik.

"Bagus, lo emang pantas dapat itu. Seharusnya Damian lebih melakukan sesuatu yang menjijikkan daripada sekedar saus tomat dan soda," balas Nadin.

Dengan setiap kata yang Nadin lontarkan kepada Gista, rasanya amarah Gista mulai menaik dan ingin menjambak rambut pirangnya itu. Tapi Gista masih berhasil membuat posisinya teratas dari segalanya.

Kesya ikut berdiri, berusaha untuk menjelaskan semuanya. Namun, Gista menahan Kesya agar mengalah dari omongan Nadin. Itu lebih baik jika Gista harus meladeninya, ia akan mendapat kesialan baru. Nadin dan dayangnya berjalan melewati meja Gista, mereka kembali duduk dan beberapa murid mulai normal-tidak menatap Gista ataupun Nadin.

Yang saat ini Gista pikirkan adalah; bagaimana mungkin Damian mau mengencani seorang cewek membosankan seperti Nadin? Sebenarnya, ini sudah termasuk hal yang wajar. Damian menganggap bahwa bergonta-ganti pasangan adalah hobi permainannya.

Gista selalu berharap agar dirinya tidak menjadi salah satu hobi permainan seorang Damian Alvanozian.

☄☄

Gista membuka pintu kamar lalu membantingnya cukup keras. Berdiri mematung di depan cermin sambil mencium rambutnya yang masih bau aroma ramuannya itu. Ia mendengus kesal, mengacak-acak rambutnya sendiri dengan frustrasi. Secuil ingatan saat Damian menumpahkan botol itu---membuat pikiran Gista ingin meledak.

Sweet RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang