Part 12-Wish I could say the same thing...

351K 18.3K 1K
                                    

"Double Jeopardy ..."

Angela mengerutkan alis membacanya.

"Vay, apa maksudnya ini?" Angela langsung menoleh kepada Vaya yang ada di sebelah kirinya. Vaya memutar bola mata karena sudah menduga Angela akan bertanya.

Seperti biasa setiap pagi Angela dan Justin selalu sibuk mengerjakan PR yang tidak pernah mereka kerjakan di rumah. Jika tidak mengerti Vaya sudah bisa meramalkan mereka pasti akan bertanya padanya.

"Double Jeopardy adalah sebuah hukum yang dimana seseorang tidak boleh dihukum dua kali atas pelanggaran hukum yang sama. Hukum yang berlaku hanya di beberapa negara." Vaya menjelaskan. "Lo nggak bisa nyari di google apa Njel?"

"Buat apa? Kan lo google berjalan, Vay." Angela tertawa. "Tapi gue masih nggak ngerti." Ia kembali mengerutkan alis.

Justin yang mendengar percakapan mereka tiba-tiba tertawa. "Udah, Vay. Lo jelasin pake bahasa resmi kayak gitu nggak bakal masuk ke otaknya Angel. Biar gue aja yang jelasin. Gini, Njel. Ibaratnya lo dituduh ngebunuh gue padahal lo nggak ada ngebunuh gue, abis itu lo diadili dan dipenjara. Keluar dari penjara lo ngelihat gue masih hidup dan akhirnya ngebunuh gue karena kesel. Nah pengadilan nggak boleh ngehukum elo lagi, karena elo udah dihukum duluan."

"Ohhhh, jadi gue boleh ngebunuh elo ya?" Angela mengucapkannya sambil menatap kesal pada Justin.

"Jangan sekarang, Njel. Elo marah nih ceritanya ya?" Justin meringis.

"Ya iyalah gue marah, Tin!! Elo kemana aja kemarin malem ninggalin gue? Terus bisa-bisanya elo bikin kakak gue kebakaran dompet kayak gitu! Kasian kakak gue udah bokek, ampe rumah diomelin pula ama bokap. Gue juga diomelin pagi tadi!" Angela berteriak kesal hingga seisi kelas melirik mereka. Tapi teman-temannya sudah maklum dengan tingkah aneh bin ajaib tiga orang yang duduk sederet tersebut sehingga kembali pada aktivitas masing-masing.

"Ya ampun. Kakak lo apes banget." Justin tertawa. "Udah, Njel. Nggak usah marah-marah. Uang kakak lo udah gue suruh transfer balik ke rekeningnya kok. Ntar kalo dia ngecek pasti udah ada." lanjutnya santai.

Angela mencerna perkataan Justin.

"Yang bener, Tin?" Ia menoleh pada Justin berbinar-binar.

"Ya benerlah. Tanya aja dia kalo lo nggak percaya. Cuman dia ntar pasti bingung kenapa uangnya dibalikin."

Benar juga...kakaknya pasti kebingungan jika melihat uang untuk menebusnya tiba-tiba kembali ke rekening. Jika Angela menjelaskan bahwa dirinya dan Justin mengerjai kakaknya itu kira-kira bagaimana reaksinya?

Sudahlah, ia akan pura-pura tidak tahu saja. Nanti kakaknya bisa-bisa malah menjewernya. Berabe kan?

Tapi rasanya kemarin malam kakaknya juga mengancamnya seperti itu tetapi tidak melakukannya. Malah kakaknya itu menciumnya...

Angela mulai merona senang kembali hanya dengan memikirkannya. Bahkan ia senyum-senyum sendiri tanpa sadar. Ups! Apa ada yang melihat tingkah anehnya?

Angela menoleh ke kiri dan mendapati Vaya sibuk dengan bukunya. Nggak heran, sih.

Setelah Vaya aman, ia menoleh ke sebelah kanan dan mendapati Justin menatapnya dengan raut wajah tidak senang. Uhhh...

Angela langsung berpura-pura memalingkan wajahnya.

"Udah! Jangan pura-pura, Njel! Cerita, cepet!!"

Angela meringis mendengarnya. "Apa sih, Tin?"

"Elo nggak bisa nyembunyiin apa-apa dari gue, Njel. Gue udah tau karakter lo. Dari tadi lo senyum-senyum gaje sendiri cuman ada dua kemungkinan. Kalo lo nggak gila berarti ada sesuatu yang berkaitan dengan kakak lo."

(END) RAYHAN AND ANGELA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang