6 tahun sebelumnya.
"Angela, ini rumahmu sekarang."
Angela menatap sekelilingnya sambil menyeret boneka panda pemberian mamanya. Ia tidak suka boneka. Kalau disuruh memilih, ia lebih suka mengoleksi mainan lego. Tapi karena boneka ini pemberian ibunda tercintanya, mau tak mau ia harus membawanya. Di belakangnya beberapa orang membawakan kardus yang berisi pakaian dan buku sekolahnya yang tidak seberapa.
Ia berada di sebuah rumah yang sangat besar. Jauh lebih besar dibanding tempat tinggalnya dulu bersama mamanya.
Mamanya tinggal di sebuah tempat yang disebut apartemen oleh orang-orang. Di sana hanya ada dua kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Tapi Angela bahagia tinggal di sana. Karena ia bersama Mama. Mama yang disayanginya, meski Mamanya jarang memiliki waktu untuk Angela.
Angela tidak mengeluh karena tahu Mamanya sibuk bekerja untuk menghidupinya. Setiap pagi, sebelum berangkat sekolah ia bertugas memasak dan membersihkan apartemen karena Mamanya belum bangun tidur akibat selalu pulang malam.
Dan Mamanya sudah tidak terlihat selama beberapa hari.
Lalu seorang lelaki paruh baya menjemputnya. Lelaki itu kini ada di depannya, mengatakan bahwa rumah besar ini adalah rumah barunya.
"Di sini bukan rumahku. Aku harus pulang pada Mama agar ia tidak khawatir." Angela menggeleng-geleng dan menjawab dengan tegas tanpa terdengar takut.
Lelaki paruh baya itu menatapnya sejenak.
Ia terlihat menghela nafas lalu berlutut di depan Angela seolah ingin mensejajarkan diri dengannya. "Mamamu sedang pergi ke tempat yang sangat indah, Angela."
"Kenapa Mama tidak mengajakku?" Angela bertanya.
"Mamamu akan menjemputmu suatu saat nanti. Tapi ia menitipkan pesan Angela harus menjadi anak yang baik dan penurut." lelaki itu berkata lagi.
Angela tidak tahu harus melakukan apa, jadi ia hanya mengangguk.
"Bagus. Dan mulai sekarang Angela boleh memanggilku Papa."
Angela terpana mendengarnya. Ia tidak pernah mempunyai ayah. Semua teman-temannya di sekolah selalu menceritakan tentang ayah mereka, dan Angela hanya bisa mendengarkan. Sekarang jika benar orang di depannya ini mau menjadi ayahnya, ia merasa sangat gembira.
"Papa!!" Ia tersenyum mengucapkannya. Lelaki itu ikut tersenyum.
"Anak baik." 'papa' barunya itu mengacak-acak rambut pendeknya yang bergelombang. "Oh iya, kau juga punya seorang kakak, Angela."
"Kakak?" Angela kembali antusias. Ia juga akan mendapatkan seorang kakak?
"Iya, namanya Rayhan. Ah, itu dia!!" papanya menunjuk ke arah tangga di mana seorang anak laki-laki, bukan...remaja laki-laki sedang menuruni tangga. Dia memakai baju kaus hitam dan ditutupi jaket varsity berwarna senada. Ia memakai topi juga sehingga Angela tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Perawakannya mengingatkan Angela pada Ashton Kutcher.
Angela merasa sedikit kecewa karena berpikir akan mendapatkan seorang kakak seperti Ellen, teman sekelasnya. Ellen memiliki kakak yang hanya berselisih setahun. Ellen kelas lima dan kakaknya kelas enam. Dan kakak Ellen bukan laki-laki, tapi perempuan.
"Rayhan, kebetulan kau turun. Aku ingin mengenalkanmu pada Angela."
Kakak barunya yang tadinya menuruni tangga dengan cepat mulai melambatkan langkah dan menatap Angela.
Angela juga mendongak untuk mengamati wajah kakaknya.
Kakaknya itu memiliki tipe wajah yang ramah, meski sekarang ia mengerutkan alis. Ia mungkin perlu ke tukang cukur rambut sedikit karena beberapa rambut belakangnya agak menjuntai melewati telinga. Matanya sendu dengan alis yang indah. Dan bagian terbaik dari wajahnya adalah hidungnya yang lurus dan tajam. Ia lumayan tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) RAYHAN AND ANGELA
عاطفيةISI MASIH LENGKAP!! ROMANCE DEWASA Seri ke 2 dari trilogi Sean-Rayhan-Daniel ANGELA PRAMOEDYA Sejak pertemuan pertama mereka Angela Pramoedya mencintai Rayhan sepenuh hati. Angela adalah seorang gadis yatim piatu yang baru saja diadopsi oleh keluarg...