13

1K 76 1
                                    

01.33 AM

Camelion: Gue lupa soal nilai gue. Gimana nilai ulangan gue?

Mr.Evans: Ini udah malem loh,Cam. Saya ngantuk berat.

Camelion: Tumben banget lo ngantuk. Biasanya kan selalu ada setiap saat. 24/7 Haha..

Mr.Evans: Agak gak enak badan. Hehe..

Camelion: Oh ya ampun maaf banget. Gue gatau. Sumpah deh. Ya udah gak usah deh nilainya. Kalau pun nilai gue bagus batalin aja acara makan-makan besok. Gue gak mau lo kenapa-kenapa.

Mr.Evans: Gapapa udah makan-makan aja,Cam.

Camelion: Lo udah ngoreksi nilai gue ya?

Mr.Evans: Sudah,kamu dapat 80,Cam.

Camelion: YA LORD FINALLY NILAI GUE BAGUS. MAKASIH BANYAK LOH,SIR. SELAMA INI NILAI GUE PALING MENTOK 60!!

Mr.Evans: Iya,Cam.

Camelion: Oh iya, gimana kalau acara makannya diganti jadi dinner bareng Mama sama Scott besok aja?

Mr.Evans: Maksud kamu?

Camelion: Lo belum dikasih tau sama Scott apa?

Mr.Evans: Belum. Saya seharian gak keluar kamar. Hehe.. demam biasa.

Camelion: Demam kok di sepele in sih? Teman Mama banyak yang meninggal karna demam,loh!

Mr.Evans: Jadi kamu takut saya meninggal? Ih care banget. Saking naksirnya sama saya.

Camelion: DIH NAJIS! SEJAK KAPAN GUE NAKSIR SAMA MAKHLUK KAYAK LO? EW.

Mr.Evans: Haha

Camelion: Besok malam keluarga gue sama keluarga lo mau dinner di rumah gue. Dari kemarin Mama sibuk trus gue disuruh bantuin dia melulu-_-

Mr.Evans: Oh gituu. Ya udah sekarang kamu tidur. Pasti capek kan?

Camelion: Ha. Iya, tau aja.

Mr.Evans: Selamat tidur ya. Besok saya usahakan datang. Demam saya sudah membaik.

Camelion: Bagus deh,Mr.

●●●●

Camelion terus memainkan ponselnya tanpa memperdulikan Bella yang terus mondar-mandir kesana kemari mempersiapkan segala macamnya bersama adiknya,Gesine.

"G, tolong ambil yang itu. Kayaknya kurang,"Ucap Bella kepada Gesine, adiknya.

Bella tampak mencari keberadaan Camelion, anak semata wayangnya itu. Berharap Camelion sudah siap dan mau membantunya bersama Gesine.

"CAMELION!"Bella berteriak sambil menggelengkan kepalanya ketika melihat kondisi Camelion yang tengah terbaring diatas sofa sambil memainkan ponselnya.

"Apa sih Ma? Aku sibuk,"Balas Camelion yang membuat Bella memutar matanya jengkel.

"SEKARANG! CAMELION RAVEN KENSINGTON!"

Camelion memutar matanya jengkel kemudian beranjak dari sofa untuk berganti pakaian. Jujur, Camelion tidak ada niat sedikitpun untuk bersiap, ia malas bertemu keluarga pacar Mamanya itu. Apalagi bertemu Chris, ia pasti akan sangat speechless.

Tak lama kemudian, bel rumah berbunyi. Semuanya sudah siap, tak terkecuali Camelion. Keluarga Evans pun datang dengan hangat. Bob yang membawa seluruh anggota keluarganya beserta Chris, guru yang paling Camelion benci.

Bella mempersilahkan mereka untuk masuk kedalam rumah. Duduk di kursi yang tersedia kemudian menyuruh Camelion untuk duduk disamping Chris.

"Senang akhirnya bisa bertemu denganmu,Bella."Papar Bob Evans, ayah Scott.

Camelion tertegun sambil terus membetulkan posisi duduknya. Ia tampak tidak nyaman berada disamping Chris.

"Saya juga sangat senang dapat bertemu anda dan keluarga,"Balas Bella dengan senyum yang merekah.

Bob menatap kedua mata Camelion nanar. Ia tersenyum walau hanya seulas. "Ini siapa ya?"

Camelion tersentak setelah mendengar pertanyaan Bob yang membuatnya lebih kurang nyaman.

"My daughter."

"Umurnya berapa?"Tanya Lisa, ibu Scott.

"Eighteen. Sebentar lagi masuk perguruan tinggi. Chris gurunya."

Camelion mengigit bibir bawahnya. Ia takut. Ia takut apabila Bob dan Lisa tidak menerima kehadirannya.

"Aku pikir itu Bella, ternyata anaknya. Haha."Tawa Bob diiringi senyuman Bella. Walau sebenarnya Bella tersinggung.

"Aku permisi."

Tanpa babibu, Camelion langsung beranjak dari kursinya dan pergi ke kamar. Diikuti Chris yang mulai menggejarnya dari belakang.

Camelion membuka pintu balkon kamarnya. Bertengger di pinggir balkon dengan air mata yang mulai turun deras.

"Kamu baik-baik saja?"Suara Chris mendengar, namun hal itu tidak membuat Camelion bergeming.

"Dad memang suka begitu. Saya tau kamu tersinggung. Kamu tersinggung dan kamu takut. Kamu takut kalau orang tua saya tidak menyetujui hubungan Mama kamu dan Scott hanya karna keberadaan kamu. Iya kan?"Tanya Chris.

Camelion tetap diam. Tidak berniat untuk menjawab. Ia tetap memutuskan untuk menangis.

"Saya minta maaf telah membuat kamu sedih."Ucap Chris.

Camelion berbalik. Matanya tampak merah, begitupula seluruh wajahnya. Antara marah dan sedih.

"LO TAU KAN KETAKUTAN GUE APA? GUE TAKUT MAMA SAKIT HATI! GUE UDAH CERITA BANYAK KAN SAMA LO? MAMA GAK BISA HAMIL! MAMA SAKIT! DAN USIANYA GAK MEMUNGKINKAN! GUE TAU SCOTT CUMAN MEMPERMAINKAN DIA. IYA KAN?"

Chris terdiam walau mengangguk sedikit."Scott cuman ingin---"

"Iya, jadi dia gaperlu pakai karet itu di punyanya dia untuk melakukan sesuatu. Gue tau piciknya adek lo apa! Cuman gue gak mau bilang Mama. Gue takut Mama sakit hati."

Chris mengangguk walau tetap bungkam. Ia menatap Camelion. Berjalan kearah Camelion walau pada akhirnya Camelion malah mendorongnya.

"Lo pergi! Lo sama piciknya sama adek lo! Keluar!"

Tanpa perintah kedua, Chris langsung angkat kaki dari kamar Camelion. Ia tau muridnya sedang marah, ia tidak sepantasnya merusak perasaan murid kesayangannya itu.

"Picik? "

To be continue

Mr. EvansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang