26

915 65 12
                                    

   Chris masih memikirkan wanita yang ia temui di Café pagi tadi. Wajahnya mirip sekali dengan Camelion, walaupun sifat mereka benar-benar berbeda 180°.

Chris mulai berpikir untuk mendekati wanita itu. Sepertinya wanita itu jauh lebih baik daripada Camelion. Apalagi sikapnya, benar-benar mencerminkan seorang wanita inteligent.

Chris memencet tombol berwarna hijau di layar ponselnya lalu mulai mengetikan nomor telfon yang ia tuju.

Butuh dua kali panggilan sampai pada akhirnya sambungan telfon connect. Chris kegirangan setelah mendengar wanita itu berkata 'Halo?'

"Ini aku,C--Robert. Yang tadi pagi," Chris tersenyum sendiri, berharap wanita itu ingat namanya.

"Hah? Robert? Robert yang mana ya?"

Persetan. Pelupa dia.

"Robert Ryan. Yang tadi pagi di café. Manager perusahaan tambang?"

Wanita itu tertawa."Oh ya ampun, maafkan aku Rob. Aku tidak bermaksud. Hari ini aku sibuk sekali."

"Kau dokter kandungan yang hebat nona,"puji Chris.

"Wah, tidak juga."

Chris tertawa pelan."Jadi bagaimana soal kunjungan ke Boston lusa?"

"Mungkin bisa. Nanti kita obrolkan lagi saja,"Balas wanita itu cepat.

"Ya ya benar. Kapan ada jam kosong?"

"Besok pas istirahat. Kenapa?" Tanyanya.

"Lunch? Prob?"

Wanita itu tertawa."Of course nah."

"See ya at 11 tomorrow, k?"

"Yas. See ya too,Rob."

Chris mematikan sambungan telfon dengan wajah yang berseri-seri. Walaupun wanita itu bukan Camelion, namun hatinya tetap senang.

"Camelion, aku tau itu kau."

●●●●

Wanita itu tertawa karna lolucon Chris yang menurutnya lucu. Walaupun Chris berpikiran sebaliknya.

Siang itu sangat indah bagi Chris. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya ia dapat merasakannya kembali. Merasa berada di dekat Camelion, dan Camelion memberikan respon positif sebagai mestinya. Walau Chris masih kurang yakin wanita itu Camelion atau bukan.

"Kenapa ambil jurusan kedokteran?" Tanya Chris lalu meneguk minumannya.

"Karna masa lalu kali ya. Apalagi soal kandungan,"Jawab wanita itu.

Chris menautkan alisnya."Masa lalu? Maksudnya? em, kalau boleh tau sih."

"Mama. Mama aku. Maaf ya aku gak bisa cerita. Privasi,"Balasnya.

Chris menatap kedua pupil mata wanita itu. Ia mengenggamnya erat.

"Kalau boleh jujur, kamu mirip sekali dengan seseorang yang telah mengisi hati saya selama beberapa tahun ini." Chris tersenyum, ia masih menatap kedua pupil mata wanita itu.

"Hah?"

"Murid saya. Murid terbaik yang pernah saya punya."Chris tetap menatapnya.

"Saya gak paham."

"Jujur sama saya, saya tau kamu siapa. Tolong jujur. Kamu jangan bohong. Jangan mencoba untuk menutupi jati diri kamu. Saya sudah mencari kamu kemana-mana. Kamu gak tau seberapa besar pengorbanan saya buat kamu. Cam, ini saya. Guru matematika SMA kamu yang memang salah menaruh perasaan pada muridnya sendiri. Tolong beri saya kesempatan kedua,Cam. Selama empat tahun ini saya mencari kamu. Tolong Camelion." Tutur Chris.

Wanita itu shock setelah mendengar penuturan Chris. Ia langsung melepaskan tangannya dari genggaman Chris.

"Maaf ya saya nggak paham. Evans siapa saya juga gak tau. Camelion juga siapa? Maaf ya, permisi."Wanita itu merogoh tasnya lalu menaruh beberapa dollar diatas meja. Ia langsung berlari kearah pintu keluar tanpa menengok ke belakang, Chris mencoba untuk mengejarnya namun wanita itu malah menodongkan pistol yang entah ia bawa darimana.

Chris kembali terpuruk. Ia tak paham mengapa wanita itu malah menghindar setelah ia berkata begitu. Chris makin yakin itu Camelion.

Ternyata dia berubah, dia masih mau memberikanku kesempatan kedua. Sayangnya aku ceroboh. Dasar Chris idiot!

To be continue

uts menyiksa. apalagi mtk. hiks. :(

-adek iparnya cevans

Mr. EvansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang