14

1K 73 2
                                    

12.24 PM

Unknown number: Ini nomor Mr.Evans kan? Guru Matematika?

Mr.Evans: Hm. Iya. Ini siapa ya?

Unknown number: OH MY GOD GUE DAPET NOMOR GURU PALING KECE SESATU BOSTON! FOR THE GOD SHAKE! MIMPI APA GUE SEMALEM?

Unknown number: Olivia Paine. Sekelas sama Camelion Kensington. Murid kesayangan Mr.

Mr.Evans: Oh Camelion. Iya ada apa Nona Paine?

Olivia Paine: Panggil aja Olivia. Susah banget. Kalau boleh honey. Hehe..

Mr.Evans: Hm. Ada masalah apa ya Nona Paine?

Olivia Paine: Oh iya,benar.

Mr.Evans: Apakah ini berkaitan dengan Nona Kensington?

Olivia Paine: Gausah pake 'Nona Kensington' Mr. Christopher yang terhormat. Saya tau kok Mr selalu manggil Camelion tanpa Nona-nona gitu. Hehe.

Mr.Evans: Lalu?

Olivia Paine: Mr tau soal kejadian kemarin malam kan? Keluarga Mr itu loh. Camelion cerita banyak ke saya.

Mr.Evans: Lalu?

Olivia Paine: Lalu-lalu mulu. Lo kek gapeduli banget sih. Gue mau ngomong penting.

Mr.Evans: Iya apa?

Olivia Paine: Camelion mabuk. Dia hampir ditelanjangi lelaki tadi di Club. Untung saya langsung mengenali dia. Tolong ke rumah saya sekarang ya.

Mr.Evans: Saya segera kesana.

●●●●

Chris cemas sedari tadi. Pikirannya kacau balau. Ia takut Camelion kenapa-kenapa. Walaupun ia dan Camelion hanya sebatas orangtua di sekolah, namun Chris sudah sangat menyayanginya.

Sesampainya di alamat yang ia tuju, ia langsung memarkirkan mobilnya di depan rumah tersebut dan mengetuk pintu rumah itu beberapa kali sampai pada akhirnya seorang gadi berambut pirang keluar dengan mata yang sembab.

"Olivia? Dimana Camelion?!" Tanya Chris panik.

"Ikut aku."

Chris mengekori Olivia menuju tempat yang mereka tuju. Sesampainya di tempat tersebut, Camelion tengah terbaring lemas diatas ranjang milik Olivia.

"Are you okay?"Chris menatap nanar kearah Camelion. Camelion mengangguk walau matanya berair. Ia menangis.

"Aku tinggal dulu ya."Ucap Olivia.

Pintu pun tertutup. Menyisakah mereka berdua didalam kamar itu.

"Kenapa kau mabuk? Jelas-jelas bukan kamu penyebab Bella ditolak oleh Dad saya."Tanya Chris dengan nada cemas."Saya mencemaskan kamu tau!".

Camelion bungkam. Ia tak tau harus menjawab apa.

"Kamu hampir membuat saya mati cemas tau gak tadi? Kamu pikir saya bisa membiarkan kamu beg---"

"Lo gak usah lebay. Gue udah baik-baik aja. Makasih udah kemari. Olivia yang telfon?"Tanya Camelion dengan nada lirih.

Chris memijat pelipisnya karna frustasi. Ia melihat beberapa love bites di sekitar leher Camelion. Siapa yang berani menaruh tanda itu disana?

"Just tell me, are you still a virgin?"
Tanya Chris agak ragu.

"I almost lose my virginity. Untung Olivia datang. Aku tampak bodoh ketika lelaki itu mencoba buah dadaku. Ak--"

Chris memeluk erat tubuh Camelion yang terbalut jaket itu. Chris tak habis pikir dengan dirinya, mengapa ia begitu cemas kepada murid kesayangannya itu? Jelas-jelas awalnya perhatian dan kedekatan mereka tidak sejauh ini. Lama-kelaman mereka semakin dekat sampai seolah-olah Chris lah pacarnya.

"Kamu mau tidur disini atau mau saya antar pulang?"Tanya Chris. "Saya minta maaf banget soal Dad dan Mom yang nyindir habis-habisan Mama kamu."

"Mama lagi frustasi. Aku mau disini aja. Sama Olivia lebih baik."Jawab Camelion.

Chris mengangguk. Ia mencium kening Camelion singkat dan mengelus puncak kepalanya pelan. Camelion menyukainya, perasaan nyaman mulai menjalar di hati Camelion. Bukan perasaan cemas yang merasukinya ketika lelaki antah berantah itu menjajaki tubuh polosnya.

"Promise me ok? Kamu gak boleh gitu lagi,ya? "Pinta Chris.

Camelion mengangguk diiringi sedikit senyuman."Yes. Of course."

Chris kembali memeluk Camelion erat. Ia senang karna berhasil membuat Camelion tersenyum dan merasa nyaman.

"Harry nyatain perasaan ke aku kemarin. Kami sudah pacaran."

To be continue

GREGET GAK NIH?

Mr. EvansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang