34

1.2K 87 14
                                    

    Ia membuka matanya perlahan. Langit-langit kamar menyapa pandangannya, membuatnya terbelalak lalu bangkit dari kasurnya.

"Mau kemana,dear?" Aunt G menaruh nampan berisikan air putih dan roti itu diatas meja lalu duduk di kasur keponakannya.

"Kenapa aku bisa ada disini? Bukannya aku ada di gedung?" Mata Camelion menyiratkan keheranan yang mendalam, ia menatap Aunt G, meminta jawaban.

"Kamu pingsan setelah Bob mewakili Chris melamar Raven, kembaran kamu semalam,"Aunt G menatap lirih keponakannya.

Mata Camelion berkaca-kaca. Ia menahan air mata yang sebentar lagi akan turun dari kedua matanya.

"Aunt bercanda?!"

"Aunt serius,dear. Berdoa saja semoga mereka tidak akan menikah,ya, sayang,"Aunt G mengelus rambut keponakannya pelan lalu beranjak dari kasur."Celine lapar katanya, Aunt mau buatkan makanan dulu. Take care."

Camelion mengangguk.

Drddtt..

"Halo Dave?"

"Halo Camelion. Are you okay?"

"Gue baik-baik aja."

"Bagus deh, kalau gitu. Gue minta maaf ya soal semalam. Gue bener-bener enggak tau."

"Iya,gapapa. Lo gak salah, gue aja yang terlalu maksain. Tapi ternyata apa? Dia udah punya cewek baru. Kembaran gue sendiri lagi. Lucu ya, Dave."

"Lo istirahat aja sekarang,Cam. Nanti gue kabarin lagi kalau gue ada info baru. Okay? Take care Ms. Evans."

"Haha.. I hope."

●●●●

Waktu menunjukan pukul tujuh tepat, bulan purnama sudah menampakan wujudnya diatas sana. Bulat dan bercahaya.

Camelion sibuk memainkan ponselnya di dalam kamar, rumah Aunt G sepi. Hanya ada dia dan Celine yang sibuk video call dengan Greyson. Kadang Camelion bingung, katanya Celine - Greyson musuhan, tapi mereka seolah seperti memiliki hubungan lebih.

"Camelion, there's a girl out there!" Celine membuka pintu kamar sepupunya.

Camelion tertegun."Who the hell is that?"

"I don't know. She's in the living room." Celine pun turun ke lantai bawah, ke kamarnya. Pasti melanjutkan video call dengan Greyson.

Camelion langsung menuruni tangga rumahnya menuju ruang tamu. Wanita berambut pirang itu tersenyum.

"Fuck, Raven!" Umpat Camelion.

"Long time no see, Cam,"Raven tertawa. "Aku sendiri lupa kalau nama tengahku 'Camelion'. Ternyata aku punya kembaran."

"Ha"

Raven memperlihatkan jemarinya di hadapan Camelion. Rasanya Camelion ingin melepaskan cincin itu dari jemari Raven.

"Chris buktinya lebih memilih aku daripada kau, perempuan tidak tau diri,"Raven tersenyum.

"Kau hanya pelariannya."

Raven tertawa kencang."Pelarian apanya? Kalau aku pelariannya saja, tidak mungkin momentum semalam terjadi,idiot."

"Dia mencintaiku! Bukan kau!"

"Memang dia pernah melakukan apa?!" Raven tersenyum jahat.

"Kalian hanya pernah chat,kan? Paling mentok kalian kissing sebelum lo pergi trus gantungin dia berpuluh-puluh tahun! Ngaca lo bitch! Penyesalan datangnya di akhir, mendingan lo cepetan pergi dari sini, jauhin Chris sama gue, trus lo cepetan nikah deh sama Harry. Chris itu sampe sakit cuman karna LO!"

"Sakit?"

Esok harinya, Dave menelfon mantan tersayangnya itu, memberitahu bahwa Chris masuk rumah sakit. Itulah alasannya mengapa ia tidak hadir di pertunangan adiknya, Scott.

Hari menunjukan pukul enam tepat, Camelion sudah bersiap untuk pergi ke rumah sakit, sekedar untuk menjenguk Chris dan mengucapkan selamat. Ia juga ingin berpamitan, ia akan kembali ke New York.

●●

Camelion mengetuk pintu kamar Chris. Pintu terbuka, menampilkan Dave dan Mama Chris.

"Aunt, Dave,"Camelion menunduk.

"Sayang apa kabar?" Lisa tersenyum sambil memeluk Camelion cepat.

"Baik, aunt."

"Kau mau menjenguk Chris? Dia sudah baikan. Raven baru saja kemari, namun ia sudah pergi entah kemana,"Lisa tersenyum kembali." Aku tidak tau kalau kalian kembar."

Camelion tertawa, walau hatinya sakit."Iya, aunt."

"Masuk saja, aku dan Dave akan tunggu diluar."

Jantung Camelion berdegup kencang, ia merindukan sekali gurunya itu. Menutup pintu kamar, lalu duduk di kursi yang terletak di samping ranjang.

"Mr. Evans, long time no see."

Mata Chris yang awalnya terpejam, langsung terbuka. Ia kaget karna kehadiran muridnya itu.

"Camelion?"

Camelion tersenyum."I really miss you, sir. Sorry for everything."

Chris mengangguk pelan."Kamu sudah berubah. "

"Mr gak kangen aku?"Camelion menatap gurunya itu.

Chris hanya tersenyum tipis tanpa menjawab pertanyaan Chris.

"Aku dengar ini perbuatan Harry. Kami sudah tidak ada hubungan beberapa tahun ini. Aku sudah muak--"

"Iya, Harry."

"Aku minta maaf, ini salahku."

Chris bungkam. Matanya tampak sayu, seperti menyiratkan sesuatu.

"Selamat soal pertunangan kalian. Aku senang kau sudah menentukan pilihan ke kembaranku,"Camelion memutar tubuhnya,air matanya mulai menitih.

"Makasih."

"Aku rindu kita yang dulu. Harry bukan si--"

"Bisa kau keluar sekarang?" Chris menatap Camelion tajam."BISA KELUAR?"

Camelion mendongak, air matanya turun deras."Maksudnya?"

"GO OUT FROM HERE! I DON'T WANT TO SEE YOUR FACE! JUST GO FROM HERE! "

Camelion menatap Chris heran. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Chris menjadi seperti ini?

"GO! JANGAN PERNAH BERTEMU DENGANKU LAGI!"

"Chris?" Air mata Camelion semakin deras, Dave langsung masuk kedalam kamar Chris, membawa Camelion keluar dari kamarnya.

You're not my old cevans again,Mr. Evans.

TBC

Satu atau dua chap lagi epilog.

Vommentsnya yang say. Lav you.

Mr. EvansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang