29

806 77 16
                                    

To: Harry

Jangan pernah hubungi aku lagi. Kita putus. Makasih.

Camelion membuang nomor kartu yang dibelikan Harry beberapa tahun lalu itu. Ia langsung mengginjaknya dan membuangnya kedalam selokan, ia langsung memasukan nomor baru kedalam ponselnya.

Cuaca di New York cukup dingin hari ini. Faktor musim dingin.

Camelion menatap kuku-kuku tangannya cepat. Ia bingung, dimana sebenarnya Chris berada? Mengapa sudah beberapa hari ia disini dan ia tidak kunjung menemukan Chris.

Dering telfonnya berbunyi, pertanda ada panggilan masuk. Rupanya Olivia.

"Ya,Liv, what?"

"Gimana? Lo udah ketemu Chris? Udah seminggu sayang."

"Belum,Liv. Lo kesini dong! Bantuin gue. Jangan cuman nanya-nanya doang."

"Besok deh gue nyusul,Cam."

"Kenapa gak sekarang dongo?"

"Gak punya ongkos,sat! Besok gue sama Dad gue sih elah kesana. Gak usah ribut lu ah."

"Duit banyak pelit banget. "

"Ish! Duit gue dipotong lagi kalo jalan-jalan ke luar negri trus gak bilang dad."

"Lo gak ngebantu sama sekali,Liv. "

"Au ah. Bye say. Lav you. Kabarin gue yes."

Camelion mendengus. Kadang ia bingung dengan sahabatnya itu.

●●●●

Malam telah menyelimuti langit New York. Camelion sibuk dengan ponselnya, berharap dapat menemukan informasi terbaru soal Chris. Ia berharap bahwa Chris belum memiliki istri disini, atau lebih parahnya anak yang menggemaskan seperti ayahnya.

Kalaupun sudah punya istri, Camelion siap menjadi istri keduanya.

Kalau sudah punya anak, Camelion siap menjadi ibu kedua mereka.

Kalau Chris sudah menjadi duda, Camelion siap menikahi seorang duda sepertinya.

Kalau Chris gelandangan disini, Camelion tetap mau. Tapi kalau Chris mau berubah sih katanya.

Camelion masih matre.

"Christopher-- ah sial! Kenapa gak ada sama sekali sih?"

Camelion mulai frustasi karna tidak menemukan satupun informasi mengenai Chris. Ia sudah mencoba berulang kali namun tidak berhasil.

"Mungkin aku harus menunggu-- Kenapa gak ngehubungin Dave! Aduh kok gue bego sih? Mereka kan deket!"

Camelion langsung mengetikan nomor telfon Dave di ponselnya. Tak lama kemudian, suara lelaki terdengar.

"DAVVVEEEEEE!!!"

"Camelion? How's life? Harry?"

"Gue udah putus sama dia. Dia bejat. Geli gue."

"Mendingan gue kemana-mana yagak?"

"Iyain deh biar lo seneng."

"Trus kenapa lo telfon gue malem-malem gini?"

"Gue nyari Chris. Gue-Gue-gue-"

"Kan males nih gue, lo baru nyesel sekarang. Dasar mantan gak peka lo!"

"Jahat lo jing!"

"Lah bodo! Salah lo sendiri! Dari pacaran sama gue dulu sampe sekarang masih aja lu."

"Jahat lo babi!"

"Gue Dave bukan babi."

"Udah ah! Lo punya informasi soal dia gak."

"Terakhir ketemu pas dia nanyain kabar lo gitu. Trus soal kematian mama lo. Dia baru tau juga katanya. Jerit-jerit di depan rumah lo lagi manggilin mama lo."

"Agak sedeng sih, tapi kasian. Trus trus?"

"Sedeng apanya ege? Orang dia gak tau."

"Pantesan. Trus gimana lagi,Dave?"

"Dia nanyain nomor lo, ya gak gue kasihlah. Ntar lo bakar kios es krim gue."

"Iya trus?"

"Gue masih suka contact dia. Nomor barunya mau gak? Gue message gimana?"

"Boleh-boleh."

"Sekarang dia kerja di perusahaan tambang di New York. Dia udah gak jadi guru lagi,Cam. Dia sibuk nyari lo. "

"Dia gak nikah sama Ms.Sabrina?"

"Bukan anak dia,lagi. Itu anak Ms.Sabrina sama orang gak dikenal. Udahlah gak penting."

"Trus sekarang dia single?"

"Katanya dia lagi deketin cewek. Namanya Raven, trus mirip bangetlah sama lo. Dia seneng gitu. Trus si Raven itu dokter kandungan gitu. Bedalah sifatnya sama lo. Lo kan kek apaan tau. Gak bisa diem, parahlah lo mah. Urakan. Kalo si Raven itu inteligent, sama-sama orang boston juga. Chris tertariklah."

"Dia kembaran gue,Dave."

TBC

satu atau dua chap lagi. ayo vommentsnya ya :)

klo abis ff ini kalian mau gak gue bikin ff chris evans baru lagii? trs klo mau main character ceweknya siapa? klo g juga gapapa. hehe..

-a gurl who is a brooklyn beckham' spouse so call her 'Mrs.Beckham' bye!

Mr. EvansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang