25

933 74 11
                                    

  Sudah setahun sejak kejadian Camelion memutuskan sambungan telfon dan sudah setahun pula Chris mengasingkan dirinya. Ia sengaja pergi ke DC untuk menemui Camelion. Berharap apabila Camelion mau memberikannya kesempatan kedua.

Sudah sering sekali Chris menelfon nomor itu, namun sepertinya Camelion langsung menganti nomor ponselnya setelah tau apabila Chris menelfon.

Pagi ini cukup dingin. Chris ditemani secangkir kopi hangat terus memainkan ponselnya. Sekarang ia bukanlah guru matematika lagi. Ia bekerja di sebuah perusahaan dengan nama samaran. Ia tidak menggunakan nama Chris Evans, melainkan nama Robert Ryan.

Penampilan Chris sekarang sudah berubah. Ia tidak memiliki rambut-rambut coklat di sekitar rahang kerasnya, ia sudah mencukurnya habis. Tak tanggung-tanggung, rambutnya ia cat pirang untuk menutupi jati diri lamanya.

Sudah lama ia tidak mendengar kabar keluarganya maupun Sabrina. Anak Sabrina akan lahir minggu ini. Anak yang tidak pernah Chris harapkan. Mungkin kalian bertanya-tanya mengapa Sabrina baru akan melahirkan minggu ini,entahlah.. ada kelainan yang membuat kehamilannya menjadi lebih lama.

Pintu Café terbuka. Seorang wanita berambut coklat dengan mantel hitam memasuki Café dengan cepat. Ia tersenyum kepada bartender lalu mulai memesan kopi yang ia inginkan.

Senyuman Chris terulum. Wanita itu mirip sekali dengan Camelion,gadis pujaannya.

"Boleh aku duduk disini?"Wanita itu bertanya dengan satu buah kopi hangat di tangan kanannya.

Chris mengangguk tanpa mendongak. Ketika wanita itu duduk di sampingnya, barulah Chris mendongak untuk menatap gadis itu.

Persetan Camelion.

Chris kaget. Benaknya terus berpikir keras, apakah wanita itu benar-benar Camelion yang ia cari atau bukan.
Wajah wanita itu mirip sekali dengan Camelion,namun ia ragu bahwa itu wanita yang ia cari.

Selain wajah, rambut keduanya juga mirip. Manik matanya pun sama, postur tubuh yang hampir mirip, dan bulu mata yang sama lentiknya. Namun wanita itu berbeda dengan Camelion. Camelion terkesan blak-blakan dan tidak tau sopan santun bila berbicara kepada siapapun, namun wanita itu tampak tenang dan ramah.

"Lembur?"Tanya wanita itu.

"Nggak, kebetulan mampir saja."

"Oh."

Terjadi keheningan beberapa saat sampai akhirnya wanita itu memulai obrolan.

"Orang baru,ya?"Tanya wanita itu kembali.

"Baru setahun,kau sendiri?"

"Tiga tahun. Baru saja lulus perguruan tinggi tahun lalu." Wanita itu menyesap kopinya lalu menaruh pulpen diatas meja.

"Ambil jurusan apa?"

"Kedokteran. Dokter kandungan, haha."Wanita itu tersenyum lalu mengeluarkan secarik kertas dari dalam tasnya.

"Wah, menarik,"Balas Chris.

"Minggu ini aku akan ke Boston. Ada praktek persalinan disana,"Ujar wanita itu."Kalau kau bagaimana?"

"Aku kerja di perusahaan tambang. Manager haha.. Kau serius Boston? Itu tempat asalku. Kalau kau berkenan mungkin aku bisa mengantarmu kesana,"Balas Chris antusias."Aku Robert ngomong-ngomong."

"Raven,"Wanita itu membalas uluran tangan Chris."Aku juga orang Boston. Tapi sepertinya seru bila kita pergi kesana bersama."

"Tentu-tentu. Kapan?"Tanya Chris.

"Lusa, nanti aku telfon. Boleh minta nomor telfonmu?"

Chris langsung menuliskan nomor telfonnya di secarik kertas lalu memberikannya kepada wanita itu.

"Makasih, aku pamit ya. See ya,Rob," wanita itu tersenyum lalu beranjak dari kursinya.

Sebelum menutup pintu café, wanita itu tersenyum. Ia tau, namun ia tak yakin.

To be continue

gue writer block masa. oiya,,,

lebih suka narasi trs drama-drama menggelikan gini atau short story abal kek chat-chat gitu aja kayak part-part awal?

yg jawaban sama alesannya receh gue kasih dedicate ya. maaf lama.

Mr. EvansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang