Pengorbanan Sampah....

3.5K 183 0
                                    

Malam ini begitu sunyi, hanya ada Niken yang duduk dimeja makan nya sambi menunggu kedatangan sang kakak, 'kreeek' suara pintu belakang terbuka perlahan, Niken hanya menghembuskan nafas sambil memainkan pisau ditangan nya. Dari belakang Niken dapat mendengar suara langkah kaki mendekati tempat nya. "niken...?" tanya sang kakak dengan lembut,

"kenapa gak lewat pintu depan?" tanya Niken dengan nada dingin.

"kakak dateng nya dari gang belakang, lebih cepet kalo lewat pintu belakang..." jawab sang kakak mendekati Niken.

"karna lebih deket? Apa takut kerekam kamera cctv di depan?" tanya Niken dengan tajam.

Sang kakak hanya mengerutkan alis, "maksudnya?" ucap sang kakak. Tapi Niken tidak menjawab, hanya menghembuskan nafas nya, dan mulai menyayat tangan nya dengan pisau yang dari tadi dia main kan. Dengan cepat sang kakak berlari mengambil pisau dari tangan Niken, dan menyobek kain bajunya untuk membalut Niken.

"LU KENAPA?!!" tanya sang kakak sedikit emosi melihat tindakan Niken.

"ADA JUGA LU YANG KENAPA?!" jawab Niken tak kalah keras, sambil melemparkan beberapa kertas koran yang berada di depan nya sedari tadi. "kenapa nama lu, ada di daftar pencarian skala nasional? Jadi lu pergi cuma kayak gini doang?" tanya Niken dan beranjak pergi.

Tapi dengan cepat sang kakak memeluk Niken dengan erat. "maafin kakak" ucap nya sambil mengelus rambut Niken. Dengan spontan air mata pun menetes membasahi bahu sang kakak. "sabar... dikit lagi kita bakal nemuin siapa dalang dibalik semua ini, siapa orang yang buat kita jadi kayak gini, terus..." ucap sang kakak terputus, sementara Niken mengeratkan pelukkan nya. "abis kita tau semua, kakak bakal nyerahin diri kakak..." ucap sang kakak membuat Niken mengencangkan suara tangisan nya. Bertahun-tahun sudah Niken hidup sendiri setelah tuduhan itu. kini ia harus siap ditinggal seseorang yang sangat dia sayangi lagi-lagi hanya untuk melindunginya. Kakak melepaskan pelukan dan mengusap air mata adiknya dengan lembut. "masih ada harapan...." ucap sang kakak.

Malam pun dihabiskan oleh kakak beradik itu dengan saling berbagi cerita ketika mereka terpisah 8 tahun lamanya. "ddrrrt...ddrrrttt" tiba-tiba ponsel Niken berdering. Ia mengecek hp dan mengerutkan kening. "siapa?" tanya sang kakak yang sedari tadi asik memainkan rambut adik nya. "dokter salsa..." jawab Niken dan langsung mengangkat telpon nya. "halo mbak...ada apa?" tanya Niken. Namun tak lama dari megangkat telpon Niken mendadak melemas hampir tak sadarkan diri. Dengan cepat sang kakak menangkap nya sambil berusaha tidak menciptakan suara yang mencurigakan di telpon. "iya..." jawab Niken dan mematikan ponsel nya. "kenapa?" tanya sang kakak.

"ayah...." Niken hanya berbicara pelan sambil menatap sedih kakak nya.

***

"diruang berapa?" tanya Syam kepada suster setengah panik. "ICU kamar anyelir" jawab si suster. Tanpa berfikir panjang Syam langsung berlari kearah ruangan yang diberi tau pasien. Syam memasuki lift dan menekan tombol lantai 4, namun ketika lift tertutup seseorang berhasil membuka kembali pintu lift. Tapi kali ini Syam malah terdiam, Niken... ucap Syam dalam hati. Niken yang fikiran nya dilanda kepanikan langsung memasuki lift tanpa canggung, meski pun disana ada Syam. Pintu lift pun tertutup, keduanya hanya terdiam. Yang difikirkan Niken hanyalah keselamatan ayah nya.

Begitu pintu terbuka dilantai yang sama, Niken dan Syam bergegas berlari ke ruang anyelir. Menyadari tujuan mereka sama, Syam memelankan langkah nya dan memperhatikan Niken dari belakang. Langkah Syam terhenti melihat Niken yang terpaku menatap kaca kamar ICU yang didalamnya terlihat jelas sang ayah sedang dibalut banyak selang. Kaki Niken serasa tidak kuat menahan tubuhnya lagi, dengan cepat Syam menahan tubuh Niken dari belakang. Tak lama dokter Salsa pun keluar. "Niken..." ucap Salsa.

Tapi mata Niken tetap menatap ruangan sang ayah berbaring. Hati Niken begitu sesak melihat kondisi ayah nya seperti itu, lalu apa yang dilakukan kakaknya selama ini hanya akan sia-sia. Pengorbanan sampah, ucap Niken dalam hati. "kondisinya benar-benar buruk" ucap Salsa, "tapi masih ada harapan..." bales Salsa sambil menepuk bahu Niken dan pergi meninggalkan Niken dan Syam. Sementara Syam membenarkan posisi Niken yang masih berdiri tanpa tenaga. Tanpa disadari Niken pun menangis sejadi-jadinya, membuat nya menjadi perhatian seluruh pengunjung rumah sakit.

"Niken..."ucap Syam lembut membalikan tubuh Niken yang kini banjir air mata.

Tapi Niken masih menangis, Syam mencoba mengusap air mata Niken, tapi dengan cepat Niken menepis tangan Syam. "udah berapa kali gua bilang jangan sok peduli...!" ucap Niken sedikit membentak. Syam hanya terdiam memperhatikan kondisi Niken yang selalu berubah-ubah. Dengan wibawa, Niken mengusap air matanya dan memberi salam pada Syam dan pergi menjauh. Syam hanya memperhatikan Niken yang kini pergi menjauh dari nya. gua harus gimana buat bikin lu cerita? Tanya Syam dalam hati.

Pagi pun tiba, tapi matahari serasa tak memberikan cahaya keceriaan bagi Niken, tapi hatinya sudah tak sekacau tadi malam saat mendapat kabar ayah nya sudah dipindahkan kamarnya. Lengkap sudah penderitaan Niken, kakak nya menjadi buronan mendadak, ayah nya kini koma sedangkan masa tahanan nya sudah tinggal 3 hari lagi. Sesekali Niken meneteskan air mata, tapi sifat nya yang penuh wibawa memberikan kesan bahwa ia bukan gadis yang lemah. Di harinya yang kacau Niken masih bisa menghadapi ratusan pasien hari itu.

Kemudian terlintas difikiran Niken untuk mengambil barang-barang milik ayah nya di sel. Toh dia udah dihitung bebas, gumam Niken dalam hati. Ia pun berjalan pelan menuju kantor polisi yang letaknya bersebrangan dengan rumah sakit tempat Niken bekerja. Sesekali Niken merasa tenang dapat menghirup udara segar, sesampainya di kantor polisi Niken langsung bergegas menuju ruangan tempat ayah nya mendekam selama 8 tahun. Mau tidak mau ia harus melewati tempat kerja nya Syam. Niken berjalan menyusuri lorong-lorong yang benar-benar berisik, berebeda sekali kondisinya dengan lorong-lorong dirumah sakit tempat Niken bekerja. "eh Niken... mau ketemu Syam?" tanya Ryan yang tiba-tiba muncul dihadapan Niken.

Niken hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. "mau ngambil barang-barang ayah" ucap Niken. Entah mengapa Niken merasa ingin menengok meja kerja milik Syam yang berada tidak jauh dari hadapan nya. Ryan hanya menatap aneh Niken dan ikut menatap ketempat Niken menatap. Seketika Ryan tersenyum, "oh Syam...dia lagi diruang introgasi... hari ini dia abis nangkep penjahat... nanti juga ketemu pas balik dari sel ayah Niken" balas Ryan membuat Niken sedikit terkejut dan menjadi salah tingkah. Niken hanya tersenyum tipis dan meninggalkan Ryan menuju sel ayah nya.

Niken melihat kondisi kamar sel ayahnya yang buruk, sedangkan Niken sendiri seorang dokter sangat tau betapa bahaya nya kondisi kamar seperti ini. Niken terduduk dengan wajah sedih sambil melipati baju-baju milik sang ayah yang tergeletak diruang an nya. Ia meraih tas kusam yang tak terurus di pojok kamar untuk membenahi semua barang ayah nya. tapi Niken kembali tersentuh melihat sebuah foto keluarganya yang kini penuh debu masih tersimpan rapih. Tanpa disadari Niken kembali meneteskan air matanya, tapi Niken tak perlu waktu lama untuk menangis. Niken langsung mengusap air matanya dan kembali membenahi barang-barang milik sang ayah. Merasa barang nya sudah semuanya terbawa, Niken pun bergeags meninggalkan ruangan kosong itu.

Loves 86 (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang