loves 86*19

3.2K 173 2
                                    

"Dia udah sadar dari koma nya"

"Kita dalam bahaya, karna kayaknya dia tau dalang nya siapa"

"Posisi kita terancam sekarang"
Ucapnya sambil memasukan tangan nya ke saku seragam kedokteran nya.

"Profesor.." panggilnya lagi.

Profesor pun membalikan badan nya dengan wajah berfikir keras.
"Saya masih ingin menyiksa anak-anak nya" jawab profesor pada pria itu.

"Bunuh saja sang ayah... setelah itu biar aku yang urus mereka berdua" balas profesor.

Pria itu mengangguk paham, dan melangkah kan kakinya pergi.

"Will..." panggil profesor lagi, pria itu pun menghentikan langkahnya.

"Usahakan kamu kerjakan dengan mulus" tambahnya, pria itu pun mengangguk dan pergi.

***

Sore ini Niken terlihat sedang menghabiskan waktu sore nya bersama Syam. Sepertinya benih-benih cinta mulai tumbuh di antara mereka berdua.
Keduanya bercanda dan tertawa bersama.
Sebenarnya mereka tidak ada niatan untuk jalan berdua.

Tapi mereka bertemu begitu saja di taman kota. "Bentar gua mau beli minum dulu" ucap Syam sambil tersenyum dan pergi meninggalkan Niken. Niken hanya mengangguk.

Niken menghembuskan nafasnya, ia benar-benar tidak percaya akan sedekat ini dengan Syam. Ia berjalan pelan sambil menunggu Syam datang.
Tiba-tiba seseorang datang dengan wajah serba tertutup menemui Niken dan langsung mencengkram erat bahu Niken.
Spontan Niken pun kaget.

"Niken" panggilnya dan mulai membuka kupluk itu membiarkan Niken mengetahui wajahnya.

"Kakak...kakak ngapain disini?" Tanya nya sambil melihat kesekitar.

"Ayah..." . "Ayah dalam bahaya" potong sang kakak, ketika Niken ingin memberi tau kondisi ayah yang sudah sadar.

"Hah?!" Tanya Niken bingung.

"Nyawa kita dalam bahaya, dalang dari semua ini itu ada di sekitar kita...
Dia hidup di sekeliling kita, jadi..."
Ucap sang kakak terpotong karna wajahnya baru saja tertangkap oleh Syam, dengan cepat Syam berlari mencoba menangkapnya.

'BRUK!' rifqi menjatuhkan Niken agar perhatian Syam berubah, dan Rifqi melarikan diri.
"Aaaw" ucap Niken kesakitan karna baru saja di banting.

Ada apa? Apa yang membuat nya seperti ini? Siapa dalang nya? Kehadiran Syam membuatnya kehilangan kata-kata terakhir dari sang kakak yang mungkin itu informasi penting.
"Lu gpp? Lu di apain sama dia?" Ucap Syam ketika baru sampai di depan Niken. Wajah Niken pun terlihat pucat. Ia terlihat kebingungan.

"Rifqi baru aja muncul di sekitar taman kota! Cepet kejar" syam langsung menghubungi semua rekan nya untuk menangkap Rifqi.
Syam pun membangunkan Niken untuk berdiri.

***

Malam pun tiba, niken masih belum juga bisa tidur. Ia memikirkan ucapan sang kakak yang mengatakan bahwa mereka bertiga dalam bahaya. Ia benar-benar ketakutan sekarang.

Ia kembali teringat ucapan sang kakak yang mengatakan dalang nya ada di sekitar dia, ia pun berfikir keras.
Siapa yang terlihat mencurigakan di sini? Tapi tidak ada. Tapi siapa dalang nya?
Aku harus waspada. Ucapnya dalam hati.

***

"Besok ayah udah boleh pulang" ucap Niken dengan senang. Sang ayah pun juga memasang wajah sangat senang.
Tak lama dari perbincangan asik dengan sang ayah, Niken pun pamit.
Ia akan melanjutkan sidang nya yang kedua. Ia berharap semoga ia bisa membebaskan Fajar dari tuduhan itu.

Niken pun berjalan, dan menuju ruang sidang. Dan sidang pun dilanjutkan.

Disini semua mendengar pengakuan langsung dari Fajar.
"Saya disini datang sebagai Fajar, bukan Genta... memang diri saya yang melakukan pembunuhan itu... saya pun tak dapat mengelaknya. Tapi saya pun menolak bahwa itu saya. Karna saya tidak pernah melakukan hal sekeji itu... saya akui tubuh ini membunuh, tapi saya tidak membunuh" ucap nya membuat semua nya seketika bingung. Hanya Niken saja yang mengerti ucapan nya.

"Tapi semua bukti mengarahkan bahwa anda membunuh tuan Fajar. Apa lagi yang ingin anda elak?"
Tanya sang jaksa.

"Bukan saya yang mulia, saya tidak pernah membunuh... bukan saya..." ucapnya lagi.
Niken sungguh paham apa maksudnya, tapi tentu siapa lagi yang bisa mempercayainya selain Niken.

"Niken? Adakah penjelasan yang ingin anda sampaikan?"
Niken pun memantapkan dirinya dan memasuki ruangan.
Namun baru selangkah Niken memasuki zona sidang seseorang datang menepuk Niken dari belakang dan membisikan sesuatu.

Seketika Niken terduduk lemas. Syam yang melihatnya langsung menghampiri Niken dan mencoba membopong Niken agar berdiri.
Tak lama orang itu pun menghampiri sang hakim dan memberikan informasi.

"Saudara Niken..."ucap hakim.
"silahkan meninggalkan ruang sidang" tambahnya. Syam pun terkejut mendengar nya.

Apa yang terjadi? Tanya nya dalam hati.
Tapi Niken pun langsung bangkit dan bangun. Ia pun berlari keluar dari ruang sidang. Syam yang khawatir mengikutinya dari belakang.

Niken terus berlari sambil menangis menuju ke kamar tempat ayahnya dirawat. Sampai beberapa puluh langkah dari kamar, Niken dapat melihat sebuah kasur dorong dibawa keluar dari kamar itu membawa seseorang yang kini di tutupi kain kafan.

Kaki Niken pun kaku melihat nya. Dokter Sasya yang ada mendampingi para suster memerintahkan berhenti, membiarkan Niken melihat jenazah yang Ayah.
Niken berjalan pelan, "Ayaaaaah" ucap nya tak dapat menahan isak tangis.
Ia membuka kain itu dan semakin pecahlah air mata Niken.
"Niken belom sempet bawa ayah pulang kerumah" ucapnya terisak.

Syam hanya tertunduk menatap nya khawatir. Dan mulai menepuk pelan pundak Niken.
Dokter Sasya pun datang menghampiri Syam. "Baru aja terjadi kerusakan jaringan di otaknya buat dia jadi pendarahan... maaf... kita tidak sempat menolongnya" ucap Sasya .

"Kalian yakin sakit ini wajar?" Ucap Niken terbata.
"Ya... hal ini biasa terjadi sama orang tua, terutama saat dia bangun dari koma" ucap Sasya memberi salam pamit dan membawa jenazah sang ayah pergi.

Niken kembali menangis kejar. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang terjadi. Belom lama sang kakak menyuruh nya berhati-hati.
Tapi ia terlambat, dalang dari semua ini pun mulai melakukan rencana nya.

Permainan pun dimulai.
"Syam..." ucap Niken.
"Ya...?" Jawab nya.
"Gua boleh minta tolong gak?"
"Ya... apa yang bisa gua bantu?" Tanya nya.

"Cariin bukti kalo ayah gua itu dibunuh... kalo lu berhasil..." ucap Niken terputus.

"Lu bakal gampang dapetin buronan yang selama ini lu cari"
Syam terkejut.

Loves 86 (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang