loves 86 *26

3.1K 176 0
                                    

"Dia bakal sadar" Rio menyelimuti sang kakak.
Niken hanya terdiam, sambil menatap sendu kakak nya. "Rifqi..." ucap Rio pelan.
"Pokoknya lu harus traktir gua seumur hidup kalo udah sadar..." tambah Rio, Niken hanya tersenyum.
"Makasih..." jawab Niken pelan.
Rio hanya mengangguk pelan sambil memberikan secangkir teh.

Niken hanya tersenyum sambil meminum teh tersebut. Rio hanya menatap Niken heran.
"Gua harus mikir keras buat bikin lu senyum, tapi sekarang lu lebih sering senyum setelah nyelamatin buron... selera humor lu kacau niken"

Niken hanya tertawa kecil, diikuti senyuman Rio.
"Hmm... disini lebih aman, banyak polisi yang jaga disini" jawab Rio membuat Niken terkejut.
"Polisi??" ucap Niken.
Rio hanya mengangguk.
"Justru karna banyak polisi disini, mereka gak bakal kefikiran kalo buronan bakal dateng kesini" niken hanya menghembus nafas lega mendengar penjelasan Rio.

"Tapi gua harus punya rencana..." tambah Rio.
"Gua terlau terbuka di lingkungan ini, gua gak mungkin bisa terbuka lagi selama rifqi ada di sini... kalo tiba tiba tertutup, masyarakat bakal curiga"
Niken hanya terdiam bingung.
Tentu saja Niken merasa bersalah menempatkan teman nya dalam masalah.
Niken hanya terdiam tak dapat menjawab.

***
"Senggang atau sibuk?"
Niken hanya menatap bingung ponsel nya. Lagi - lagi Syam memberi nya pesan yang selalu unik.
"Senggang" jawab Niken. Ia pun meletakan ponsel nya kembali dimeja.

Tak lama ponselnya berdering, Niken hanya tersenyum heran. Hanya karna ia menjawab senggang, Syam langsung menghubunginya.
"Kenapa??" Tanya Niken dengan nada sinis.
"Entah... hp nya nelpon sendiri" jawab Syam.
"Ooh..." jawab Niken pelan. Seperti biasa Syam selalu menjawab pertanyaan Niken dengan jawaban jawaban aneh. Tapi aneh nya Niken selalu terhibur.
"Mungkin hp nya kangen sama suara lu, jadi dia nelpon lu" tambah Syam.
Niken hanya tersenyum.

"Hp nya atau orang nya??" Tanya Niken.
"dua dua nya..." jawab Syam dengan cepat. Seketika Niken terdiam, ia bingung menjawab apa. Suasana pun menjadi canggung.

"Lu gak sibuk emang nya?" Tanya Niken mengalihkan topik.
"Sibuk banget" Niken hanya tersenyum tipis.
"Kalo gitu kenapa nelpon?" Niken mulai menghelas nafas.
"Sibuk cari cara buat bicara banyak sama lu" jawab Syam lagi lagi mengejutkan Niken. Dengan spontan Niken mematikan ponsel nya.
"Waaah... tingkat percaya diri nya bener bener besar" ucap Niken pelan. Tak lama ponsel Niken kembali berdering, sebuah pesan dari Syam baru saja masuk.

"Jangan lupa makan" ucap Syam. Niken kembali tertawa kecil. "Waah dia bener bener play boy kelas kakap" ucap Niken.
"Siapa yang play boy?" Tanya mbak Salsa mengejutkan Niken.

"Aah... gak... bukan siapa siapa kok" jawab Niken sambil tersenyum.
Mbak Salsa hanya menatap Niken dengan ekspresi menahan tawa.
"Udah sih sama dia aja" ucap Mbak Salsa membuat Niken semakin bingung.

"Disini orang berlomba lomba dapetin perhatian Syam, kamu malah gak peduli sama dia" ucap mbak Salsa menepuk pundak Niken, dan beranjak pergi.
Niken hanya menatap kepergian mbak Salsa dengan wajah tak percaya.
"Wah... Syam bener bener play boy kelas atas... tebar pesona nya bukan main" ucap Niken pelan.

***

Syam hanya tersenyum sambil menatap ponselnya., "padahal gua pengen banget ngobrol sama dia" ucap nya pelan, sambil meletakan ponsel nya.
Syam membuka lacinya, dan mengambil barang yang saat itu ia temukan di terowongan, ketika ia kehilangan jejak rifqi.
"Dimana lu sekarang?". Ucap nya pelan.

Satu satunya penuntun menemukan rifqi saat ini adalah dengan benda itu. Benda yang kini di pegang oleh Syam.

***

" siapa yang paling lu curigai?"
"Will"~

"AAH... pusing gua...!" Rio mengacak acak rambutnya. Ia benar benar dalam kondisi sangat bingung. Disamping ia teman dekat Niken, dia juga partner kerja Will dirumah sakit nya. Siapa yang tidak terkejut dengan jawaban Niken.

Rio hanya bisa mendengus kesal, tak percaya dengan semua ini. Merasa takut gila, Rio memilih melupakan nya sejenak dengan menemui pasien.
'Gubraak'
Dari kejauhan Rio melihat seseorang jatuh, dengan cepat Rio berlari menghampiri orang tersebut dan membantu nya.

"Makasih" jawab pasien itu dan kembali melanjutkan perjalanan nya.
Rio hanya membalas dengan senyuman. Fajar, ucap Rio dalam hati lantaran melihat nama nya tercantum jelas di saku nya.

"Anda udah kontrol?" Tanya Rio pada Fajar.
Dia hanya membalas dengan gelengan pelan.
"Kalo gitu kita konsultasi dulu ya... " tambah Rio sambil mengarahkan Fajar menuju ruang konsultasi.

"Gimana perasaan nya? Obat nya udah mulai diturunin dosis nya..."

"Gapapa Dok, udah baikan... cuma saya berasa kaku aja kalo ada disini" jawab Fajar, dan dibalas dengan senyuman Rio.

"Itu efek samping obat nya... tapi dosis nya udah diturunin kok" jawab Rio membuat Fajar kini tersenyum.

"Dokter" panggil nya.
"Yaaa?" Jawab Rio.
"Gimana kabar dokter Niken?" Tanya nya membuat Rio menatap tak percaya.

"Kamu kenal Niken?" Tanya nya, Fajar hanya mengangguk pelan.
"Dia teman saya..." jawab nya.
"Yaa... dia kayak biasa sih, Sibuk...tapi kenapa tiba tiba kamu nanyain kabar nya?" tanya Rio disertai senyuman.

"Beberapa hari lalu, saya sempet gak sengaja denger pembicaraan dokter dokter dan dia bawa bawa nama Niken" jawab Fajar membuat Rio tersenyum. Meskipun sudah tidak kerja disini lagi, Niken masih tetap menjadi tranding topic.

"Pasti si shinta dan kawan kawan yang nge gosip" jawab Rio sambil membolak balik kertas laporan nya.
Fajar hanya menggeleng pelan, "bukan dia... tapi Dokter Will"

'Jedaar' seketika Rio baru saja seperti tersambar petir mendengar nama Will.

~flashback~

"Denger denger Rifqi berhasil lolos dari kejaran polisi" ucap Will pada prof. Anton.
Prof Anton hanya menghela nafas.
"Siapa lagi yang nyelamatin dia kecuali gadis itu" jawab Will. Prof. Anton hanya tersenyum sinis.

"Gapapa makin sering mereka bersama, makin mudah menyingkirkan nya" jawab prof. Anton.
Di balas dengan senyuman jahat nya Will.
"Dasar Niken..." ucap Will.
"Hah? Niken??" Tanya Fajar baru saja melewati ruangan prof. Anton dan mendengar nama Niken disebut.

Karna terlalu ingin tau, Fajar berencana untuk stay disana mendengarkan ucapan mereka.
"Dia bakal dalam masalah besar" tambah Will. Fajar berusaha mendengar lebih, tapi suara yang didapat begitu samar.

"Siapa yang dapat masalah?" Tanya Fajar bingung dan kembali melanjutkan perjalanan nya.

~flashback~

Rio hanya bisa menatap tak percaya mendengar cerita Fajar.
"Makanya saya tanya ke dokter, apa mbak Niken baik baik aja?" Tanya Fajar.

Rio mulai mengalihkan lamunan nya, "dia gapapa kok..." jawab nya sambil tersenyum pada Fajar dan menepuk pundak nya. Rio pun pamit pergi.

"Hah... siapa yang menempatkan siapa dalam masalah?liat aja nanti" ucap Rio pelan ketika dalam perjalanan nya.

Loves 86 (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang