loves 86*23

3.1K 172 1
                                    

Niken berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Hatinya benar-benar kacau. Bahkan ia tidak bisa rilex sedikit pun di rumahnya. Sedangkan ia tidak bisa begitu saja meninggalkan rumahnya. Karna bagaimana pun juga itu adalah satu-satu nya kenangan yang tersisa bersama keluarga nya.

'Drrrrt....drrrt....' ponsel Niken berdering. Namun ia sangat terkejut ketika melihat itu adalah nomor sang kakak.

"Rifqi.... lu kemana aja? Lu gpp kan? Kenapa lu gak pernah bales pesan gua? Siapa dalang nya?" Ucap Niken dengan antusias.

"Saya dalang nya" ucap orang di seberang sana. Seketika Niken terdiam membisu, itu bukan suara sang kakak, lalu dimana kakaknya? Apa dia masih hidup? Dan Niken lebih terkejut lagi ketika mendengar jawaban dari orang di sana.

"A....anda siapa...?" Ucap Niken gemetar.

"Dimana Rifqi...?" Tanya nya lagi.

Dan Niken hanya dapat mendengar orang itu tertawa.
"Mau tau kakak mu dimana? Nih..." ucap pria itu dan mulai menjauhkan suaranya. Niken semakin bingung dan khawatir.

"AAAHHHH" terdengar suara teriakan seseorang disana membuat air mata Niken tiba-tiba pecah. Itu suara kakaknya. Kenapa dia teriak seperti itu? Apa yang mereka lakukan?

"Kakak..." ucap Niken pelan sambil menahan tangis nya.

"NIKEEN... MATIIN TELPON NYA... LU LAGI DILACAK!! MATIIN" ucap nya seketika ponsel itu mati.

"Haloo... kakak...!!kakak... kak jawab Niken kak!" Air mata Niken pun tak terbendung.
Ayah nya sudah tiada, kini kakaknya sudah ada ditangan mereka. Kini mereka sedang mencari tau keberadaan Niken. Lengkap sudah, hanya tinggal menghitung hari sampai mereka benar-benar menemukan Niken dan membunuh nya.

Niken langsung menjatuh kan dirinya menangis sebisa mungkin. Semalang inikah nasib nya? Masih sangat jelas suara kakaknya yang berteriak kesakitan. Pasti kondisi nya sudah tak terbayang lagi sekarang. Terutama ketika mereka menanyakan keberadaan Niken pada sang kakak. Semakin kakaknya bungkam, semakin kejam juga siksaan mereka.

Apa yang harus aku lakukan tanya Niken dalam hati. *

Syam berjalan mencari Niken, entah mengapa hati nya merasa tidak enak, dan ingin sekali bertemu Niken. Ia mencari dimeja kerjanya tidak ada, di tempat konsultasi pun tidak ada.
Ia terus mencari Niken dan semakin khawatir karna ia tau belakangan hari ini Niken benar-benar tidak pulang. Akan ku lakukan apapun untuk nya agar aman. Ucap Syam dalam hati.

Dan langkah Syam terhenti ketika melihat Niken kini sedang menangis, gema di lorong itu membuat Syam mampu mendengar isak tangisnya dengan jelas. Syam hanya terdiam melihat nya. Seperti apa masalah mu Niken? Tak bisa kah kau menangis di bahu ku? Tanya nya dalam hati.

Ia pun mendekat, tapi hatinya semakin sakit melihat nya menangis seperti ini. Ia benar-benar tidak tahan melihat wanita itu bersedih. Syam menepuk pundak nya.

Niken hanya dapat mengangkat kepalanya. Melihat Syam di depan nya sungguh itu adalah kebingungan terbesarnya. Haruskah aku cerita? Bisakah kau aku percaya? Hanya itu yang difikirkan Niken ketika melihat Syam. Tapi semua itu tidak terlintas lagi. Dengan kekacauan hati yang ia rasa sekarang, Niken hanya dapat menatap nya tanpa bisa menahan isak tangis nya. Biasanya ia sangat pandai menyembunyikan tangisan.

Tapi kini ia tidak bisa menahan nya. Bahkan ketika Syam mencoba memeluknya, Niken pun tak bisa menolaknya. Karna kini ia memang sangat membutuhkan itu.
Ia menangis sejadi-jadi nya di sana. Syam pun hanya bisa terdiam sambil meminjamkan pundak nya untuk nya menangis. "Nangis aja... gapapa..." ucap Syam pelan.

***
Niken masih saja diam menatap keluar jendela. Setelah peristiwa di lorong itu, Syam mengajak nya keluar untuk menenangkan Niken. Syam semakin gelisah, karna ia bingung harus bagaimana lagi bisa buat dia berbicara.

"Niken..." Syam mulai berbicara.

Niken masih saja bungkam.
"Gua harus gimana lagi, buat bikin lu percaya?" Ucap Syam pelan.
Tapi Niken masih saja diam dan mulai menatap Syam.
Lu mata-mata bukan sih? Gua bisa cerita gak sih? Ucap Niken dalam hati.

"Yang masalah ayah lu... gua udah liat rekaman cctv nya" ucap Syam. Membuat Niken terkejut dan mulai serius memperhatikan Syam.

"Tapi gak ada orang lain yang masuk keruangan itu kecuali lu, sama para suster" ucap nya. Niken benar-benar tidak percaya dengan jawaban Syam. Artinya ayah ku mati dengan wajar? Tanya Niken dalam hati.

"Oh iya... gua liat ada will juga dia di lobby rumah sakit, tapi dia gak masuk ke ruangan ayah lu" tambahnya.

Niken semakin terkejut.
"Dia ngapain? Dia kemana? Dia ketemu seseorang gak?" Tanya Niken bertubi-tubi. Seketika Syam menjadi bingung.

"Loh... gua kira dia ketemu lu waktu dia kesana" jawab Syam.
Niken menatap khawatir Syam dan menggeleng pelan.

"Maksudnya?" Tanya Syam.
"Dia gak nemuin gua..." ucap Niken.
Keduanya pun langsung menatap tidak percaya. Ya, mereka memikirkan hal yang sama dan mulai mencurigai orang yang sama.

"Kita harus liat rekaman cctv itu" tambah Syam dan langsung dijawab dengan anggukan Niken dan langsung bangkit lah mereka dari tempat duduk menuju rumah sakit.

Sesampainya disana kedua nya langsung bergegas menemui petugas yang mengawasi cctv.
"Kita mau rekaman cctv yang waktu itu saya liat disini" ucap Syam pada petugas yang kemarin ia temui.

"Maaf pak... tapi data rekaman itu udah di pindahin, kalo waktunya udah seminggu... rekaman itu bakal dihapus" ucap petugaa membuat Niken dan Syam terkejut.

Ya... rekaman itu kini tepat sekali seminggu setelah kematian sang ayah. "Dimana?" Tanya Syam khawatir.
Petugas itu pun memberikan alamatnya. Namun sialnya, alamat itu benar-benar jauh. Sedangkan waktu penghancuran rekaman itu tinggal beberapa jam lagi.

"Ini... kasih aja tanda pengenal ini... mereka akan ngasih semua data yang kalian inginkan... itu pun kalo belum dihancurin" jawabn petugas itu lagi.

Syam mengambilnya dan langsung menggandeng Niken pergi menuju tempat itu. Dan mereka berdoa semoga rekaman itu tidak di hancurkan.

Sementara, ketika di perjalanan. Niken hanya dapat memandang aneh Syam. Kenapa dia mau repot-repot? Karna dalang buronan itu? Atau dia ada rasa? Tanya Niken dalam hati. Tapi Niken mencoba mengalihkan lagi pemikiran nya. Yang sekarang harus dia lakukan adalah fokus.

"Ngapa lu merhatiin gua" tanya Syam.
Niken pun terdiam, rupanya Syam tersadar kalau Niken memperhatikan nya.

"Ah... enggak... gua cuma bingung aja... kok lu mau sih kayak gini" ucap Niken pelan.

"Emang gua kenapa?" Tanya Syam.

"Bela-belain pergi ketempat kayak gini, gua penasaran aja apa alasan nya. Karna dalang buronan yang gua bilang? Atau lu ada rasa?" Ucap Niken berterus terang.

Syam hanya tersenyum tipis. Dan mencepatkan lajunya. Agar mereka bisa cepat sampai.

Sesampai nya disana, mereka langsung bergegas menuju ruang penghancur data.
Dan mereka tepat waktu, karna ketika mereka tiba... pas sekali rekaman yang mereka cari ingin di hancurkan. Dengan cepat Syam menghentikan nya dan meminta data itu. Awalnya mereka menolak, tapi Syam teringat akan kartu yang di berikan petugas itu. Setelah menunjukan nya, mereka pun memberikan nya.

Loves 86 (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang