loves 86*21

3K 210 1
                                    

Niken berjalan pelan, ia terus memikirkan semua yang dikatakan rifqi kepadanya. Dalang nya ada disekitar kita.
"Aaah... lu dimana sih kak" ucap Niken kesal. Ia benar-benar bingung harus bagaimana.
Ia pun berfikir lagi, kematian ayah ku sangat tidak wajar. Aku tau diagnosanya benar, tapi ini aneh karna jika benar-benar terjadi kerusakan jaringan... akan muncul tanda-tanda nya di awal. Hasil ct scan pun awalnya memberikan hasil yang sehat.

Sudah pasti di bunuh, ucap Niken dalam hati. Kemudian ia mulai mengumpulkan data, tentang siapa saja yang mengetahui ayah nya yang sadar.
"Profesor,will, dokter salsa, dokter sasya, para suster, kakak, Syam... Aaahhh... pusing banget... orang-orang disekitar udah pada tau kalo ayah udah sadar... " keluh Niken.

Mereka semua, belom ada yang boleh aku percaya, ucap Niken dalam hati. Kemudian Niken teringat bahwa ia pernah menceritakan tentang kakak nya yang akan segera menemukan si dalang. Profesor Anton? Ucap niken dalam hati. Gak mungkin, Niken mencoba mengelak. Tapi, Niken pun tak bisa pilih kasih... ia akan tetap berjaga-jaga dengan profesor Anton.

Sepertinya aku akan memulai untuk menutup diriku dari orang luar.
Ucap Niken dalam hati.

***

Syam tak bisa berhenti tersenyum, ya kini ia sedang menatap ponselnya sambil menatap foto Niken dilayar ponsel.
Ia mengambil foto Niken ketika Niken sedang berdiri menjadi pembela dimeja sidang. Ia benar-benar cantik gumamnya dalam hati.

"heh senyum-senyum aja lu... ngapain?" Tanya Ryan.
Syam hanya menatap sinis. "Kepo amat lu"

Tak lama Niken datang membawa berkas-berkas.
Syam pun spontan langsung menyembunyikan ponselnya.

"Nih berkas-berkas yang lu minta... sisanya lewat email" jawab Niken dan sudah mulai beranjak pergi.

"Lu lupa? Dokumen lu di pasword... " ucap Syam, Niken terdiam dan berbalik sambil tersenyum.

"Apaan paswordnya" tanya Syam.
Niken hanya melirik sinis. "Sini... biar gua yang ketikin" jawab nya.

Syam dengan mudah nya memberikan ponselnya. Tapi ketika Niken menggenggam ponselnya Syam langsung teringat sesuatu.

"Eeeh... bentar dulu!" Ucap Syam mencoba meraih kembali ponselnya tapi terlambat, Niken sudah membuka layar ponselnya. Ia pun terkejut melihat dia terpampang disana.
Seketika Ryan yang berada di samping Niken tertawa geli.

"Hahaha.... wallpapernya..." ucap Ryan.

Tapi Syam dan Niken malah menatap sinis ke arah Ryan.
"Oke maap... iya itu gak lucu kok" ucap Ryan seketika seperti orang ketakutan dan meninggalkan mereka berdua.
"Berapa banyak cewek yang lu pasang di wallpaper hp lu? Gua cewek keberapa?" Tanya Niken sambil mengetik paswordnya.

"Cuma satu... ini juga pertama kalinya... dan lu cewek pertama" ucap Syam dengan polosnya dan sedikit malu. Niken hanya menatap sekilas.
Suasana pun menjadi canggung.
"Nih..." balas Niken sambil mengembalikan ponselnya dan pergi.
Namun Syam terkejut ketika melihat kondisi wallpaper hp nya kini blank.

"Yaah... di hapus" ucap Syam pelan sambil menatap Niken yang pergi.
Rupanya Niken menghapus fotonya sebelum dikembalikan pada Syam.

***

"Gimana kabar kamu?" Tanya Niken,
Hari ini Niken menyempatkan diri untuk mengunjungi Fajar kerumah sakit tempat Niken dulu bekerja. Itung-itung flashback fikirnya.
Fajar hanya terlihat sedikit merenung.
"Saya bosan disini" jawab nya pelan.
"Oh iya... Dok... saya turut berduka cita ya... sama ayah dokter" tambahnya, Niken hanya tersenyum dan mengangguk pelan.

"Nikeen..., udah lama disini?" Will tiba-tiba masuk.
Niken hanya tersenyum.
"Gua kedepan dulu ya" tambah Will, Niken pun mengangguk paham. Will pun pergi.

"Saya kira dia dokter di tempat dokter Niken kerja" ucap fajar. Niken hanya tersenyum.

"Bukan... dia dokter disini, emang kamu tau dari mana dia kerja disana?" Tanya Niken.

"Saya liat dia ada di rumah sakit itu" jawabnya. Niken hanya tertawa kecil.

"Dia emang sering kesana buat ketemu saya... mungkin kamu liat nya udah lama banget itu... dia udah gak pernah kerumah sakit itu lagi belakangan ini" jawab Niken.

"Tapi saya liat dia, waktu saya tes kesehatan di sana... itu beberapa hari sebelum sidang" jawab nya.

Niken tersenyum, tapi tidak lama dia mengerutkan dahi. Belakangn ini Will tidak pernah bertemu lagi dengan Niken. Tapi kalo itu waktunya kemarin-kemarin... seharusnya Niken dan Will ketemu. Kalau pun tidak... apa yang Will lakukan disana?

"Kapan kamu ngeliat dia?" Tanya Niken mulai khawatir.

"Beberapa hari lalu sebelum sidang... hmm... ah... pas hari ayah dokter Niken di umumkan meninggal" jawabnya membuat Niken terkejut.

Dia kah orang nya? Tanya Niken dalam hati. Tapi hatinya tetap mengelak... tidak mungkin, tidak mungkin dia.

"Maaf fajar... saya harus pergi" ucap Niken dan langsung bergegas pergi.

***

Gimana readers? Masih seru gak ceritanya? Atau udah mulai ngebosenin? Saran-saran boleh lah... harus gimana lagi... sebenernya udah siap sih ceritanya... cuma mungkin dari kalian ada saran yang lebih bagus?

Voment jangan lupa hehe

Loves 86 (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang