Love 86*32

3.2K 169 10
                                    


"Hakim telah memutuskan " palu pun di ketok tanda keputusan sudah final, Niken hanya menatap tak percaya kini ayah nya dijatuhi hukuman penjara selama 8 tahun. Ayah hanya menatap kebelakang sambil tersenyum pada anak nya, namun Niken tau senyuman itu palsu. Tanpa disadari Niken kini telah meneteskan air mata,

"Yang sabar ya" ucap seorang pria dari belakang sambil mencoba menepuk pundak Niken. Niken tak menjawab, ia masih saja terisak tak terima keadaan seperti ini.

"Gak semuanya yang lu takuti bakal terjadi" ucap pria itu lagi.

Kini Niken mengusap air mata dan menyenderkan badan nya mendekat pada pria itu. "Gak semua yang gua harapin  juga bakal terwujud, anda pasti tau apa yang saya harapin dari sidang ini" jawab Niken tanpa menengok sedikit pun pada pria di belakang nya. Niken dapat merasakan pria itu kini berdiri entah untuk apa, Niken tak menghiraukan.

"Kebebasan?" Tanya pria itu yang kini berdiri. Niken hanya tersenyum mendengar nya. "Kalo semua harapan itu terkabul, gak ada gunanya hakim" tambah pria itu dan mulai melangkah pergi menjauhi Niken.

"Lebih tepat nya keadilan" jawab Niken membuat langkah pria itu pun kini terhenti.

"Kalo semua harapan itu terwujud, hakim bakal lebih agung lagi" pria itu tak menjawab dan kembali melanjutkan langkah nya pergi menjauhi Niken.

Niken masih terdiam, beberapa orang terlihat memperhatikan Niken dan membicarakan nya, tak sedikit juga beberapa orang datang untuk mengucapkan turut berdukacita atas peristiwa ini, namun banyak juga yang mencemooh nya karna kini ia anak seorang narapidana.

Niken melihat dua pria yang sedari tadi duduk di depan nya menulis entah apa itu, terlihat begitu sibuk dan tidak peduli dengan jalan nya persidangan.

"Kalau ada surat nya... Ia bakal bebas kan?" Ucap salah satu pria itu.

"Iya mungkin" balas pria satu nya lagi. Tak lama mereka berdua terlihat bergegas merapihkan barang barang nya dan bersiap untuk pergi.

***

Syam kembali ke kantor, kali ini dengan langkah yang cepat dan ekspresi menahan emosi. Se sampai nya di sana, Syam langsung menuju meja kerja Ryan, ia melihat banyak sekali memo di tempel di meja nya seperti yang John bilang.

Awalnya Syam mencari perlahan, namun karna tak juga menemukan yang di cari kini Syam mulai sedikit memberantaki meja Ryan,

Namun pencarian Syam terhenti saat sebuah foto jatuh dihadapan nya, ia terkejut sambil terus menatap foto itu,

Syam masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

***

Niken masih menetes kan air mata menatap sang ayah dengan pasrah nya di bawa petugas masuk ke dalam penjara.

Dengan putus asa, Niken pun bangkit dan beranjak pergi.

'kriiing' sebuah pesan baru saja masuk.

"Ayo kita ketemu" sebuah pesan dari Rifqi masuk di layar. Niken tak menjawab dan melanjutkan langkah nya. Menemui kakak nya di tempat seperti yang kakak nya minta.

Tempat yang begitu asing, gumam nya ketika Niken baru saja sampai di tempat yang kakak nya minta.

Niken hanya menatap kesekitar

sampai datanglah sosok yang Niken tunggu tunggu.

Niken berlari langsung memeluk sang kakak, air mata nya tumpah seakan akan curahan hati nya tersampaikan.

"Kita harus kuat" ucap sang kakak sambil mengusap rambut Niken . Tapi Niken masih terisak "dek" panggil sang kakak mulai melepaskan pelukan nya, dan mengusap air matanya.

"Kamu itu gadis yang kuat, kamu bisa ngatasin ini sendiri" ucap sang kakak . Niken menatap bingung, "maksudnya?" Tanya Niken.

"Kakak harus pergi" tambah nya, membuat Niken menatap tidak percaya.

"Kemana?" Tanya nya kembali meneteskan air mata. Rifqi tak menjawab, ia kembali memeluk sang adik kali ini lebih erat,

"Maaf" jawab Rifqi melepaskan pelukan nya dan beranjak pergi menjauhi Niken.

Terlihat Niken tidak mau melepaskan pelukan nya dan mulai berlari mengejar sang kakak.

Terlihat mobil  datang, dan menarik Rifqi masuk kedalam meninggalkan Niken sendirian. Niken hanya menangis terisak melihat kakak nya pergi dengan cara seperti ini,

Dan kini, Niken harus hidup sendiri.

***

"Aaah capek banget" ucap Rio pelan, malam ini Rio memutuskan pulang kerumah dengan berjalan kaki. Tubuhnya terasa begitu sakit setelah melewati hari yang panjang.

Ia melewati beberapa gang, namun Rio berhenti pada sebuah jalan kecil karna melihat sesuatu. Ia merasakan ada sebuah bayangan lewat, Rio menyipitkan matanya mencoba melihat ada apa dibalik gelap nya malam.

'will' gumam nya dalam hati saat sekilas ia melihat se sosok bayangan. Ia terus memperhatikan , namun bayangan itu menghilang. Rio yang tadi nya ingin mendekat pun kini memilih melanjutkan perjalanan nya kerumah. Ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres, Rio pun memutuskan untuk mempercepat langkah nya agar cepat sampai rumah. Di perjalanan, ia melihat beberapa orang dengan berpenampilan preman berjalan menghampiri nya. Salah satu dari mereka bahkan membawa tongkat besar.

'it's not good' gumam nya dalam hati, Rio pun membalikan tubuhnya memutar arah agar tidak bertemu preman preman itu. Namun Rio kembali terkejut melihat orang orang berpenampilan yang sama muncul dari belakang, kini posisi Rio terkepung oleh mereka.

"Huuuh" Rio menghembuskan nafas nya perlahan. Ia pun mengendurkan dasi nya memberi pertanda bahwa ia siap menerima tantangan dari mereka.

Sampai muncul seseorang secara tiba-tiba, menghajar preman preman itu.

Preman preman itu pun kalah dan berlarian , namun Rio menangkap sesuatu yang aneh.

Beberapa preman itu berlari ke arah gang tempat ia sebelum nya merasa melihat Will. 'apa ini kebetulan?' tanya nya dalam hati. "Bantuin orang mah" ucap pria itu,

Rio pun mengalihkan pemikiran nya, dan kini melihat pria itu ternyata ia mendapat luka memar cukup parah.

Rio hanya tersenyum sinis

"Itu kan tugas lu..." Jawab Rio sambil mendekat.

"Ayo kerumah gua dulu... Biar gua obatin," tambah Rio sambil berusaha membantu pria itu berjalan.

Malam semakin larut, tak ada suara kecuali langkah kaki mereka berdua. "Gua udah pernah bilang kan, apa resiko nya ada di pihak buron" ucap pria itu, Rio hanya tersenyum tipis.

"Kalo gak berakhir di tangan polisi, ya di tangan mereka" tambah nya.

"Gua gak pernah takut sama ancaman kayak gitu" jawab Rio perlahan.

"Gua ngerasa udah melakukan tindakan yang benar, jadi kalo harus kayak gitu akhirnya, why not?" Tambah nya, kini pria itu yang tersenyum tipis.

"Lagian dia udah gak ada dirumah gua"

Mendengar hal tersebut, pria itu pun berhenti dan menatap Rio gak percaya.

"Dia denger percakapan kita... Jadi dia mutusin buat pergi" Rio menjelaskan. Pria itu hanya mengangguk paham, dan kembali berjalan kali ini ia berjalan mendahului Rio.

"Ryan..." Panggil Rio pada pria itu, ia pun berhenti dan menunggu kata kata selanjutnya.

"Lu gak di pihak mereka kan?"

Ryan hanya membalik kan badan, terdiam menatap Rio. Sementara Rio masih berdiri menunggu jawaban nya. 

Kira kira... Apa jawaban Ryan?? Part selanjutnya bakal lebih banyak konflik lagi dan yang jelas lebih seru.

Loves 86 (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang