loves*35

2.8K 149 4
                                    

Ryan duduk sambil menyeruput kopi yang baru saja ia pesan, ia terus menengok ke kanan dan ke kiri mencari seseorang, tapi orang tersebut tidak ada, Ryan kembali mengecek hp.
"Bener tempat ketemuan nya disini, tapi dia dimana ya?" Tanya Ryan pelan.

"Heh..." Tiba tiba Syam datang menepuk pundak nya dari belakang. "Ngapain lu?" Ucap Syam sambil duduk di depan Ryan.

"Gapapa..." Jawab Ryan santai sambil terus melihat lihat ke arah sekitar nya.

"Lu lagi nyari orang?" Tanya Syam, sambil ikut memperhatikan kesekeliling nya.

"Iya gua ada janji, tapi dia gak Dateng Dateng..." Jawab nya sambil menyeruput kopi. Syam hanya menatap Ryan kosong, "hmm... Gitu... Yaudah kalo gitu gua duluan ya " ucap Syam sambil bangkit dan berdiri, Ryan pun ikut berdiri. Kedua nya berjabat tangan , dan Syam pun pergi.

' di luar '

Syam menghembuskan nafas setelah keluar dari kafe tempat ia bertemu Ryan. Hati Syam benar benar sakit kali ini, dan fikiran nya mulai di penuhi amarah.

*Flashback"

Setelah Niken tertidur cukup pulas, Syam melihat notif pesan masuk pada ponsel Niken, awalnya ia tidak begitu peduli, tapi begitu ia cermati lagi, ia melihat 25 pesan tidak dibaca, Syam mengerutkan dahi . Gimana bisa orang nyimpen pesan segitu banyak nya dan gak di buka, gumam nya dalam hati.

Merasa ada yang tak beres, ia pun memberanikan diri membuka nya. Dan benar saja ke 25 pesan itu dari nomor yang sama. Syam semakin geram melihat nomor itu mengirim pesan ancaman berkali kali. Namun kali ini dia ingat sesuatu, "Ryan "

Awalnya ia sangat benci situasi ini, ya situasi dimana ia harus mencurigai sahabat nya sendiri. Syam kembali menatap Niken yang kini tertidur pulas di dekat nya, siapa yang harus ia dukung? Sahabat? Atau wanita yang ia cintai? Syam menghembuskan nafas panjang nya mencoba menenangkan diri nya.

' ayo kita ketemu...' Syam mulai membalas pesan itu. Ia pun mengetik sebuah tempat yang sering di datangi Niken. Ia benar benar ingin bertemu orang itu, dan semoga saja... Itu bukan Ryan.

***
Tapi kini hati Syam menjadi sakit, karna yang datang ke tempat itu benar benar Ryan, ia masih tidak percaya sahabat nya mengkhianatinya. Ia berjalan dengan memendam amarah ke kantor nya, dan mulai membuka berkas berkas lama, mencoba mencari tau lebih dalam informasi sahabat nya.

Siapa dia? Hanya itu pertanyaan Syam, ia menghampiri meja kerja Ryan, dan mulai mencari sesuatu, ia berharap bisa menemukan hal penting di sana , dan menemukan alasan dari semua ini. Ia membuka laci, satu persatu ia periksa, namun ia tidak menemukan apa pun. Syam mulai lelah, ia pun duduk di lantai dengan frustasi.

Naluri nya sebagai seorang detektif sudah tidak berfungsi lagi dalam kasus ini. Sampai ia akhirnya melihat sesuatu,
Sebuah bingkai yang diletakan terbalik di kolong meja. Syam kira bingkai itu terjatuh, tapi melihat posisinya yang janggal, ia pun kini mencurigainya. Ia membuka nya, Syam menatap tak percaya dengan apa yang terpampang di bingkai itu.

Benar kah ini dirimu? Tanya nya dalam hati yang masih tidak menyangka kalau sahabat nya akan seperti ini. Di atas bingkai itu tertempel kertas yang bertuliskan sebuah alamat, ya alamat yang selama ini menghantui Niken, untuk mendatangi tempat itu.

***
"Maaf ya telat" ucap Niken sambil tersenyum. Rio hanya menatap Niken sambil membalas dengan senyuman pula, ia pun menggeleng memberi isyarat Tidak apa apa kepada Niken.

"Kenapa?" Tanya Niken dan kini mulai menatap Rio dengan serius. Sementara Rio hanya menatap Niken tanpa berkata apa apa selama beberapa detik.

"Niken..."panggil Rio pelan, Niken hanya memasang wajah siap mendengarkan. Namun Rio malah memeluk Niken, sontak Niken terkejut dengan tindakan Rio.

"Eh... Lu... Ken..."
"Lu percaya gua kan?" Tanya Rio memotong ucapan Niken. Sementara Niken hanya diam tak menjawab, menunggu ucapan Rio selanjutnya.
Rio melepaskan pelukan nya, dan mulai menatap Niken, dan kini mengusap rambut nya.

"Lu harus percaya gua, apapun ucapan gua... Gua selalu di pihak lu Ken... Gua harap lu percaya sama gua" ucap Rio membuat Niken bingung, apa maksudnya? Kenapa ia mengucapkan kata "percaya" berkali kali. "Ma...maksudnya...?" Niken masih tidak paham,

"Setelah gua bilang ini, mungkin gua bakal bertaruh nyawa... Dan satu satunya yang bisa gua bilang , plis percaya" ucap Rio dan mulai berlari  meninggalkan Niken,

"Riioooooo!" Teriak Niken berusaha mengejar nya, namun tidak berhasil. Ia kebingungan, apa artinya? Namun tiba tiba air mata Niken menetes tanpa disadari. Melihat Rio pergi dan berlari seperti itu, membuat Niken seketika melihat kejadian 10 tahun lalu ketika kakak nya pergi berlari dan meninggalkan nya. Apa yang harus ku lakukan? Tanya Niken dalam hati, sama dengan pertanyaan nya 10 tahun lalu.

***
Rio menghembuskan nafas, ia tidak percaya akan terlibat sejauh ini dengan Niken.

*Flashback 1*

"Niken selalu bilang ayah nya di fitnah, jadi penjahat nya pasti bukan ayah Niken" ucap Rio setelah mendapat pertanyaan dari Ryan.

"Jadi lu percaya sama ucapan Niken?" Tanya Ryan.

"Jadi lu gak percaya? Lu berfikir warisan itu buat..."

"Iya... Itu ayah Niken salah" potong Ryan membuat Rio terdiam, ia tidak percaya Ryan masih saja mengelak padahal ia tau betul dia salah.

"Niken gak akan pernah bohong sam.."

"Karna Niken gak tau kebenaran nya" potong Ryan lagi membuat Rio menatap tidak percaya. Ia masih saja bersikeras mengatakan ayah nya tidak bersalah.

"Gak tau gimana? Udah jelas jelas ayah nya Niken yang jadi saksi waktu pembuatan warisan, dan..."

"Pembuatan warisan itu gak sah!" Ryan memotong lagi ucapan Rio kali ini sedikit membentak dan membuat Rio menatap tidak percaya. 

*Flashback off*

"AKKKH!!" Rio berteriaksekeras mungkin untuk menghilangkan frustasi nya. Ia benar benar pusing dengan semua ini. Siapa yang benar? Tanya Rio dalam hati.

Kedua nya memberikan ekspresi yang meyakin kan. Keduanya terlihat kalo mereka di pihak yang benar. Siapa yang berkata bohong? Hanya itu pertanyaan yang terus menerus terlontar dari hati Rio.

Sampai kebenaran itu benar benar terungkap, Rio memutuskan akan tetap diam.

***
"

Jl. Kebangsaan no.17" Niken menyamakan alamat yang ia pegang di kertas kecil dengan sebuah rumah yang kini ada di depan nya. Keringat dingin mulai membasahi dahi Niken.

Dengan kaki gemetar ia memberanikan diri untuk melangkah memasuki rumah itu. Tak ada yang terkunci, Niken memasuki rumah itu dengan mudah.

Niken berjalan menuju pintu rumah itu, dan kini ia berada persis di depan pintu. Dengan tangan gemetar ia mencoba membuka tuas pintu,

'KREEK' pintu terbuka, dari situ terlihat sepasang sepatu pria terpajang membuat Niken semakin takut. 'benar benar ada orang yang sudah menunggu nya' gumam nya dalam hati.

Ia pun berjalan perlahan memasuki rumah itu. Melepas sepatunya tepat disamping sepatu pria yang sudah ada disana. Dengan kaki yang gemetar ia berjalan kedalam, sambil berdoa semoga tidak ada sesuatu buruk yang terjadi.

Niken mulai merasa ada yang aneh, karna ia merasa ada yang memperhatikan nya dari belakang, ia pun berbalik untuk melihat nya namun seketika jantung nya berhenti berdetak saat seseorang pria kini berdiri di hadapan nya, membekap mulut dengan tatapan tajam.

"Ssssstttt" ucap pria itu sambil memainkan isyarat tubuh yang menyuruh Niken untuk diem.

"Maaf bangeeet kalo bener bener lama update nya 💓"
Semoga kalian gak kabur ya, soal nya ini udah chapter chapter terakhir.

Sebentar lagi tamat 😊

Loves 86 (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang