Rolandara'18

257K 21.7K 925
                                    

Wkwkw. Gue lupa ngedit makanya gue unpub. Hancur bat soalnya.

Roland menggenggam tangan Adara, berjalan menyusuri koridor sekolah. Adara hanya diam dan mengikuti langkah Roland.

"Lan!" Seseorang laki-laki yang bernama Baim, ketua kelas di kelas Roland menyampiri mereka yang membuat Roland dan Adara berhenti.

"Kenapa?" Tanya Roland bingung melihat Baim yang terlihat ngos-ngosan.

"Mendingan lu bolos deh sekarang!" Ujar Baim sambil menarik Adara untuk berdiri di sampingnya. "Adara biar sama gue." Lanjut Baim sambil tersenyum mupeng.

"Najis lu anjay." Kata Adara sambil menatap Baim jijay.

Roland langsung menarik bahu Adara untuk kembali berdiri di sampingnya, "lo pegang Adara sekali lagi, tangan lo bakal patah saat itu juga."

"Mampus." Ejek Adara menatap Baim dengan wajah bahagia.

Baim tertawa, "canda kali. Emosian banget dah lu. Pokoknya lu bolos aja deh, Lan. Pak Andre tadi nyari lu ke kelas."

Adara kembali mengingat kejadian dimana ia ketemu pak Andre dua minggu yang lalu. Pasti pak Andre menagih janji Roland.

"Lah emangnya kenapa dah?" Roland mengernyit bingung. Perasaan ia sama sekali tak ada membuat masalah dalam minggu ini.

"Lo kan dua minggu yang lalu ada bolos sama Adara dan Rena, nah dia mau nagih janji lu untuk mau di hukum." Jelas Baim.

"Lah anjir. Baru inget gue. Eh tapi gue kan udah seminggu sekolah, kenapa malah di tagih sekarang coba?"

"Dia kemaren-kemaren gak masuk karena istrinya baru melahirkan, dan sekarang baru aja masuk."

Roland berdecak, "yaudahlah. Dia di ruangannya kan? Gue kesana dulu deh."

"Lah? Mending lu bolos aja sono, ntar kalau di hukum bersihin toilet gimana? Lo tau kan toilet sekolah ini jahanamnya kebangetan. Eww," kata Baim sambil mengernyit jijik.

"Gue udah janji dan janji seorang cowok sejati itu gak boleh di ingkari." Roland terkekeh, "kece banget gak sih gue?"

Baim kembali tertawa, "semerdeka lu aja, Lan."

"Yaudah, gue pergi dulu ya."

"Adara nya gak mau lo titipin sama gue?" Canda Baim sambil tersenyum genit ke Adara.

Roland langsung melotot, "gue bakal titipin Adara ke lo, kalau lo udah siap mati saat itu juga."

Adara tergelak sambil memeletkan lidahnya ke Baim bermaksud mengejek. "Sabar ya, Im."

Roland pun kembali menarik Adara untuk pergi ke ruangan pak Andre.

"Ck ck ck, heran gue Roland melet Adara di dukun mana." Gumam Baim kembali beralan menuju kelas.

***

Roland dan Adara telah sampai di ruang BK. Roland pun membuka pintu setelah mengetuknya terlebih dahulu lalu langsung duduk di hadapan pak Andre, begitu juga Adara.

"Adara, kamu boleh ke kelas." Kata pak Andre. Adara pun mengangguk dengan wajah sedikit lemas.

Roland hanya diam sambil memanyunkan bibirnya, tak rela.

Akan tetapi baru saja Adara ingin membuka pintu, badannya tiba-tiba langsung—

BRUK!

Roland dan pak Andre yang melihat itu berdiri dan Roland pun langsung mengangkat badan Adara.

"Cepat kamu bawa Adara ke uks!" Kata pak Andre dengan nada panik.

Roland pun mengangguk, "iya, bapak gak usah ikut, biar saya aja yang ngurusnya. Nanti kalau Adara udah bangun, saya bakal kesini lagi."

Pak Andre menggeleng, "saya tagih hukuman kamu kapan-kapan aja. Cepetan sana ke uks!"

Roland pun langsung keluar dari ruangan dan berjalan santai membawa Adara ke halaman belakang.

"Badan lu berat banget yang." Kata Roland sambil menurunkan Adara secara perlahan ketika mereka sudah sampai.

"AA—aawww!!!" Roland merintih kesakitan ketika Adara tiba-tiba mencubit pinggangnya.

"Gue udah rela badan gye encok gara-gara sok-sok pingsan, lo enak banget ya nuduh gue gendut!" Kesal Adara dengan menatap Roland sinis lalu melepaskan cubitannya.

Roland mengernyit, "lho kan gue cuma ngomong berat, bukan gendut...."

"Halah! Gue tau kalau itu sebenernya sindiran halus untuk ngatain gue gendut. Iya kan?! Ngaku gak lo!" Adara kembali mencubiti pinggan Roland.

"AAA—aaawww, sakit yang!" Rintih Roland lagi.

Adara pun melepaskan cubitannya. Dengan kesal ia berjalan menuju pagar pembatas untuk memanjatinya karena mereka berdua berencana akan bolos.

Sebelum memanjat, mata Adara langsung menatap tajam ke arah Roland yang sedang berjalan mendekatinya.

"Lo berenti di situ! Gue gak mau lo ngintip sempak gue lagi!!" Kata Adara membuat langkah Roland langsung terhenti.

"Iya, iya. Buruan manjat sana. Gue gak bakal ngintip, cuma ngeliat dikit aja." Kata Roland sambil mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum genit.

"Jual senapan kira-kira dimana ya?" Kata Adara dengan nada penuh arti.

"Ampun yang. Udah buruan manjat, ntar ketahuan pak Andre."

Adara memanjat pagar tersenut dengan susah payah, setelah itu barulah Roland.

Mereka berdua pun berjalan menuju mobil Roland yang memang terparkir di belakang sekolah.

Kejadian sebelum masuk ke ruangan pak Andre :

Roland berhenti melangkah ketika mereka berdua hampir sampai di ruangan pak Andre.

"Nanti, kalau lo di suruh pak Andre untuk ke kelas, lo pura-pura pingsan, oke?" Kata Roland ke Adara.

"Ntar kalau gak di suruh gimana?" Tanya Adara.

"Ya lo juga harus pura-pura pingsan. Ntar gue yang gendong lo."

Adara pun mengangguk setuju, "oke."

***

Sengaja pendek. Aku lagi kejar tayang untuk update cepet biar gak kepepet. Soalnya mau hiatus sementara pas lebaran. Hehehehe.

25 Juni 2016

ROLANDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang