Adara menghempaskan tubuhnya di atas sofa, ia menghela nafasnya dengan pelan lalu menatap televisi yang berada dihadapannya dengan pandangan kosong.
"Udah pulang?" Tanya Amara yang tiba-tiba datang tak diundang.
Adara hanya diam dan menganggukkan kepala.
"Mama mau ngomong sama kamu," ujar Amara ketika ia sudah duduk di hadapan Adara. Raut wajah Amara sekarang tampak serius.
"Kenapa lagi?" Tanya Adara dengan nada malas. Ia benar-benar malas berurusan dengan Amara saat ini.
"Kita pindah ke Amerika besok. Mama tadi udah siapin semua perlengkapan kamu. Dan besok kita tinggal berangkat aja. Dan sekarang mendingan kamu ucapin selamat tinggal ke semua temen-temen kamu, termasuk pacar kamu yang autis itu."
Adara mengernyit bingung, "loh kok tanggalnya dicepetin sih? Aku UN aja belom. Ini aja aku baru pulang try out tau."
Amara langsung tertawa kencang ketika melihat raut wajah Adara yang sedikit panik. "April Mop! Hahaha."
Adara menatap Amara dengan pandangan aneh, "bodo amat deh ya ma." Dan ia langsung berjalan menuju kamarnya.
"Dih, kok malah ngambek." Cibir Amara dengan tertawa.
***
Dengan santai, Roland mengetuk pintu rumah Adara pelan. Tak berapa lama, pintu pun terbuka, dan yang membukanya adalah Amara.
Roland langsung tersenyum manis, "selamat siang tante."
Amara menatap Roland dengan tatapan super duper aneh, "kenapa kamu kesini?"
"Mau ngapelin Adara dong tante," ujar Roland dengan menyengir.
Amara pun menajamkan tatapan matanya ke arah Roland. Dengan cepat ia langsung menyibak bagian bawah kaos Roland itu ke atas lalu ia melotot, "kan kemaren saya udah bilang untuk hapus ini tatto upin ipin! Kenapa sampe sekarang masih ada?!!"
Roland pun langsung menepis tangan Amara refleks dan menatap Amara dengan pandangan horor, "tante kok main buka-buka aja sih! Gusti.... Olan gak suci lagi gusti...."
Amara menatap telinga Roland dengan tatapan masih melotot dan ia pun langsung mencabut antingan yang terdapat di telinganya tersebut.
"ADUHH!! SAKIT TANTE," teriak Roland sambil mengusap telinganya yang sekarang terlihat merah itu. "Itu antingannya cuma di tempel pake lem setan doang tante. Lagian itu kancing baju saya yang warnanya emang item, bukan beneran kok."
Amara pun langsung mencubit pinggang Roland dengan cubitan kecil yang terasa sangat-sangat menyakitkan.
"ADUHHH! Serasa di bully Olan di sini gusti..., gak kuat," ringis Roland sambil mengusap pinggangnya.
"Kamu gak ada bawa apa-apa nih untuk saya?" Tanya Amara dengan melipat tangannya di dada.
Roland mengela nafasnya pelan, "bentar ya tante. Ada di mobil kok."
Roland pun berlari ke arah mobilnya dan mengambil sesuatu dalam mobilnya tersebut lalu kembali berjalan ke Amara.
"Nih, tante," kata Roland sambil memberi bunga dengan warna yang beragam yang tentunya sangat wangi kalau dicium. Sebenernya itu untuk Adara, tapi karena Amara sekarang benar-benar ganas dan membahayakan, mendingan bunga tersebut untuk Amara saja.
Amara menerima bunga itu lalu menggeplak kepala Roland pake bunga tersebut. "Saya ini sekarang lapar! Malah lu kasih bunga! Kamu kira saya makan bunga, apa?!"
Roland lagi-lagi menghela nafasnya dengan pelan mencoba sabar, "yaudah, tante delivery aja ya? Nanti aku yang bayar semuanya. Sekarang aku pengen ketemu Adara. Kangen, hehehe."
Amara mencibir, "halah. Kangen-kangen palamu peang. Tadi pas di sekolah pasti udah ketemu."
Roland menggeleng, "sayangnya tadi engga ketemu, tan."
"Ya itu mah DL alias derita lo!"
Roland hanya diam dan mencoba sabar sambil tersenyum dengan manis.
Orang tua selalu benar, dan Roland selalu ganteng. Ingat itu Lan! Katanya menyemangati diri sendiri di dalam hati.
"Yaudah sana ke kamarnya. Entah Adara tidur atau belajar, gatau deh. Tapi jangan macem-macem ya! Gue kebiri lu nanti. Abis hidup lu," kata Amara dengan tatapan tajam nan mengerikan.
Roland meringis menatap Amara ngeri, "o...oke tan."
Roland pun berjalan masuk ke dalam rumah dan melangkahkan kaki masuk ke kamar Adara, ia menatap Adara yang tengah sibuk belajar di tempat tidur.
Adara yang tersadar pun menatap Roland bingung, "lo.... Kenapa di sini?"
"Tolong jangan bertingkah aneh lagi, Dar. Kalau emang lo mau bikin gue untuk benci sama lo, gak gini caranya. Cara lo selama ini tuh salah. Bener-bener salah," kata Roland. "Buat gue lupa kalau lo sekarang lagi ngebuat rencana untuk bisa bikin gue benci sama lo. Dan buat gue terbang setinggi-tingginya, setelah itu lo hempasin gue sedalam-dalamnya. Itu baru cara yang bener untuk bikin gue 'benci' sama lo."
***
Jadi, sekarang kalian team siapa nih?
#TeamAdara
Atau
#TeamRoland
Atau
#TeamRolandara
Atau #TeamKarin?
Atau malah #TeamGaga? *eeeh*
WKWKWKWK. Tentukan pilihanmuuu :p
19 Juli 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
ROLANDARA
Teen Fiction⚠️PART MASIH LENGKAP Roland Gideon. Bad boy tapi suka susu strawberry. Emosian tapi pas dimarahin sama Adara malah kicep. Wajah nyalat tapi hati hello kitty. Liat Adara nangis malah sok ikutan nangis, sambil bilang, "gue rela nangis demi lo, Dar. To...