Maaf kalau banyak typo. Keyboard hp lg ga jelas dan ini nulisnya susah. Maklumin aja ya.
Roland dan Adara saat ini sedang berada di sebuah cafe yang tak jauh dari sekolah.
Hari ini hari kamis. Dan hari ini adalah hari terakhir try out. Jadi, besok anak kelas dua belas pun diliburkan.
Roland yang selalu ganteng dan mempunyai ide yang cemerlang langsung mempunyai rencana untuk besok, dan ia akan membicarakan itu bersama Rena, Dion, Apoy, Agung, dan Beni.
Adara belum tau apa-apa tentang rencana Roland. Adara pun juga tidak tau bahwa Roland menyuruh Rena, Dion, Apoy, Agung dan Beni untuk kesini. Yang Adara tau ia dan Roland hanya sekedar makan saja di sini.
Tak lama kemudian, datanglah Rena, Dion, Apoy, Agung dan Beni. Suasana cafe yang tenang mulai ribut karena mereka sangat asik tertawa dengan tak ada malunya, seperti cafe ini adalah rumahnya sendiri.
Adara yang melihat mereka langsung mengalihkan pandangannya ke Roland.
Roland pun langsung tersenyum polos, "nanti Olan jelasin ya Ara."
Adara menghela nafasnya kasar. Ia benci ini.
"Woi bro!" Sapa Apoy sambil bertosan dengan Roland, lalu Apoy menatap Adara dengan tersenyum miring, "halo ibu negaranya hati Roland. Lama kita tak jumpa."
Adara hanya membalas senyum saja tanpa berbicara apa-apa.
Apoy pun duduk di sebelah Roland, Agung duduk di sebelah Apoy, Rena duduk di sebelah Adara, dan Dion duduk di sebelah Rena. Sedangkan Beni hanya cengo.
"Lah bangsat. Gue duduk dimana anjir," kata Beni dengan nada kesal karena ia sendiri yang tak dapat tempat duduk.
"Duduk di lantai aja lah Ben. Lu kan pembokat gue," kata Agung dengan tertawa.
"Tai kucing lu," kata Beni sambil menepuk lengan Agung keras lalu ia pun berjalan untuk mengambil kursi di meja lain kemudian menaruhnya di sebelah Adara dan ia pun langsung duduk sambil tersenyum manis ke arah Adara.
"Halo Adara mantan calon gebetanku yang belum sempet PDKT malah langsung ditikung ama Roland jahanam," sapa Beni sembari mengedipkan matanya sebelah.
Adara langsung terkekeh, "hai Ben."
Roland yang mendengar itu langsung mencubit perut Beni, "gue ngajak lo kesini bukan untuk godain Adara ya."
Beni meringis kesakitan, "lo tau gak sih cubitan lo itu kecil tapi sensasinya dahsyat banget bangsat."
"Bodo." Singkat Roland.
Beni yang tak mempunyai sifat jera pun kembali menggoda Adara, "Dar, gue mau nanya."
"Nanya apa?"
"Lo gak ada niat untuk jadiin gue selingkuhan gitu?" Tanya Beni dengan memasang wajah sepolos mungkin.
"Ben, lu mau gue nyumbangin berapa untuk sumbangan kematian lu besok Ben?" Tanya Roland sambil merangkul bahu Beni.
Beni langsung tertawa kencang dan menepuk-nepuk bahu Roland pelan, "ampun mas Olan. Beni khilaf."
Apoy, Agung, dan Dion tertawa melihat itu sedangkan Rena hanya terkekeh kecil.
Suasana antara Rena dan Adara masih terasa canggung. Mereka berdua masih saling menjauh. Walaupun mereka sering berdekatan tapi mereka tak sedekat dulu. Berbicara pun hanya sesekali saja. Entah apa yang membuat mereka menjadi seperti itu.
Dulu, sedekat nadi. Sekarang sejauh matahari. Mempunyai masalah bukannya benar-benar diselesaikan akan tetapi hanya dibiarkan begitu saja tanpa kejelasan.
"Lo ngapain ngajak kita kesini, Lan?" Tanya Rena ketika keadaan sudah kembali normal.
Pandangan mereka semua pun beralih ke Roland.
Roland menyengir, "jadi gini. Kita kan besok libur, terus—"
"Sekolah gue enggak libur tuh." Potong Apoy, Agung, Dion dan Beni bersamaan karena mereka berempat memang tidak satu sekolah sama Roland, Adara, dan Rena tapi sama-sama kelas dua belas. Dan kebetulan try out mereka sudah diadakan seminggu yang lalu.
Roland berdecak, "anggap aja lo berempat juga libur."
"Terus?" Tanya Dion akhirnya berbicara karena ia sedari tadi hanya diam memerhatikan.
"Nah, terus gimana kita liburan aja! Kita bertujuh kan jarang lib—"
"Bukan jarang kali, tapi kita bertujuh gak pernah liburan sama sekali. Pernahnya cuma berenam." Potong Apoy sambil melirik ke Adara sebentar dan Adara menyadari bahwa Apoy sekarang sedang menyindirnya secara halus.
Roland lagi-lagi berdecak, "anggap aja kita bertujuh sering liburan bareng."
"Terus?"
"Nah, terus, yaudah. Ayo kita liburan!" Kata Roland dengan nada yang sangat semangat.
"Kemana?" Tanya Agung.
"Puncak." Jawab Roland.
"Gue gak ikut," kata Adara dengan cepat.
Apoy yang mendengar itu langsung tertawa sebentar lalu menatap Adara dengan senyuman khas miliknya, "anggap aja urusan kita udah selesai, Adara. Lo gak perlu ngehindarin gue lagi untuk kali ini."
Adara diam dan menatap Apoy dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
"Gue masih bingung lho sama sikap kalian berdua," sahut Beni dengan memicingkan mata ke arah Adara dan Apoy. "Kalian ada masalah ya emang? Ohhhh gue tau nih. Pasti si Apoy dendam sama Adara karena Adara nolak Apoy ya?" Beni langsung tertawa ketika Adara menatapnya sinis. "Candaa kaleee."
"Siapa yang ngehindarin lo? Gue emang gak bisa," kata Adara menghiraukan perkataan Beni barusan.
"Kenapa gak bisa?" Tanya Roland sedikit bingung. Setiap Adara diajak liburan pasti Adara tidak mau ikut kalau ada Apoy yang juga ikut.
Roland pun dari dulu selalu bingung, bingung, dan bingung dengan sikap Apoy dan Adara. Mereka berdua seperti mempunyai dinding pembatas ketika saling berdekatan.
"Karena Apoy mantan gue, Roland. Apoy tempat pelampiasan gue dulu sebelum akhirnya kita pacaran. Dan gue bener-bener gak mau deketan sama dia, Lan. Gue gak suka karena gue gak mau nyesalin keputusan waktu gue ninggalin dia lagi cuma karena lo." Ingin Adara berkata seperti itu, tapi apa daya.
Ia tak bisa.
***
"Thor, kenapa konflik lain belum jelas terus sekarang malah nambah konflik baru!!"
Yakin gue pasti bakal ada komentar kek gt.
Kalian mau cepet atau lama tamatnya?
Kalau mau lama, ikutin aja dulu alurnya.
Kalau mau cepet tamat, mending gak usah dibaca lg krn gue bakal bikin 50 part lah.Jadi,
Siap untuk konflik barunya?
27 Juli 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
ROLANDARA
Teen Fiction⚠️PART MASIH LENGKAP Roland Gideon. Bad boy tapi suka susu strawberry. Emosian tapi pas dimarahin sama Adara malah kicep. Wajah nyalat tapi hati hello kitty. Liat Adara nangis malah sok ikutan nangis, sambil bilang, "gue rela nangis demi lo, Dar. To...