Rolandara'24

262K 21.8K 1.6K
                                    

Adara yang baru saja terbangun dari tidurnya menatap Amara yang tengah asik memainkan handphone milik Adara.

"Mama kenapa mainin handphone aku?"

Amara menatap Adara dengan tersenyum manis, "cuma cek dikit doang kok. Ohiya tadi Roland nelfon kamu. Terus mama angkat, dan kita ngobrol-ngobrol 'dikit' gitu deh. Dia mau ketemuan sama kamu di cafe biasa katanya. Buruan sana mandi."

Adara mengernyit bingung, Amara langsung tertawa.

"Kamu gak lupa sama yang kita omongin semalam kan?" Kata Amara dengan tersenyum penuh arti.

Adara menghela nafasnya lalu mengangguk. "Inget kok."

"Bagus deh. Udah sana mandi."

***

Roland tersenyum ketika melihat Adara yang sekarang sedang berjalan menghampirinya. Hatinya berbunga-bunga sekarang. Bagaimana tidak, siapa coba yang tak senang jika hubungan yang selama ini tidak direstui sekarang malah direstui!

Roland masih mengingat kata-kata Amara tadi: "kamu boleh pacaran sama anak saya. Saya gak akan ngelarang. Tapi kalau kalian putus, tolong, jangan pernah hubungi anak saya lagi. Mengerti, Roland?"

Dengan semangat Roland pun menjawab: "siap tante! Saya bisa pastiin saya gak bakal putus dengan Adara."

Adara yang baru saja duduk di hadapan Roland mengernyit bingung karena sekarang Roland tersenyum yang menurutnya benar-benar menjijikan ke arahnya. "Lo kenapa? Mabok?"

Roland mengangguk semangat sambil menyengir, "gue mabok karena lu Dar,"

Adara mengernyit jijik, "najis."

Roland terkekeh, "gue seneng."

"Seneng kenapa?"

"Lo gak perlu ngejauh lagi dari gue karena emak lu ngerestuin kita! Yes! Akhirnya gue gak perlu ngerencanain kawin lari lagi sama lo!" Kata Roland dengan nada semangat.

Adara terdiam sebentar, "oh."

Roland menaikkan sebelah alisnya bingung, "lo gak seneng? Atau jangan-jangan lo mau kita kawin lari aja? Ah itu mah bisa diatur. Apa sih yang engga buat Adara tercinta."

Adara terkekeh, "kawin lari itu capek. Gue gak kuat lari."

"Kan bisa gue gendong." Kata Roland dengan mengedipkan matanya sebelah.

Lagi lagi Adara terkekeh, "iyain aja deh biar lo makin seneng."

"Btw tadi malem lo kenapa? Gue tadi malem ke rumah Apoy, handphone gue tinggal."

Adara menggeleng dan hanya diam tanpa menjawab sepatah katapun.

"Gue emang bosen." Kata Roland dengan nada sedikit pelan.

Adara menatap Roland dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Tapi kalau lo takut kita bakal putus cuma karena kebosenan gue atau kelabilan lo, itu salah. Rasa bosen dan labil itu cuma sesaat. Kalau kita putus cuma gara-gara itu yang ada nyesel. Lo sadar gak sih satu tahun yang lalu lo perjuangin gue? Dan lo juga harus sadar dalam satu tahun kita pacaran ini, gue ngebales semua perjuangan lo Adara. Lo gak mau kan ini semua bakal sia-sia?"

Adara menggeleng pelan, "enggak."

Roland tersenyum, "yaudah. Mulai sekarang, ayo kita sama-sama berjuang, karena yang gue tau mempertahankan itu lebih sulit daripada memulai ataupun mengakhiri."

Adara mengangguk.

Tangan Roland mengacak rambut Adara dengan pelan. "Jangan pernah nangis lagi karena masalah apapun. Lo bisa lampiasin marah lo ke gue, lo bisa mukul gue, ataupun gigit juga gue ikhlas asalkan lo jangan nangis. Soalnya kalau nangis lu mirip dijah yellow. Ngeri." Canda Roland dengan tertawa.

Adara memukul lengan Roland agak keras sambil memanyunkan bibirnya, "kampret lu!"

Roland menyengir, "gue serius. Denger ya Dar. Gue emang gak tau rasanya jadi lo, tapi sekarang gue lagi berusaha untuk gak nambah masalah lo. Jadi tolong, jangan nangis-nangis lagi ya?"

Adara menggeleng sembari tersenyum mengejek, "gue bakal berenti nangis kalau lo ikutan nangis."

Roland yang tadinya menatap Adara dengan lembut sekarang malah menjadi malas. "Lu nangis aja dah kalau gitu daripada kejantanan gue ilang gara-gara gue ikut nangis."

"Yakin?" Goda Adara dengan tertawa.

"Ya jangan lah. Biar adil, kita jangan pernah nangis lagi. Kalau lu nangis mirip dijah, gua nangis malah mirip kiwil. Kan serem."

Adara tertawa kencang, "jelek banget berarti kita ya?"

"Dan, gue bisa minta tolong sama lo, Dar?" Raut wajah Roland tampak serius.

"Minta tolong apa?"

"Ini masalah Bara."

Adara menghela nafasnya pelan, "gue gak ada apa-apa sama Bara, Lan."

"Iya, gue tau. Gue bukan mempermasalahin tentang itu. Gue cuma mau nanya aja."

"Nanya apa?"

"Pas gue ninggalin lo sama Bara waktu itu, lo ngapain aja sama dia?"

Adara terdiam sebentar, lalu tersenyum, "gue juga mau nanya. Pas lo ninggalin gue sama Bara waktu itu, lo kemana?"

"Kan gue udah bilang kalau—"

"Dan menurut lo gue percaya, Roland?" Potong Adara sambil menaikkan sebelah alisnya lalu ia terkekeh pelan.

Roland terdiam.

"Gue gak akan nuntut lo untuk jujur tentang hal itu. Dan gue harap lo juga gak akan nuntut gue untuk jujur," jeda Adara, "terkadang ada sesuatu yang harus kita simpan sendiri, bukan karena kita gak mau berbagi, tapi itu karena urusan pribadi."



***

Bad boyfriend gak ada RP maupun Grup. Jadi tolong jangan nanya itu lagi ya. Chat line & wattpad penuh dengan pertanyaan itu. Pusink.

Maaf pendek. Pusink.

12 Juli 2015

ROLANDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang