21: Suasana Hati

16.6K 1.5K 100
                                    

"Yang Bahagia Itu Kita"

Dara masih sibuk berkutat dengan catatan Bahasa Indonesia yang tadi belum sempat dia tulis karena sibuk melamunkan kejadian semalam. Entah kenapa, hari ini dia ngerasa badmood banget. Makanya dia males ngapa-ngapain.

Tapi begitu tau kalau catatannya harus di kumpul, mau nggak mau Dara harus buru-buru mengerjakannya.

Beruntung, masih ada Edo yang mau meminjamkan catatan seadanya. Bilapun tulisan cowok itu sangat susah dibaca, tapi Dara harus tetap menghargai kebaikan hati Edo itu.

Selain itu karena dia nggak punya temen siapa-siapa lagi sih yang bisa dia tanyain.

"Do, ini apa?" tanya Dara sebelum Edo keluar dari kelas untuk istirahat.

Edo mendekat, kemudian memperhatikan buku catatannya. Dia diam selama beberapa saat, kemudian mengerutkan dahinya. Perasaan Dara mulai nggak enak. "Ah, nggak tau gue. Tulis aja deh apa yang gue tulis disitu."

"Apaan gila. Mana bisa gitu." Keluh Dara.

"Udah, yang penting kelar." Kata Edo dengan santainya. "Kalau udah selesai kumpulin sekalian punya gue ya."

Dara menghela napasnya, kemudian dengan berat hati mengangguk. Dia kembali melanjutkan catatannya, dengan kata apapun yang penting nyambung.

Gara-gara nyatat, waktu istirahatnya harus tersita.

Dalam waktu hampir lima belas menit, catatannya kelar.

Setelah dia menutup pulpennya. Dia menoleh ke arah bangku kosong di sebelahnya.

Davi entah kemana, Dara juga nggak tau.

Mereka balik lagi seperti dulu, saling diam.

Tapi kali ini berbeda karena tidak ada Davi yang bertanya padanya, "Lo kenapa?"

Karena baik Davi maupun Dara seolah punya masalah masing-masing yang tidak harus keduanya saling tau.

Akhir-akhir ini Davi juga uda jarang tidur di jam istirahat. Kalau tidak dengan Dara, dia bisanya pergi sendiri, entah kemana.

Dara juga terkadang tidak berusaha bertanya. Kalau Davi pergi sendiri tandanya dia emang mau sendiri kan? Kecuali kalau dia ngajak Dara.

Tapi beda kalau Dara yang sendiri,

Davi selalu ngikutin dari belakang.

Dara nggak pernah marah sih, dia kesel juga cuma iseng doang, karena ngerasa lucu aja gitu.

Diikutin hantu.

Dara memeluk buku catatan miliknya dan Edo. Tapi sebelum ke ruang guru, dia mampir dulu ke kantin buat beli roti, takut keburu masuk.

Setelah sampai kantin, langkahnya terhenti. Dia mematung sambil memperhatikan Nero yang tengah menarik Sasha.

Kejadian itu cukup heboh. Apalagi setelah satu sekolah tau kalau Nero dan Sasha pernah dalam satu kasus yang sama.

Yang kasus itu mampu menurunkan Nero dari segala prestasi yang dia punya.

Dara menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Lagi, dia harus dihadapkan dengan kejadian yang menyesakkan dada.

Kehilangan napsu makan, menjadi hal yang paling mengesalkan untuk Dara. Karena kerasa lapernya itu nanti kalau udah jam siang.

Dengan langkah berat, dia kembali menjauh dari kantin. Kali ini, dia benar-benar menuju ruang guru untuk mengumpul catatan yang dia bawa tadi.

Setelah keluar dari ruang guru, dia menuju loker untuk mengambil buku pelajaran selanjutnya. Tapi lagi-lagi langkahnya terhenti saat melihat Davi yang melangkahkan kakinya menuju koridor belakang.

[DSS #1] : ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang