31: Lucid Dream

11.7K 1.3K 85
                                    

"Moment Saat Kamu Nggak Bisa Bedain Mana Yang Nyata Dan Mana Yang Mimpi"

Jam istirahat, Dara langsung menuju ke ruang OSIS dengan gulungan karton di tangannya. Untung selesainya cepat. Jadi dia bisa santai selama beberapa hari ke depan.

"Bener juga ya lo, Fir. Itu si Nero langsung kena batunya gitu."

Dara memelankan langkahnya saat dia melewati koridor loker. Telinganya dia biarkan terbuka lebar untuk mendengar pembicaraan kakak kelasnya yang kemarin sempat ikut terseret dalam kasus Nero dan Sasha.

Safira.

"Gue bilang juga apa, dia sih cari gara-gara sama gue." Kata Safira sambil bersandar di pintu lokernya. "Lo tau sendiri gue nggak ngelakuin apa-apa waktu itu. Tapi tiba-tiba gue denger kalo nama gue disebut-sebut. Dikiranya gue bakal diem aja apa?"

Cewek dengan rambut sebahu yang berdiri tepat disebelah Safira tertawa. "Gue inget banget anjir kita lagi makan soto di kantin terus denger orang disebelah meja kita gibah, pas kita liatin langsung pada panik."

Safira ikut tertawa. "Sekarang udah ketauan kan siapa yang gila di sini? Pacarnya sendiri aja mau dia serang di ruang OSIS. Terus sekarang mulai ketuan kalo dia ngelakuin rencana pembunuhan ke temennya sendiri," Safira menggeleng heran. "Ogah banget gue sebenarnya nganggap dia sepupu gue."

"Terus akhirnya gimana? Lo bilang apa ke Bokap lo?"

"Gue cuma minta rekaman CCTV."

💫💫💫


Sebelah tangannya yang bebas membuka pintu, Dara mengedarkan pandangannya dan menemukan Sasha yang tengah menumpukan kedua lututnya di depan lemari yang terbuka. Dia seolah tengah menyisihkan kertas-kertas yang sedang dicarinya.

Saat mata Dara menangkap foto Davi, dia langsung mendekat ke arah Sasha. "Itu mau lo apain?"

Sasha terkesiap, begitu dia menengadahkan kepalanya dan menemukan Dara yang berdiri di dekatnya. Tapi di detik selanjutnya, dia justru bersikap seolah tidak ada siapa-siapa di dekatnya.

Setelah dia menemukan semua apa yang dia cari, Sasha buru-buru berdiri. Tapi sebelum cewek itu benar-benar pergi, Dara buru-buru menahan tangannya. "Itu mau lo apain?" tanya Dara sekali lagi.

Sasha hanya diam memperhatikan mata Dara.

"Sha?" Dara kembali bersuara.

"Bukan urusan lo." Jawab Sasha pada akhirnya. "Lagian lo juga nggak kenal sama dia, kenapa lo peduli? Mau gue apakan kertas ini juga terserah gue."

Kali ini Dara yang terdiam. Seolah kehabisan kata.

"Lepasin tangan lo." Sasha melirik pergelangan tangannya yang masih digenggam Dara.

Dara menarik senyumnya. Entahlah, sepertinya dia kerasukan hantu sekolah, temannya Davi. Makanya ia berani untuk sedikit melawan apa yang Sasha katakan. "Kata siapa gue nggak kenal?" pertanyaan telak dari dirinya, seketika membuat mata Sasha membulat. "Dia ketua OSIS sebelum Nero kan?"

Sumpah demi apapun, Sasha tidak suka dengan cewek yang ada dihadapannya ini. Dulu, dia tidak suka karena cewek itu secara terang-terangan melemparkan tatapan suka ke arah Nero, hampir saja cewek itu menjadi penghambat rencananya. Dan sekarang, ketidaksukaan Sasha bertambah, akibat rumor yang beredar tentang cewek yang ada dihadapannya ini bisa berinteraksi langsung dengan arwah Davi yang masih ada di sekitar sekolah.

"Dara?" panggil sebuah suara dari arah depan pintu. Terpaksa dua cewek yang sedang bersitatap itu menjauh. "Lo bedua lagi ngapain?" tanya Rafly yang mendekat ke arah Dara dan Sasha.

[DSS #1] : ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang