20: Bunga Mawar Putih

16.1K 1.5K 91
                                    

"Hari Ini Bahu Kami Bersentuhan, Tapi Dia Tidak Sadar"

Lagi, pengumuman tentang Nero yang diturunkan jabatannya dari kapten basket juga tertampang jelas di mading hari ini.

Dara semakin tidak bisa dibuat berkata-kata. Begitupun beberapa orang yang juga sedang membaca pengumuman itu.

"Gue jadi kasian sama dia." Gumam Dara yang saat ini berdiri bersebelahan dengan Davi yang juga sedang membaca papan pengumuman itu. "Kenapa bisa gitu ini kejadiannya berturut-turut terus ke dia."

Davi tidak merespon apapun karena pikirannya kembali berputar ke kejadian saat ia membaca namanya sebagai kandidat kapten basket waktu itu.

Davi meringis begitu membaca namanya tertulis di mading sebagai salah satu kandidat kapten basket. Bukan, ini bukan maunya.

Lagian dia nggak mungkin semaruk itu. Kemarin kan baru pemilihan ketua OSIS, dan syukur-syukurnya dia menang. Jadi nggak mungkin kan dia daftarin untuk jadi kapten basket juga?

Bayangin gimana repotnya ngurus dua-dua aja sudah membuatnya pusing sendiri. Secinta-cintanya dia sama basket, nggak mau dia harus ngerasa kerepotan karena diharuskan mimpin dua hal.

"Wih, Dav! Ikut juga lo?" tanya Gavin yang saat ini berdiri disebelahnya.

"Nggak. Gue lagi dikerjain ini."

Gavin mengerutkan dahinya. "Hah? Maksudnya?"

"Ini bukan gue yang daftarin. Nggak tau siapa, tapi kayanya sih si Alvin. Soalnya dia yang tadi pagi maksa-maksa gue supaya daftar."

Tawa Gavin pecah. "Gila, dia serius ternyata."

Davi berdecak, menahan kesal.

"Udah lah, santai aja. Pasti lo bisa." Gavin menepuk bahunya beberapa kali sebelum dia pamit cabut.

Davi menghela napas, berat. Dia sebenarnya masih belum tau siapa yang mendaftarkannya ini, semakin dia lihat namanya tertulis di sana, pikirannya jadi makin campur aduk.

Mau ngundurin diri, percuma. Karena coach basket mereka juga sangat menginginkannya jadi kapten. Pasti ujung-ujungnya Davi bakal di suruh terima keadaan.

Ting!

Davi merogoh ponselnya yang ada di saku celana. Dia kaget ternyata ponselnya nggak dia silent.

Untung nggak bunyi di kelas.

Dia membaca pesan dari Sasha yang tadi pamit lebih dulu ke kantin.

Sasha:
Aku denger kamu nyalonin jadi kapten basket ya?

Dikirain apa, ternyata nanyanya itu juga.

Davi:
Gaaaa

Hanya itu yang dia ketik sebelum dirinya pergi untuk kembali ke kelas.

Tapi, saat dia baru setengah jalan menuju kelasnya, langkahnya harus terhenti karena cowok yang datang dari arah berlawanan, menghentikan langkahnya tepat di depan Davi.

"Mau kemana, Dav?" tanya cowok itu, seperti biasa mereka ngobrol.

"Kelas." Jawab Davi seadanya.

Cowok itu menganggukkan kepalanya, kemudian ia tersenyum. "Good luck yang bentar lagi bakal jadi kapten."

Davi menghela napas, lagi. Terserah deh orang mau bilang gimana, capek juga ngelak sama keadaan.

[DSS #1] : ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang