18: Bahan Pembicaraan

15.1K 1.6K 169
                                    

"Dia Nggak Bisa Kemana-mana"


Mereka berdua tengah berada di koridor menuju loker. Tadi awalnya Dara memang mau sendirian aja, mengingat kalau dirinya dengan Meigi belum dalam kondisi yang aman untuk kembali bicara.

Bukannya dia nggak mau untuk baikan dengan Meigi, tapi emang bawaanya tuh Dara masih kesel. Dia masih nggak terima ditinggal sendiri. Karena kalau mau ikut-ikutan ngundurin diri kasian OSIS yang emang lagi ada masalah.

Tapi untungnya, Davi tadi menyusulnya dari belakang. Jadi Dara nggak sendirian. Memang awalnya Dara agak sedikit heran kenapa tiba-tiba Davi mau menyusulnya, padahal ini lagi jam istirahat, waktu yang biasanya Davi gunain buat tidur.

Davi menoleh ke arah Dara. "Ra? Kapan rapat OSIS?"

Dara membalas tatapan Davi sekilas, dia mana mungkin jawab pertanyaan Davi tadi ditengah-tengah koridor yang rame kayak gini. Ntar dia dikira gila lagi ngomong sendiri.

Davi berdecak. "Sori, gue lupa." Katanya yang langsung menyadari situasi.

Dara menghentikan langkahnya tepat di depan lokernya. "Gue nggak tau rapatnya kapan. Semenjak nggak ada Meigi, gue suka ketinggalan info gitu, udah nggak dianggap kali gue." Kata Dara dengan nada pelan, takut ada yang mendengar.

Davi menyenderkan punggungnya pada loker tertutup yang ada di sebelah loker Dara. "Emang nggak masuk grup chat?" tanyanya.

"Masuk. Tapi mungkin nggak sih semuanya tuh pada diam kayak gini?"

"Mungkin aja? Namanya juga ada kejadian tiba-tiba."

Dara menghela napasnya. "Padahal gue berharap banget dikeluarin dari OSIS."

"Dih, mikir apa sih?"

"Capek gue harus mikir sendiri."

"Udah keren banget juga jadi ketua anggota kesenian." Kata Davi dengan nada yang membangga-banggakan.

Dara geli dengernya. "Ketua apaan, anggotanya juga nggak ada."

"Cari dong makanya."

"Nggak punya temen. Jadi nggak bisa nyari."

"Temen itu dicari. Bukan cuma di tunggu." Gumam Davi.

Dara langsung diam denger itu. Kalimat itu bukan dia banget. Dia nggak tau gimana caranya nyari temen, atau mulai temenan sama orang. Kalau dia tau pasti sekarang temennya uda banyak.

"Tanpa lo sadari, mereka semua itu butuh lo. Jadi jangan keluar ya." Kata Davi tepat sebelum Dara menutup pintu lokernya.

"Lo emang paling bisa ya bikin gue seneng."

"Gue serius. Lagian cepat atau lambat lo pasti nggak butuh gue lagi buat bikin lo seneng."

"Ngomong apa sih, ngomong apa?" kata Dara yang berpura-pura tidak mendengar.

"Dikira gue di sini sampe lo lulus apa?"

Mendengar itu Dara langsung menatap Davi, lekat. "Nggak suka ah lo ngomongnya gitu."

"Bosen kali di sini mulu."

"Ya udah kalau bosen ikut gue pulang."

"Pulang? Ke rumah lo?"

Dara mengangguk. "Ayo kalau mau."

"Terus entar gue di mana?"

"Di mana aja yang lo mau."

"Di kamar?" tanya Davi, iseng.

"Kamar tamu! Rumah gue ada kamar tamu." Jawab Dara cepat.

Davi tertawa. "Nggak bisa. Gue nggak bisa kemana-mana."

[DSS #1] : ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang