39: Serba Putih

10.1K 1.2K 109
                                    

"Hal Yang Paling Dia Takutkan"

Dara duduk di sebelah cowok yang memang selalu menjadi temannya di tempat tanpa ujung ini.

Teman sebatas mimpi karena setelahnya, setelah dia bangun, dia akan melupakan ini, bukan kisah mereka, tapi hanya wajah cowok itu.

"Kenapa?" tanya cowok itu yang bisa melihat raut wajah sedih dari Dara.

"Gue sedih kalau dengar Eyang nangis."

"Mending lo ada nangisin. Itu artinya masih ada yang nungguin lo sadar. Lah gue? Yang nungguin aja kayaknya nggak ada."

Dara menatap cowok itu selama beberapa detik. "Nyokap lo kemana?"

"Sibuk."

"Buat lo juga ntar."

"Nggak ada artinya kalo gue ditelantarin gitu aja."

"Yang penting kan setiap hari Nyokap lo datang ke rumah sakit."

"Kan nggak selalu ada di samping gue? Nggak ada yang bener-bener tau siapa orang pertama yang sadar kalo gue mati ntar."

"Astaga, mulut lo."

"Satu."

Dara memutar bola matanya."Siapa bilang tiga?"

"Jadi intinya, lo bersyukur aja Eyang lo masih nungguin lo. Setidaknya waktu lo sadar nanti, ada mereka yang lo liat pertama kali."

Hati Dara terenyuh, dia jadi tidak enak hati karena harus membahas hal ini dengan cowok itu.

Bahu Dara di tepuk pelan, dia seolah ditarik paksa untuk keluar dari mimpinya.

Ruang OSIS menyambutnya saat dia perlahan membuka mata.

Sepi. Hanya tersisa Sasha yang sedang memainkan ponselnya sambil di charge.

Dia ketiduran selama rapat tadi?

Dara menoleh ke arah Sasha. "Sha, rapatnya udah—"

"Selesai." Sambung Sasha. "Bukan gue loh ya yang bangunin lo tadi."

"Jadi siapa?"

"Alvin. Lo digangguin mulu dari tadi sama dia. Padahal udah gue bilang jangan diganggu, tapi emang dasarnya jail, jadi ya sebelum dia keluar ruangan tadi, dia tepuk bahu lo."

Dara baru inget mereka tadi rapat bareng anak basket juga, sekalian mau bahas pertandingan minggu depan.

"Tapi Rafly nggak marah kan?" tanya Dara sambil merapikan rambutnya yang pasti sudah berantakan itu.

"Nggak kok. Lo kan tau kalau lo itu anggota kesayangannya."

Dara berdecak. "Lo nyindir apa gimana nih?"

"Enaknya bercanda apa serius?" goda Sasha yang menarik bangkunya untuk mendekat ke arah Dara. "Ada banyak hal yang mau gue tanyain sama lo, Ra."

"Hah apa?" tanya Data sedikit kaget.

"Tentang Davi... sama Nero juga."

"Kenapa?"

Sasha diam sebentar, menimbang apakah dia harus menanyakan ini atau tidak. "Gue kemarin ngeliat lo sama Nero di kantin. Bicarain apa?" tanyanya tanpa rasa penasaran yang berlebih, karena Dara bisa merasakan itu, Sasha hanya bertanya untuk sekedar ingin tau.

"Nggak ada," jawab Dara. "Dia belum cerita apa-apa."

Sasha mengerutkan dahinya. "Dia emang mau cerita sesuatu?"

[DSS #1] : ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang