55: Davi dan Dava // end

11.5K 1.4K 281
                                    

"Is it our last or our first?"

Kondisi Dara semakin kritis, tidak ada yang menyangka kalau Dara akan melewati masa sulit seperti ini. Apalagi bagi keluarga Dara yang mengerti betul bagaimana perlahan Dara bisa sembuh setelah kecelakaan itu, dia bisa balik senyum, dia bisa balik sekolah, tapi hari ini.. hari ini datang lagi.. saat tidak ada satu orang pun yang bisa menjamin kalau Dara bisa selamat dan sembuh.

Kondisi didalam ruang operasi juga cukup tegang. Semuanya berusaha yang terbaik untuk Dara.

Di ruang tunggu, hanya ada keluarga Dara, dan Dava yang duduk cukup berjarak dengan mereka. Dia bukan siapa-siapa Dara, makanya dia duduk agak jauh tapi tetap bisa memperhatikan pintu ruang operasi yang masih tertutup.

Tadi ada Meigi dan Sasha disini, tapi karena udah terlalu malam, dan sudah ditelpon oleh orang tua masing-masing, akhirnya mereka pamit pulang. Padahal jujur dari dalam hati ingin menunggu operasi Dara hingga selesai.

Nero? Dia belum datang. Padahal ada banyak sekali hal yang ingin dia ceritakan pada Dara.

Yang pada akhirnya, hanya bisa dia ceritakan pada Sasha lebih dulu.

Sasha memang awalnya masih bersikap dingin dan terkesan tidak perduli. Iya, dia tau Nero sedang dalam masa sulit. Dia tau Nero butuh support. Tapi karena Dara juga lagi sakit, maka dia yang harus mendekat.

Waktu itu sebelum sidang, Sasha menelponnya. Awalnya Nero juga kaget karena kenapa tiba-tiba. Tapi sepertinya Nero tau kalau ini nggak jauh dari permintaan Dara yang ingin dirinya dan Sasha segera baikan.

Sasha menanyakan bagaimana tentang perkembangan rekaman CCTV itu. Nero bilang, dia udah ketemu rekamannya. Ternyata semua rekaman itu memang udah pindah tangan ke Safira, sepupunya. Makanya setiap kali dia bertanya pada satpam sekolah yang bertugas untuk mengecek rekaman CCTV, semuanya bilang rekaman CCTV di hari itu enggak ada.

Alias hilang gitu aja.

Padahal mana mungkin? Rekaman CCTV dari sudut lain juga nggak ada. Padahal semua CCTV selalu hidup 24 jam.

Saat Nero merasa ada yang aneh waktu itu, dia langsung cerita ke Ayahnya. Dia bilang, dia nggak dapat akses buat ngeliat rekaman CCTV, jadi paling tidak dia butuh orang buat ngomong ke satpam penjaga itu.

Memang awalnya Nero tidak mau melibatkan Ayahnya, tapi dia nggak punya pilihan? Dia harus cepat kalau tidak pihak sana tetap beranggapan kalau dia yang salah. Dia yang bikin motor Davi rusak sampai Davi kecelakaan. Padahal kejadian sebenarnya nggak begitu.

Dia sama sekali nggak nyentuh motor Davi.

Akhirnya setelah satpam penjaga itu mengaku kalau memang ada yang meminta rekaman CCTV itu padanya, Nero langsung marah. Ternyata di sekolah ini ada yang emang sengaja memata-matainya. Melihat setiap gerak geriknya. Hingga suatu saat apa yang Nero lakukan itu, akan menjadi boomerang tersendiri buat dia.

Begitu mendengar kalau yang meminta rekaman CCTV itu adalah sepupunya sendiri, Safira. Nero langsung tersenyum miris. Ah.. mau gimana lagi? Dia nggak bisa ribut-ribut lagi sama Safira.

Oh, bukan bukan! Bukan nggak bisa. Tapi lebih ke.. nggak mau?

Buang-buang tenaga.

Akhirnya tanpa mikir panjang, Nero langsung ke rumah Safira. Meminta rekaman CCTV itu. Mengatakan kalau ini bukan saatnya Safira main-main lagi dengannya. Karena kejadian ini semakin serius.

Safira tentu saja nggak semudah itu untuk memberikan rekaman itu, mereka harus ribut dulu, lempar kata-kata dulu, padahal Nero udah minta maaf pada dia. Nero tau saat itu dia salah. Iya, Nero memang bisa ngelakuin apa aja buat orang yang dia sayang, termasuk Sasha pada saat itu.

[DSS #1] : ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang