33: Sudah Tidak Sama

10K 1.2K 75
                                    

"Hal Sederhana Yang Bisa Bikin Bahagia"

Nero kembali dengan dua botol minuman dingin. Satu untuk dirinya, dan satunya lagi untuk Sasha yang saat ini duduk di salah satu bangku taman yang berjarak tidak jauh dari pemakaman Davi.

Ya, hari ini Nero nekat untuk mengantar Sasha ke pemakaman Davi. Memang sudah menjadi kebiasaan Sasha, setiap dia rindu Davi, dia akan pergi ke rumah baru cowok itu. Rumah terakhirnya, tempat tanpa batas.

Awalnya Sasha memang menolak keras. Apalagi Sasha sudah kelewat benci dengan Nero. Semenjak Davi pergi untuk selama-lamanya, tidak ada lagi di sekolah itu yang benar-benar mengerti dirinya. Davi udah keburu pergi disaat Sasha tengah mencoba untuk menetapkan hatinya pada cowok itu. Tanpa bersembunyi lagi dengan cara diam-diam dekat dengan Nero yang menjadi crush Sasha sejak MOS.

Merasa bersalah? Lebih dari itu. Sasha yakin, kalau Davi masih hidup, saat dia mengetahui dimana segala perbuatan baiknya, perhatinnya, rasa sayangnya terhadap Sasha hanya dianggap angin lalu, dia pasti kecewa berat. Untuk membayangkan gimana responnya saja, sudah nyaris meretakkan hati Sasha.

Terdengar helaan napas berat dari Nero. Sasha tidak menoleh, dia hanya duduk diam sambil menggenggam botol minuman yang tadi diberikan Nero.

Nero meraih botol itu, membukanya, kemudian memberikannya lagi pada Sasha. "Minum dulu."

"Apa lagi?" Sasha bertanya dengan suara datar. Matanya diselimuti lapisan tipis yang semakin lama kian menumpuk dipelupuk matanya. "Gue bilang jangan ganggu gue lagi."

Jantung Nero mencelos. Cewek yang dulu sangat berarti untuknya, dengan terang-terangan membentengi dirinya. "Kenapa jadi gini, Sha?" tanyanya, putus asa.

Sasha menengadahkan kepalanya untuk menghalangi air matanya yang nyaris menetes.

"Dulu, waktu awal gue tau kalo lo juga suka sama gue, rasa seneng gue nggak terlalu berarti apa-apa. Gue tetap nggak bisa sama lo karena lo udah sama Davi. Lo bilang, lo suka sama gue... tapi lo jadiannya sama dia karena alasan lo nggak mau nyakitin dia," Nero meringis. "Dan lo lebih milih nyakitin gue."

Sasha menggeleng pelan. Kalau Nero merasa bersyukur karena mereka dulu pernah kenal dekat, lain halnya dengan Sasha yang merasakan sebaliknya. Dia menyesal telah banyak terlibat di kehidupan Nero.

"Maaf. Gue minta maaf banget sama lo. Buat semuanya yang pasti nyakitin hati lo." Nero menghela napasnya. "Dan makasih karena lo pernah jadi orang yang berarti di hidup gue." Mungkin sampai sekarang lo masih sama berartinya buat gue.

Sasha masih diam. Hatinya bahkan seakan mati rasa. Sama sekali tidak terketuk dengan apa yang Nero katakan.

"Gue tau, apa yang udah gue lakuin dulu, jauh diluar logika lo. Tapi gue pada saat itu emang nggak bisa mikir normal. Yang ada dipikiran gue cuma, gimana caranya gue bahagiain Bokap, terus bisa bareng sama lo."

Sasha menghela napasnya. "Udah. Gue nggak mau denger apa-apa lagi." Katanya berusaha tenang, padahal pikirannya lumayan berantakan. "Apapun yang lo bilang ke gue, nggak akan ngerubah keadaan. Rasa bersalah gue sama Davi masih belum hilang. Dan rasa benci gue ke lo malah makin bertambah. Terserah lo mau gimana. Yang jelas, gue nggak mau lagi kenal sama lo. Jadi mulai sekarang, bisa nggak sih kita bersikap layaknya nggak saling kenal?"

Sasha berlalu sambil menyeka air matanya di pipi kanan dengan punggung tangan. Meninggalkan Nero yang hanya terdiam sambil menatap botol minuman untuk Sasha yang tadi sempat dia buka.

💫💫💫

Hari ini Dara sengaja pulang telat. Dia sedang sibuk dengan tulisan-tulisan di notes kecil miliknya. Davi yang sedikit penasaran, mendekat ke arah Dara. Tapi belum sempat dia melihat lebih jauh, Dara udah keburu menutupnya. Hingga Davi kembali duduk ditempatnya.

"Lo nulis apa sih? Kok ada nama Nero?" tanya Davi yang hanya bisa membaca satu nama itu saja.

"Kepo." Dara kembali menyimpan notesnya ke dalam tas.

"Dih, mau main cocok-cocokan zodiak ya lo?" tebak Davi, random.

"Hah? Apa sih?" Dara kembali memalingkan wajahnya ke arah Davi. Sambil menahan tawa, kemudian dia meraih post-it berwarna biru yang ada di dalam pouch-nya. Menuliskan sesuatu disana, kemudian menempelkannya di meja Davi.

Davi ♡♡

"Tuh, gue juga nulis nama lo. Pake love dua lagi."

Davi meringis, kemudian meminta Dara untuk buru-buru mencabut post-it itu.

Tapi Dara bersikap layaknya dia tidak mendengar apa-apa.

Sampe akhirnya Davi menyerah dan tanpa sadar dia tersenyum.

[DSS #1] : ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang