44: Post-it

9K 1.1K 61
                                    

"Ada Yang Terlupakan, Tapi Tidak Tau Apa"

Langkah Nero yang ingin pergi ke parkiran mendadak terhenti saat melihat Sasha yang berdiri didepan gerbang, sepertinya sedang menunggu ojek online pesanannya. Tiba-tiba saja dia teringat akan permintaan Dara yang ingin Sasha datang menjenguknya.

Dengan malas, Nero mendekat ke arah cewek itu. Selama beberapa detik, mereka hanya diam. Menatap orang-orang yang lalu lalang. "Dara mau lo jenguk dia hari ini." Kata Nero pada akhirnya. "Gue disuruh nganterin lo kesana."

Sasha memberi jarak. "Ini juga gue mau jenguk dia."

"Ya udah, ayo bareng gue." Nero berbalik, menuju parkiran. Tapi Sasha malah tetap diposisinya.

Nero kembali menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya  ke belakang, menatap Sasha yang sudah pergi dengan ojek online pesanannya.

Kalau bukan karena Dara, Nero juga enggan ngobrol lagi dengan Sasha.

Mungkin sekarang dia memang telah menyadari kalau kisah mereka telah berakhir sejak lama, jadi kalau Sasha memilih menjauh dan menolak untuk kembali dekat dengannya, maka dia pun harus melakukan hal yang sama.

Setelah masuk ke dalam mobilnya, Nero membuka chat yang baru saja masuk ke ponselnya.

Dari asisten Ayahnya, yang menyuruhnya untuk segera datang ke kantor Ayahnya.

Nero menghela napas, kemudian melajukan mobilnya meninggalkan sekolah.

💫💫💫

Dara membongkar isi tas sekolahnya di atas ranjang. Tadi, dia memang minta tolong pada Tantenya untuk dibawakan tas sekolah yang terakhir kali dia bawa, juga ponsel dan chargernya.

Awalnya, dia hanya berniat untuk mencari surat dari seorang cowok yang terus muncul di mimpinya itu. Tapi yang dia temukan malah hal lain. Bukan hanya kertas-kertas hasil ulangannya, tapi juga ada post-it yang bertuliskan 'Davi♡♡' di depan buku notesnya. Begitupun di dalam notesnya, ada banyak tanda panah yang menghubungkan point-point yang dia gambar kecil-kecil. Seolah-olah, dia bertingkah seperti detektif yang sedang berusaha memecahkan sebuah kasus.

"Ra buruan lepas." Davi masih terus meminta Dara melepas post-it yang masih tertempel rapi di mejanya. Tapi Dara hanya diam, bersikap seakan dia tidak mendengar apa-apa. "Gue serius."

"Emang kenapa sih kalau misalnya ada disitu?"

"Entar kalau ada yang baca, lo bisa dikira—"

"Gila?" Dara melepas tawanya. "Udah biasa."

Davi melayangkan tatapan datarnya. Dara memang suka seperti itu kalau belum kejadian apa-apa. Tapi lihat kalau tiba-tiba ada yang mengejeknya dengan sebutan itu? Pasti ngamuk ntar ngomelnya pasti ke Davi.

"Ya udah deh," Dara melepas post-it itu. "Ini gue tempel di notes aja."

"Buat apa? Buang aja."

"Tulisan gue bagus disini." Kata Dara sambil menekan-nekan post-it itu agar tertempel rekat di notesnya. "Nama lo juga bagus."

Kejadian singkat itu, tiba-tiba saja melintas dipikiran Dara dengan cepat. Semuanya terlihat buram, yang paling jelas hanya tulisan nama di post-it itu, dan suara mereka.

Berulang kali dia memejamkan matanya untuk menepis segala ingatan yang membuat kepalanya berdenyut nyeri.

Setaunya, Davi itu adalah mantan ketua OSIS juga kapten basket di sekolahnya. Dia itu juga siswa yang menjadi korban kecelakaan di depan sekolah mereka beberapa bulan yang lalu. Dan Nero, ikut terseret atas kejadian tersebut.

[DSS #1] : ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang