Harry merangkulku dan membantuku untuk turun dari mobilnya.
Saat telah sampai didepan pintu apartemenku, ia membunyikan belnya 2x.Tak lama kemudian Thomas membukakan pintunya.
"Hai." Sapa Harry dengan tersenyum pada Thomas.
"Kimberly?" Thomas tercengang sesaat melihat kondisiku dan juga balutan perban yang melingkar di kepalaku.
"Silahkan masuk." Thomas mempersilahkan kami masuk.
"Dimana kamarmu, Kim?" Tanya Harry padaku kebingungan melihat apartemenku yang tidak terlalu luas namun tidak terlalu sempit juga.
"Disebelah sana, Harry." Jawabku sambil menunjuk sebuah pintu di dekat meja makan.
Lalu Harry melanjutkan langkahnya ke pintu yang telah kutunjuk.
"Thom, tolong bukakan pintunya." Aku pun menyuruh Thomas yang ada dibelakangku.
Harry yang awalnya merangkulku disebelah kanannya merubah posisi dengan ia menggendongku. Ia langsung membaringkanku di atas kasur bersprai hijau milikku.
"Terima kasih, Harry. Aku sudah merepotkanmu hari ini."
"Tidak masalah, Kim. Senang bisa membantumu."
"Thom, apa kau sudah sarapan tadi pagi?" Tanyaku melihat Thom yang di depan pintu.
"Belum. Aku menunggumu semalam tapi kau tidak kunjung pulang."
"Aku akan memasak makanan untukmu, Thom." Aku berusaha bangun dari tempat tidurku. Namun Harry melarangku dan menahanku agar tidak bangkit dari kasur.
"Lebih baik kau istirahat saja, Kim. Kau harus ingat kata dr. George tadi. Kebetulan ada beberapa roti di mobilku. Aku sengaja selalu menyiapkan persediaan 2-3 roti untuk berjaga-jaga jika aku lapar. Kau tunggu disini ya, jangan kemana-mana. Cukup istirahat saja. Aku akan mengambil roti untuk Thomas."
"Baik, Harry."
Aku melihat Harry berjalan keluar dari kamarku. Thomas yang awalnya hanya berdiam diri di depan pintu langsung mendekatiku.
"Bagaimana bisa kau jadi seperti ini, Kim?"
"Seseorang menabrakku dengan mobilnya."
"Bagaimana itu bisa terjadi?"
"Sudahlah. Itu tidak penting. Yang terpenting aku bisa melihatmu lagi, Thom. Aku sangat berterima kasih sekali padanya. Aku sudah banyak membuatnya repot hari ini." Jawabku seolah mengalihkan pertanyaan adikku. Aku tidak mau jika ia berfikir terus-menerus tentang keadaanku.
Tak lama kemudian Harry pun datang dengan membawa paper bag berwarna coklat yang tentu saja aku bisa menebaknya itu berisi roti.
"Ini dia roti untukmu, Thomas. Semoga kau suka." Harry memberikan paper bag berisi roti itu pada Thomas dan tersenyum ramah padanya.
"Terima kasih atas rotinya dan terima kasih juga kau telah menyelamatkan Kimberly, Harry." Ucap Thomas seraya mengambil paper bag yang diberikan oleh Harry.
**************************************
Pagi ini sekitar jam 9 aku bersiap-siap untuk pergi mencari alamat yang terdapat di kartu nama pemberian Harry. Aku ingin tampil rapi saat bertemunya nanti, karena menurutku kesan pertama sangatlah penting. Sementara Thomas sudah berangkat kuliah pagi-pagi buta tadi, karena aku tahu perjalanan dari Holmes Chapel ke UC membutuhkan waktu 3 jam untuk sampai.
Aku melewati Bramhall Drive, Middlewich Road, Chester Road, The Square dan belok ke kiri setelah melewati jalan melingkar. Aku mencocokkan nama W Mandeville Grocer & Baker Maker of Hovis di kartu nama yang diberikan Harry dan melihat sebuah Toko Roti itu. Tidak salah lagi, aku segera turun dari taksi dan aku melihat sebuah Telephone merah khas UK tak jauh dari aku berdiri. Saat aku memasuki toko roti, aku mengira Harry akan ada disini, namun ternyata ekpektasiku salah. Aku melihat-lihat ke seluruh bagian etalase yang semuanya menyajikan Traditional Craft Bakers.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Mr. Crazy [HARBARA] - 《COMPLETED》
FanfictionTak selamanya memilih masa depan adalah keputusan yang tepat. Terkadang masa lalulah yang justru menjadi masa depan. [WARNING: There are many harsh words here. If you are under age, be a wise reader. And don't be a silence reader.] (Beberapa chapt...