*Harry's P.O.V*
Aku keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar dipinggangku dan melihat Kimberly yang sedang terdiam seperti patung yang menatapku dari jauh lalu pergi. Ada apa dengannya?
Aku segera memakai T-shirt putih dan juga skinny jeans berwarna hitam lalu mencari Kimberly ke seluruh ruangan.
Oh, disana rupanya. Aku melihat Kimberly sedang menyenderkan tangannya di pagar. Pun aku mendekatinya.
"Kim?" Sepertinya ia tidak menghiraukan kehadiranku.
"Apa kau baik-baik saja?" Ia tetap saja membuang wajahnya ke arah jalanan yang tidak terlalu ramai.
"Apa terjadi sesuatu padamu? Katakanlah padaku." Tetap tidak ada jawaban darinya.
"Mengapa kau membohongiku?"
Aku terkejut dengan ucapannya. Apa maksud perkataannya?
"Membohongimu? Membohongi soal apa?" Tanyaku penasaran.
"Soal Eddie. Tentang percakapan malam itu. Saat kau menelepon Eddie untuk meminta izin padanya." Apa ini waktu yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya pada Kimberly? Oh, ayolah, aku tidak ingin dia membenciku untuk kesekian kalinya.
"Katakan padaku, Harry!" Bentaknya sambil menarik tangannya dari pagar dan berpaling melihatku.
"Kau yang membuatku berbohong, Kim! Aku tidak akan berbohong tentang percakapan palsuku dengan Eddie kalau kau tidak terlalu polos! Kau seperti anak kecil yang jika bepergian keluar rumah harus meminta izin terlebih dahulu."
"Karena rumah itu adalah rumah Eddie!! Sekarang jelaskan padaku apa yang sudah kau rencanakan dari awal."
Perlahan aku mulai menurunkan emosiku. Permasalahan tidak akan selesai jika tidak ditangani dengan kepala dingin.
"Okay, aku dan Cindy yang merencanakan ini semua."
"Cindy?"
"Ya. Cindy hanya membantuku agar kita bisa bersama lagi."
"Dan semua tentang Mandeville hanya rekayasa belakamu?"
"Tidak. Soal Mandeville aku tidak berbohong. Sebelum aku menjemputmu, Margareth meneleponku untuk memberi kabar tentang Mandeville. Ia menyarankanku untuk mengajakmu kesini. Tapi menurutku kau tidak akan mau, mengingat kau pernah berkata bahwa kau tidak akan menginjakkan kakimu lagi di Holmes Chapel. Jadi, aku meminta bantuan pada Cindy untuk bagaimana caranya agar kau keluar dari rumahmu."
"Apalagi yang kau tutupi dariku?"
Apa aku harus mengatakan soal ponselnya yang kusembunyikan itu? Ini akan membuat Kimberly semakin marah padaku. "Tidak."
"Pay attention, Harry! Jangan membuatku membencimu lagi untuk kesekian kalinya. Kau mengerti?" Ia berdecak pinggang.
Aku mengangkat kedua alisku. "Ya, aku mengerti."
Lalu ia berjalan melewatiku masuk ke dalam rumah.
*******************
*Kimberly's P.O.V*
Selesai mandi aku mencoba satu persatu baju dan pakaian dalam yang dibelikan Harry kemarin. Aku tidak mengerti mengapa ia membelikanku baju sebanyak ini. Tapi aku tidak peduli, semuanya sangat pas dengan tubuhku. Dan aku memutuskan untuk memakai baju yang berwarna krem.
Aku merapikan rambutku dan mengikatnya pony-tail lalu bergegas keluar dari kamar karena aku tidak ingin membuat Harry menungguku terlalu lama.
"Aku sudah siap, Harry."
Di ruang tamu, aku melihat Harry yang sedang serius dengan laptopnya dan mendekatinya.
"Apa yang sedang kau buat?" Dengan penasaran aku duduk di sampingnya dan melihat ke layar laptop.
"Tidak ada. Hanya saja aku sedang mencari ide untuk...- oh ya, kau ingin klub itu diubah menjadi kafe atau restoran?"
"Uuhhmmm... Kurasa sebaiknya restoran, karena Holmes Chapel sudah terlalu banyak kafe berjajaran."
"Kau benar! Ini akan menjadi restoran pertama di Holmes Chapel. Tapi apa tema yang kira-kira menurutmu bagus?"
"Garden. Ya, garden. Kita tidak boleh meninggalkan unsur pedesaan."
"Okay." Harry menutup laptopnya.
****************
"Apa kau mempunyai teman seorang arsitek?" Tanya Harry pada Margareth.
"Tidak. Tapi kurasa temanku memiliki banyak kenalan arsitek."
"Tulis alamatnya untukku. Aku ingin segera menemuinya."
"Baiklah. Tunggu sebentar." Margareth mengambil secarik kertas disamping mesin kasir dan menuliskan alamat yang diminta Harry. "Ini dia alamatnya."
Harry menerima kertasnya. "Terima kasih, Margareth. Dan kau, Kimberly, kau ingin ikut denganku atau tetap disini?"
"Aku tetap disini saja, Harry. Aku ingin menemani Margareth."
"Kalau begitu sampai jumpa nanti."
Aku melihatnya keluar dan pergi dengan mobilnya.
"Memangnya untuk apa dia mencari arsitek?" Tanya Margareth.
Aku mendekatinya dan berdiri di sampingnya. "Dia ingin mengubah klub lamanya menjadi restoran."
"Apa kau bilang? Klub lamanya? Dia punya klub?"
"Ya, klub itu sudah lama ditutupnya. Kukira kau sudah mengetahuinya, Mar." Ujarku sambil mengikatkan apron.
"Sungguh aku tidak pernah mengetahui akan hal itu, Kim. Bahkan aku sama sekali tidak menyangka jika dia memiliki klub."
"Aku juga tidak menyangka saat aku mengetahuinya."
"Kimberly!" Seorang gadis menyerukan namaku tak lupa tersenyum padaku dari ambang pintu masuk.
"Hai." Sapaku dengan membalas senyumnya.
"Kemana saja kau? Kau tahu? Aku sangat merindukanmu setelah beberapa tahun ini." Kini ia berada di depanku hanya terpisah oleh meja kasir.
"Kau merindukanku? Whoa. Aku tak menyangka ada gadis yang fanatik dengan Harry akan merindukanku." Tawaku lepas diikuti gadis ini yang juga tertawa lepas.
"Oh ya, dimana Harry? Apa dia tidak ikut bersamamu?"
"Aku kesini bersamanya, tapi dia memiliki urusan lain."
"Tolong sampaikan salamku padanya."
"Tentu. Kau ingin membeli sesuatu?"
"Ya. Aku sedang mencari kue untuk acara pertunangan kakakku. Apa disini ada?"
"Kau harus memesan terlebih dahulu." Aku mengambil secarik kertas dan menuliskan nomor teleponku. "Tapi maaf, untuk saat ini aku tidak bisa membahasnya. Kau bisa meneleponku nanti." Aku memberikan kertas itu padanya.
"Baiklah, kalau begitu aku akan meneleponmu sore nanti."
~bersambung~
Sorry banget kalo chapter ini membosankan. Ya, aku ngerasain kok.
Moodku lagi berantakan banget, tapi disisi lain aku juga ga mau buat kalian nunggu chapter ini publish. :-(Kalo ada yang mau kasih ide, silahkan saja.. ;-)
Oh ya, aku juga lagi proses buat judul ke-3 aku. Kalian bisa lihat di profilku...
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Mr. Crazy [HARBARA] - 《COMPLETED》
FanfictionTak selamanya memilih masa depan adalah keputusan yang tepat. Terkadang masa lalulah yang justru menjadi masa depan. [WARNING: There are many harsh words here. If you are under age, be a wise reader. And don't be a silence reader.] (Beberapa chapt...