2 tahun sudah aku menjalin hubungan dengan Eddie. Laki-laki yang pernah menolongku saat aku sedang krisis keuangan. Saat itu aku tidak tahu lagi hendak mencari uang kemana lagi untuk membayar biaya sewa apartemenku. Aku sadar keputusan yang kuambil untuk keluar dari pekerjaanku di Mandeville saat itu salah. Karena hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa melupakan Harry.
Kami tinggal satu atap. Yang berada dipikiranku saat itu adalah apapun akan kulakukan untuk bertahan hidup. Saat itu aku bertemu dengannya di sebuah daerah terpecil di Holmes Chapel. Sampai akhirnya aku menerima pertolongannya dan ia membawaku ke London.
Aku tahu dia sangat mencintaiku, tapi dia tidak tahu bahwa sebenarnya aku hanya berpura-pura mencintainya. Aku tidak ingin menyakiti perasaannya karena aku tahu bagaimana rasanya disakiti dan dikhianati.
"Aku sangat mencintaimu, Kimmy." Ia berbisik lembut ditelingaku.
**************
"Bangun, Kimmy. Aku sudah membuatkan sarapan untukmu." Aku mendengar suara Eddie dan perlahan membuka mataku. Ya, dia yang memanggilku dengan sebutan 'Kimmy'.
"Ini jam berapa?"
"Jam 7." Perlahan aku bangkit dari kasur.
"Eddieeee... aku ingin mandi terlebih dahulu." Aku tertawa pelan dengan tindakannya.
"Kau tetap cantik meskipun belum mandi, Kimmy." Ia menurunkanku dan menarik kursi untuk kududuki.
Bisa dibilang aku sangat bahagia tinggal bersamanya. Kedua orangtuanya yang berada di Doncaster membuat kami bisa melakukan apa saja yang kami inginkan. Eddie juga mendapat berbagai fasilitas mewah dari kedua orang tuanya termasuk rumah yang kami tempati saat ini. Seminggu sekali ia selalu mengajakku makan di restoran mahal dan belanja barang-barang bermerk juga membiayai perawatanku meskipun aku tidak pernah meminta dan beberapa kali menolak ajakannya.
Semenjak aku tinggal bersamanya, aku tak pernah mendengar, melihat, bahkan merasakan kekerasan. Eddie juga tidak pernah memperlakukanku dengan kasar. Bahkan ketika aku membuat kesalahan seperti tidak sengaja menjatuhkan gitarnya, ia tidak pernah membentakku sedikitpun. Ia juga tidak keberatan jika Thomas datang kemari.
Hingga akhirnya kami harus dipisahkan oleh jarak. Ya, dia mendapat pekerjaan dan diterima bekerja sebagai chef di Doncaster.
"Aku akan merindukanmu, Kimmy." Ia memelukku untuk terakhir kalinya dan aku membalas pelukannya dengan hangat.
"Kau tidak perlu mengkhawatirkanku, Ed. Jaga dirimu baik-baik disana." Ia mencium keningku tanda perpisahan lalu melepaskan pelukannya dan berjalan meninggalkanku.
Aku tidak tahu harus senang atau tidak. Disisi satu aku sangat senang karena ia akan bertemu dan lebih dekat dengan orangtuanya, tapi disisi lain aku sudah bisa membayangkan bahwa aku akan sendirian dirumahnya yang besar.
Aku pulang dengan taksi yang mengantar kami tadi dan disepanjang perjalanan, terlintas satu ide dikepalaku. Aku mengambil ponselku dari dalam tas berwarna cokelat muda yang kupangku sedari tadi.
"Halo, Kim?"
"Thomas? Aku baru saja mengantar Eddie ke bandara karena ia mendapat pekerjaan di Doncaster. Aku ingin kau tinggal bersamaku dirumahnya."
"Tapi apa ia memperbolehkanku untuk tinggal dirumahnya?"
"Tentu saja. Ia tidak akan membiarkanku sendirian dirumah besarnya itu."
"Kalau begitu baiklah. Sepulang kuliah nanti, aku akan membereskan barang-barangku di asrama dan tinggal dirumahmu, maksudku dirumah Eddie."
"Terima kasih, Thom. Aku akan menunggumu." Aku menutup sambungan telepon.
****************
Aku diterima bekerja sebagai waitress di salah satu restoran Italia. Aku tahu keahlianku dibidang kuliner. Tapi apa salahnya jika aku mencoba profesi baruku saat ini? Mempunyai pekerjaan di kota yang sangat besar saja aku sudah bersyukur. Setidaknya aku bisa memakai uangku sendiri untuk keperluanku dan aku tidak ingim terus bergantung pada uang pemberian Eddie.
"Silahkan..." aku tersenyum ramah saat meletakkan pesanan tamu. Tunggu, sepertinya aku mengenal orang ini?
~bersambung~
Next chapter? 20+ votes !!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Mr. Crazy [HARBARA] - 《COMPLETED》
FanficTak selamanya memilih masa depan adalah keputusan yang tepat. Terkadang masa lalulah yang justru menjadi masa depan. [WARNING: There are many harsh words here. If you are under age, be a wise reader. And don't be a silence reader.] (Beberapa chapt...