Siang ini aku dan Harry mengantarkan pesanan kue tart di daerah tidak jauh dari Mandeville.
"Konsepmu benar-benar brilliant, Kim! Aku bangga padamu. Kau tahu? Pelanggan kita sangat senang dengan hasilnya!"
"Tidak semuanya adalah konsepku, Harry. Kau juga ikut andil dalam konsep tersebut, bukan?"
"Kau ingat? Konsepku sama sekali tidak kau pakai, Kim." Harry mengangkat kedua alisnya dan sesekali melihat ke arahku.
"Itu karena pemikiranmu masih seperti anak kecil."
"Kau berkata bahwa aku childish?" Harry menatap fokus pada jalanan.
"Tidak, Harry. Tidak seperti itu. Yang childish bukanlah dirimu, tapi pemikiranmu."
Tidak ada tanda-tanda Harry akan menggubris perkataanku. Hanya kesunyian yang menemani. Mungkin Harry tersinggung dengan ucapanku.
"Maafkan aku jika ucapanku membuatmu tersinggung, Harry."
Harry menginjak pedal rem yang membuatku sedikit terlempar kedepan.
"Lupakan saja masalah itu." Harry melepas sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil.
Aku segera mendekat ke kursi kemudi dan membuka kaca jendela mobil. "Kau mau kemana?"
"Kau diam saja di dalam mobil, jangan kemana-mana. Aku tidak akan lama." Harry menoleh ke belakang dan sedikit mengeraskan suaranya yang semakin lama semakin menjauh.
Mataku mengikuti arah Harry berjalan dan menghilang di belokan kiri trotoar.
Satu per satu pertanyaan mulai muncul di kepalaku. Mengapa ia menghentikan mobilnya jauh dari tempat yang akan ia datangi? Mengapa ia tidak menjawab pertanyaanku? Dan mengapa ia harus meninggalkanku di dalam mobil dan tidak mengajakku sekalian?
Aku menutup setengah kaca jendela mobil dan tiba-tiba terlintas difikiranku. Aku ingat dengan jalanan ini! Rumahku tidak jauh lagi dari sini. Sebelumnya kami juga melewati sebuah kafe. Dan arah Harry berbelok itu adalah diskotik! Waktu itu aku bertemu dengan Samantha di kafe yang kami lewati tadi, dan diskotik itu berada di tengah-tengah jarak antara rumahku dan kafe tersebut. Tapi apa mungkin ada diskotik siang-siang seperti ini? Lagipula tidak hanya ada diskotik di arah itu. Aku harus berusaha untuk positive thinking karena aneh saja jika orang baik seperti Harry mengunjungi diskotik.
15 menit kemudian Harry datang dengan raut wajah kesal seperti sedang emosi. Tapi apa yang membuatnya jadi emosi?
"Ada apa denganmu, Harry?"
Harry tidak menjawab pertanyaanku sama sekali. Ia menyetir dengan raut wajah yang frustasi. "Apa kau baik-baik saja? Jawab aku, Harry."Harry mulai menjalankan mobilnya lagi dan aku masih menatap kearahnya berharap ia berbicara padaku.
"Harry, aku minta maaf. Aku tahu kau pasti marah karena perkataanku tadi. Aku benar-benar minta-"
"Sudah kubilang lupakan hal itu, Kimberly. Aku baik-baik saja." Harry menjawab dengan nada santai namun ekspresinya yang emosi tak kunjung hilang.
"Lalu apa yang membuatmu marah?"
"Tidak ada."
"Kau yakin tidak ada? Aku bisa melihat matamu yang penuh dengan amarah."
Pun Harry mengalihkan pandangannya dari jalanan ke arahku. "Sudah kubilang aku baik-baik saja, Kimberly Miller!!! Lebih baik kau berhenti bicara atau aku akan meluapkan emosiku semuanya padamu!!!!"
Sontak aku sedikit shock saat Harry menyentakku dengan keras yang membuatku tak berkutik dan mengalihkan pandanganku ke depan. Apa dia sudah gila? Dia bilang tidak ada yang membuatnya emosi dan dia bilang dia baik-baik saja, tapi kenapa dia bilang padaku akan meluapkan 'semua emosinya' padaku jika aku tidak berhenti berbicara?? Ini aneh, aku jadi berfikir berencana untuk membawanya ke psikiater.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Mr. Crazy [HARBARA] - 《COMPLETED》
FanfictionTak selamanya memilih masa depan adalah keputusan yang tepat. Terkadang masa lalulah yang justru menjadi masa depan. [WARNING: There are many harsh words here. If you are under age, be a wise reader. And don't be a silence reader.] (Beberapa chapt...