Ku akui hari ini pelanggan memang ramai berdatangan. Aku dan Margareth sampai kewalahan. Tapi tidak heran karena ini adalah hari Sabtu. Tanpa sengaja mataku melihat arah jam yang menunjukkan pukul 1 siang.
Tiba-tiba semua pelanggan mendekat ke arah pintu. Suara mereka yang seperti meneriakkan nama-.. Harry???? Apa itu benar dia? Tidak salah lagi, aku melihat dari posisiku yang berdiri di depan mesin kasir, muncul Harry dari balik kerumunan para pelanggan. Ia melangkahkan kakinya menuju arahku dan Margareth.
"Bagaimana hari ini? Apa kalian ingin aku membantu?" Ia berjalan semakin mendekat diikuti puluhan pelanggan, atau bahkan bisa disebut 'fans'-nya? Masa bodoh, yang penting aku melihat Harry ada di depanku saja aku sudah merasa senang.
"Iya, Harry. Kami sempat kewalahan dengan pelangganmu yang selalu menanyakan hal tentangmu!" Aku mengeraskan suaraku dan sedikit mendekatkan mulutku ke telinga Harry. Persetan dengan puluhan pelanggan Harry, membuatku risih. Seakan menyulap Mandeville menjadi acara jumpa fans, tempat berkumpulnya para 'fans' Harry.
Harry melayani pelanggannya dikasir bersamaku sedangkan Margareth mengamankan situasi dan kondisi. Yang benar saja, apa toko ini perlu dijaga oleh security?
"Harry, apa aku boleh ke toilet sebentar?"
"Silahkan, Kim. Aku akan melayani pelanggan-pelanggan ini bersama Margareth."
Aku melangkahkan kakiku menuju toilet yang berada di ujung dapur sambil melepas apron yang kugunakan. Persetan dengan semua pelanggan membuatku sedikit risih dan sakit perut.
Aku kembali ke depan dengan langkah secepat mungkin dan tak lupa aku memakai apron milikku kembali. Berharap pelanggan tidak semakin menggila jumlahnya.
Ketika aku melangkahkan kakiku, aku tidak mendengar keramaian atau suara jeritan pun. Dan benar saja saat aku sudah berada di depan, kerumunan pelanggan sudah hilang. Lebih tepatnya sudah sepi.
"Apa mereka semua sudah pulang?" Tanyaku memutar kepala ke segala sisi ruangan. Yang kulihat hanyalah Harry yang sedang berbincang pada seorang pelanggannya dengan ramah dan pastinya tidak lupa ia selalu melebarkan senyum pada pelanggannya. Sepertinya membahas hal yang serius.
"Mereka sudah pulang, Kim." Margareth menjawabku dari arah mesin kasir dengan melihat ke arahku sekilas. Aku pun melihatnya lalu mendekatinya untuk ikut membantunya menghitung uang. Tidak ada pembicaraan diantara kami karena jika salah menghitung uang sepeser pun bisa fatal akibatnya.
"Kim?" Harry menghampiriku dan seketika itu juga aku berhenti menghitung uang.
"Ada apa?"
"Seorang pelanggan baru saja memesan kue ulang tahun untuk anaknya yang besok berulang tahun. Tapi karena besok adalah hari Minggu, jadi toko ini tutup seperti biasanya dan Margareth libur, apa kau bisa menemaniku untuk membuat kue ulang tahun disini?"
"Um, bagaimana ya?!?" Aku berfikir untuk menimbang hal itu, karena seharusnya aku pun juga libur. Tapi mengingat Harry sudah banyak membantuku, aku tidak bisa menolak.
"Please, Kimberly...." aku melihat dia seperti memohon padaku.
"Ya. Aku akan membantumu, Harry. Kau tenang saja :) "
"Terima kasih, Kim. Kau baik sekali."
"Kau juga selalu baik padaku, Harry."
Tiba-tiba saja muncul seorang anak kecil dengan rambut oranye di depan meja kosong tak jauh dari tempatku berdiri sehingga aku mendengar pembicaraan mereka, kira-kira usianya 7 tahun. Harry pun mendekatinya.
"Ada yang bisa kubantu? :) "
"Aku hanya ingin meminta tanda tanganmu. Apa boleh?" Anak itu menyodorkan selembar kertas kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Mr. Crazy [HARBARA] - 《COMPLETED》
FanfictionTak selamanya memilih masa depan adalah keputusan yang tepat. Terkadang masa lalulah yang justru menjadi masa depan. [WARNING: There are many harsh words here. If you are under age, be a wise reader. And don't be a silence reader.] (Beberapa chapt...